webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Adolescente
Classificações insuficientes
14 Chs

Nayla #4

Nayla menghabiskan air mineral dengan cepat. Di dalam mobil adem tapi hati Nayla panas.

"Lain kali jangan gitu lagi Nay, kalo mau lepas jilbab nanti di dalem mobil. Syukur sampai rumah baru dilepas" tegur Gina kepada Nayla memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Iya maaf" Nayla mengalihkan pandangan ke arah kiri. Melihat pemandangan di luar kaca mobil.

Ternyata berhadapan dengan kakak beradik Reyza dan Gina membuat hati Nayla makin tidak menentu. Gina hampir sama saja dengan Reyza. Rasanya tidak mau dekat dengan mereka. Budhe Rintang begitu ramah. Tapi anak-anaknya jauh dari kata itu.

"Maaf tadi mas terlalu keras narik tangannya. Soale mas takut ada yang lihat. Ndak enak sama dosen kalo sampai tahu hal ini" ucap Reyza sambil melirik Nayla melalui kaca spion dalam mobil. Mungkin saja Nayla bakal nangis lagi.

"Ndak papa mas, Nayla memang keterlaluan. Lain kali mohon bimbingannya biar Nay ndak salah langkah lagi" Nayla merasa bersalah. Nayla terkejut saat Reyza menariknya dengan kasar dan menyuruhnya masuk dengan cepat. Mungkin perbuatan Nayla bisa menjadi image yang buruk untuk Pakdhe Barata.

Nayla menghapalkan setiap rute jalan yang dilalui. Nayla akan meminta Bunda untuk mengendarai sepeda motor saja jika pergi ke kampus. Biar nanti Bunda yang bicara sama Budhe. Nayla sudah tidak kuat jika harus dekat dengan Reyza.

"Uhhmm, tadi ada yang lihat Mawar lepas jilbab?" Reyza batuk dan bertanya kepada Nayla.

"Ada, senior ganteng. Dia tahu Nay dan ngasih air mineral ini" Nayla mengangkat botol menunjukkannya ke Reyza.

"Siapa senior ganteng itu? Kok tau namamu?" Gina menoleh dengan cepat.

"Ndak tau mbak, tapi dia manggil Nay Mawar" Nayla memanggil Gina 'mbak' karena silsilah keluarga. Meski mereka seumuran tapi Gina tetap dituakan.

"Dia tau dari mana nama kamu Mawar?" tanya Reyza penasaran. Dia merasa sedikit tidak terima.

"Katanya lihat status whatsappnya Mas Rey. Emang Mas Rey masang foto Nay yang mana?" jawab Nayla datar.

"Mas Eja bikin status whatsapp? Kapan? Gina ndak pernah lihat. Apa Mas Rey menyembunyikan status dari Gina?takut Gina aduin ke Papah dan Mamah?"cecar Gina kepada Reyza yang membuat kakaknya gugup.

"Ndak kok" kilah Reyza

"Kamu ndak tau nama senior itu Nay? Kamu dikasih minum tapi ndak tau namanya?" Gina masih penasaran dengan senior yang dibicarakan. Gina takut jika itu adalah dia.

"Ndak kenalan mbak. Abis dia ngasih minum, Nay cuma bilang makasih. Dia cuma nanya nungguin Eja. Begitu. Hmmm tadi kalo ndak salah nametagnya Dimas Lukito Alamsyah" Nayla dengan jawaban polosnya.

"Apa!!!!!!!"ucap Reyza dan Gina bersama dengan suara keras.

......

Sore hari di Jogja, Bunda sedang menyiram tanaman di taman depan. Di temani Ayah yang sedang menebar bibit bunga matahari. Mereka selalu melakukan hal bersama. Meski Ayah sibuk di kantor dan Bunda lelah mengajar, mereka tetap meluangkan waktu untuk menjaga keharmonisan keluarga.

Selesai mengerjakan sesuatu di taman. Mereka membersihkan diri. Tidak lama, ada suara motor yang berhenti di depan gerbang rumah. Seseorang melepaskan helmnya.

"Assalamu'alaikum Bunda" Tama melambaikan tangan dengan semangat.

"Wa'alaikumsalam nak Tama. Sini masuk" jawab sang Bunda. Kemudian Ayah membukakan pintu gerbang.

"Om sama Bunda mesra terus. Tama jadi iri" Tama memang sudah akrab dengan keluarga Nayla.

"Nak Tama ada ada saja. Kangen Bunda apa Nayla nih?" Bunda paling paham dengan persahabatan mereka.

"Kangen Bunda dong. Nayla mah jauh.  Kangen Bunda yang lebih cantik dari Nayla"

"Eheemmmm" Ayah memberi kode keras

"Heheheeee jangan cemburu ya Om" Tama selalu bisa bercanda dengan keluarga Nayla.

Tanpa basa basi yang lama, Tama menceritakan hal tentang dirinya diblokir oleh Nayla. Tentu saja tanpa membicarakan Putra. Bunda berjanji akan menanyakan hal tersebut kepada Nayla.

Setelah mendengar Bunda berkata seperti itu, Tama langsung pamit. Namun Bunda menghentikannya sejenak.

"Nak Tama, tau ndak Putra kuliah dimana? Sekarang sudah jarang main ke rumah. Kemarin Nayla pergi ke Surabaya juga Putra ndak kelihatan" pertanyaan Bunda yang sulit dijawab.

"Aku ndak tau Bunda" Tama berbohong.

***

Ketika mobil sudah parkir di garasi. Gina menutup pintu mobil dengan keras dan berlari ke dalam rumah. Tidak mempedulikan sang kakak dan Nayla yang masih di dalam mobil.

Nayla mengabaikan tingkah Gina. Dia pun tidak peduli akan hal itu. Nayla kemudian keluar dari mobil. Namun ada yang menghentikannya sebelum masuk ke dalam rumah.

"Mawar" Reyza memanggilnya dengan lirih dan tatapan yang tajam. Nayla bingung saat menolehnya.

"Ada apa Mas Rey? Nay salah lagi ya?"

"Dimas temannya mas, sering main kesini. Kamu ndak boleh dekat-dekat sama dia. Dimas itu playboy. Kamu ndak mau patah hati lagi kan?" kata Reyza sambil berjalan masuk ke dalam rumah

"......" Nayla hanya menggaruk kepala. Hanya dikasih air mineral, mereka sampai berpikir begitu jauh.

.......

Reyza masuk ke kamar dan langsung membuka ponsel. Dia mengirim pesan whatsapp ke Dimas.

Reyza

Kamu ngapain nyapa Mawar diparkiran?

Dimas

Tadi kasihan kepanasan. Dia belum terbiasa kayaknya.

Reyza

Lain kali ndak usah dekatin dia

Dimas

Kenapa rek?

Reyza

Dia Mawarku!

Dimas

😲

......

Di dalam kamar Nayla langsung istirahat. Nayla merasa malam ini batal belanja. Karena Gina tiba-tiba berubah pikiran. Yaudah besok Nayla pakai jilbab yang sama lagi.

Bunda is calling....

"Assalamu'alaikum Bunda" Nayla langsung mengangkat panggilan Bunda di ponselnya.

"Wa'alaikumsalam sayang, Bunda kangen Nayla. Temennya Nay juga ada yang kangen"

"Pasti Tama Ya Bun?" sudah jelas Nayla bisa menebak.

"Kok Nay tau?" tanya Bunda.

"Pasti cerita masalah nomer Nay ya. Dasar Tama mah sukanya gitu. Biarin aja Bunda"

"Kasihan Nay, tiap sore jadi sering mampir ke rumah nanyain Nay terus"

"Yaampun, itu anak mah kebangetan. Maafin Tama ya Bun. Ntar Nay hubungin Tama aja biar ndak ganggu Bunda terus. Ayah apa kabar Bun?"

"Ndak papa, Tama anaknya lucu. Ayah alhamdulillah sehat sayang. Keluarga Budhe sehat semua kan? Oya, nak Putra kok sudah lama ndak main ke rumah Nay?" Bunda bertanya dengan suara pelan

"Alhamdulillah disini sehat semua Bunda. Ndakpapa Bunda, lagi sibuk mungkin. Oya Bun, Budhe udah manggil buat makan malam. Ntar disambung lagi ya Bun. Assalamu'alaikum"

Nayla mematikan panggilan setelah Bunda menjawab salam. Nayla tidak mau kalau Bunda sampai tahu masalah mereka. Setidaknya sampai Nayla benar-benar bisa melupakan Putra. Masih sesak dadanya kalau ingat kelakuan Putra.

.....

Saat turun untuk makan malam, ternyata ada suara ramai diruang tamu. Sepertinya ada tamu yang datang. Nayla ingin melihat sang tamu. Tiba-tiba ada yang menarik tangan Nayla dan dia adalah Reyza.

Reyza menarik Nayla sampai ke ruang makan. Menyuruh Nayla duduk sendiri di meja makan. Nayla dilarang keluar ruang tamu.

"Kamu nunggu disini aja, jangan keluar ke ruang tamu. Papah sama Mamah udah nemuin tamu. Dan kamu juga tamu disini Mawar jadi jangan menyapa tamu rumah ini" suara Reyza begitu penuh penekanan. Nayla hanya mengangguk tanda mengerti.

Nayla merasa menjadi orang asing lagi. Reyza selalu membuat dirinya sadar akan status dalam keluarga. Semua keluarga dan teman-teman Nayla juga tahu kalau dirinya hanya seorang anak angkat. Anak angkat yang begitu beruntung masuk ke dalam keluarga Ayah dan Bunda yang sangat mencintainya. Mereka tidak pernah menutupi asal usul Nayla. Bahkan Nayla juga tahu keluarga asalnya.

Nayla duduk sendiri di meja makan. Menunggu keluarga Budhe. Matanya sudah berkaca-kaca. Dadanya lebih sesak lagi karena perkataan Reyza. Reyza selalu saja membuatnya meneteskan air mata.

***

T. B. C