webnovel

Laki-laki Tampan Bernama Jaehyuk

"Maaf, aku gak bisa melakukannya. Kita cuma menikah kontrak" ucap Vian lalu berbaring dan membelakangi Mila.

"Apa ada masalah denganmu?" tanya Mila penasaran.

"Gak ada. Lebih baik sekarang kita tidur saja," jawab Vian lalu mematikan lampu dan berusaha untuk tidur.

Meskipun sebenarnya dia tidak yakin bisa tidur malam ini.

Ingatan akan kenangan pahit itu masih menghantuinya.

Mila hanya bisa menatap punggung suaminya itu dengan penuh tanda tanya.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu?

***

"Woy!!! Ngelamun aja sih. Ada wanita cantik datang kok dicuekin," ucap Sinta yang saat itu datang ke kafe Mila.

Mila dan Sinta sudah sepakat untuk mengundurkan diri bersama dari tempat kerja lama mereka dan membangun kafe baru Mila bersama-sama.

Sinta melirik ke arah dapur yang sepertinya sudah ada kehidupan di sana.

"Iya sudah ada koki untuk menu spesial desert kita. Vian yang udah mencarikannya. Dan sekarang dia sedang mencoba membuat menu-menu baru," kata Mila.

Hal itu menjawab pertanyaan yang belum sempat diucapkan Sinta.

"Wah, aku sangat iri denganmu. Kamu punya suami yang sempurna. Tampan, mapan dan perhatian," goda Sinta

Lagi-lagi Mila hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Sinta yang tidak sesuai dengan kenyataan yang di alaminya.

Bukan karena yang dikatakan Sinta itu tidak benar.

Tentu saja Vian seperti apa yang sudah Sinta katakan.

Namun Mila belum merasakan kasih sayang lelaki itu untuknya.

Padahal Mila sudah berusaha untuk terbuka.

Mencoba untuk mencintainya.

Namun ia merasa hanya dirinya yang berusaha.

Tidak bagi Vian.

Bagaimana mungkin Mila akan masuk ke dalam kehidupan Vian, jika lelaki itu tidak mau membuka hati padanya?

Ah Mila tidak mau memikirkannya dulu hari ini.

Sekarang dia ingin fokus untuk persiapan pembukaan kafe barunya.

"Kemarin aku udah membuat beberapa iklan lowongan di internet. Kita tinggal tunggu saja," ucap Mila sambil fokus pada layar laptopnya.

Dia berharap bisa segera membuka kafenya itu.

Karena hal ini merupakan impian Mila sejak dulu, yaitu memiliki kafe sendiri.

***

Sementara itu di kantor, Vian masih tampak kacau.

Dia belum bisa melupakan ingatannya tentang kematian Delia yang tiba-tiba menyerangnya semalam.

"Kamu kenapa? Apa ada masalah yang terjadi?" tanya Arini saat ia melihat gelagat Vian yang tidak seperti biasanya.

"Gak kenapa-kenapa," jawab Vian berbohong.

"Jangan berbohong, aku bisa melihatnya dengan mudah. Ceritain aja, siapa tahu aku bisa membantumu," ungkap Arini yang lalu duduk di depan Vian.

Sesaat Vian terdiam.

Berpikir apakah dia bisa menceritakan hal ini pada Arini?

"Aku tiba-tiba teringat dengan kejadian meninggalnya Delia beberapa tahun yang lalu. Dan hal itu sangat menyiksaku," ungkap Viann pada akhirnya mau menceritakan keluh kesahnya.

Arini menghela napas panjangnya.

Seperti dia tahu akar dari masalah ini.

"Mungkin ini terjadi karena kamu menikah dengan wanita yang mirip dengan Delia. Jadi saat kamu melihatnya, kamu terus melihat bayangan Delia di belakangnya,"

"Mungkin aja begitu," gumam Vian.

"Apa aku salah menikah dengan Mila? Tapi aku emang menyukainya meskipun aku belum bisa mencintainya seperti aku mencintai Delia dulu," batin Vian.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku gak bisa terus mengabaikan Mila yang udah menjadi istriku,"

Miris, walaupun Arini tidak menyukai pernikahan Vian dengan Mila.

Namun dia juga tidak bisa melihat Vian menderita seperti sekarang ini.

Ia akhirnya mencari sesuatu dari dalam tasnya.

Setelah menemukan benda yang dicarinya, ia lalu memberikan benda itu pada lelaki itu.

Viann menerima sebuah kertas nama yang di serahkan Arini padanya.

Di sana tertulis nama Dokter Hendri sebagai spesialis psikologi.

Lengkap dengan alamat dan nomer teleponnya.

"Mungkin Dokter Hendri bisa menolongmu, aku udah sering konsultasi dengannya. Dan hasilnya aku bisa mengatasi hal berat yang menimpaku selama ini," kata Arini.

"Apa kamu punya masalah pribadi yang berat?" tanya Vian penasaran.

"Iya, tapi aku sudah bisa mengatasinya kok. Dan itu semua berkat Dokter Hendri juga," jawab Arinj yakin.

Sebenarnya masalah yang Arini hadapi adalah mengenai perasaannya pada Vian selama ini yang bertepuk sebelah tangan.

Ia berhasil mengontrolnya dengan baik.

Karena jika tidak, mungkin saja dia sudah berbuat hal yang menyakiti dirinya atau orang lain.

Dari konsultasinya bersama Dokter Hendri berhasil membuat dirinya menahan emosi dan ambisinya terhadap Vian.

Dia belajar untuk mengikhlaskan sesuatu yang bukan menjadi miliknya.

"Aku akan mencobanya, terima kasih Arini," ucap Vian.

Arini mengangguk dan berkata,

"Aku harap traumamu bisa sembuh. Dan kamu bisa memulai hidup baru dengan bahagia," kata Arini.

"Meskipun bukan denganku. Karena kebahagiaanmu adalah segalanya bagiku," ucap Arini dalam hati.

***

Sore hari itu Mila dan Sinta sedang bercengkrama sambil mencicipi beberapa menu baru yang diciptakan koki mereka.

Namanya Chef Adi.

Chef Adi, sudah memiliki pengalaman bekerja di beberapa kafe sebelumnya.

Dia memutuskan menerima tawaran pekerjaan ini karena dia mengenal Vian dan ia ingin membantunya untuk memajukan kafe milik istrinya.

Tiba-tiba pintu kafe terbuka.

Seorang lelaki masuk ke dalam dan menghampiri meja Milaa dan Sinta.

Lelaki itu berhenti tepat di depan meja Mila..

"Selamat sore, saya ingin bertemu dengan pemilik kafe ini," ucap lelaki itu dengan sopan.

Sinta memuntahkan air putih yang baru saja ia minum.

Sedangkan Mila tidak berkedip setelah melihat lelaki yang ada di depannya itu.

Lelaki berambut hitam dengan gaya belah tengah itu tersenyum manis kepada dua wanita yang ada di depannya.

"Apa kamu seorang artis?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Mila.

Lelaki itu tertawa mendengar pertanyaan Mila.

"Bukan, tapi aku mahasiswa pertukaran pelajar dari Korea Selatan. Namaku Jaehyuk. Dan aku ingin melamar pekerjaan di sini," jawabnya.

"Kamu di terima," ucap Sintaa dengan lantang.

"Apa-apaan kamu. Aku kan pemilik kafe ini, aku yang berhak memutuskan," sergah Mila.

Sinta lalu menarik lengan Mila dan membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Kamu pikir baik-baik, jika dia bekerja di sini pasti kafemu akan selalu ramai. Ayo terima saja dia," rayu Sinta.

Mila kembali pada Jaehyuk tanpa memedulikan perkataan Sinta.

"Apa pekerjaan yang kamu bisa di sini?" tanya Mila.

"Aku bisa menjadi bartender, karena saat di Korea aku sudah beberapa kali bekerja paruh waktu di kafe sana"

Mila manggut-manggut tanda mengerti.

"Sudah berapa lama, kamu tinggal di sini? Sepertinya kamu sudah fasih berbahasa Indonesia?"

"Sudah dua tahun," jawab Jaehyuk.

"Hmm baiklah, karena kamu memiliki kriteria yang kami inginkan. Kamu bisa mulai bekerja." Mila tidak melanjutkan kalimatnya.

Dia belum berpikir kapan ia akan membuka kafe.

"BESOK," bisik Sinta yang berada di sebelah Mila.

Mila memutar bola matanya.

"Baiklah, kamu mulai bekerja besok. Dan kita akan mulai membuka kafe ini besok juga. Jadi tolong kerja samanya ya. Kita bangun kafe ini dari nol," kata Mila.

"Baik noona, aku akan bekerja dengan giat. Semangat!" ucap Jaehyuk sambil mengepalkan tangan kanannya di udara seperti adegan yang pernah Mila lihat di drama Korea yang kadang ia tonton.

"Apa itu noona?"