webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Adolescente
Classificações insuficientes
14 Chs

Nayla #10

Pratama Publisher adalah penerbitan yang menjadi tempat novel-novel Rosita dicetak. Sekarang Nayla dan Edo berada di lobi depan. Menunggu Rosita yang sedang meeting bersama editornya.

"Nay, kamu tahu foto kamu sering dijadiin status loh sama kak Dimas" ucap Edo sambil membalas pesan chat di ponselnya.

Nayla tersenyum mendengar ucapan Edo. Dia tidak terlalu peduli dengan berita seperti itu. "Kamu tahu dari mana Do?"

"Kata anak-anak kampus sih" Edo menjawab sambil tersenyum. "Nggak tahu juga bener apa nggak. Hahahaa.... Kamu hati-hati loh ntar banyak haters di kampus. Secara Kak Dimas idola"

Nayla malas meladeni omongan Edo yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Tidak lama Rosita keluar dengan beberapa file kertas ditangannya. "Asik banget ngobrolnya. Maaf ya nunggu lama. Mau makan dimana kita? Aku yang traktir deh"

Edo dengan semangat mengambil alih kertas-kertas yang ada di tangan Rosita. "Udah deal novel barunya? Harusnya sih makan yang enak nih"

Mereka keluar dari perusahaan penerbitan tersebut dan pergi ke tempat makan favorit mereka. Sebenarnya favoritnya Edo sih. Dia paling suka makan bebek goreng.

...

Di lapangan futsal milik keluarga Dimas sedang ada pertandingan persahabatan. Mahasiswa fakultas teknik bertanding antar club. Bukan kompetisi resmi, hanya saja semua mahasiswa sudah biasa bertanding di sini. Tentu saja ada Dimas dan Reyza. Namun mereka sudah selesai bermain. Mereka duduk di pinggir lapangan sambil rebahan karena lelah.

Dimas mendekati Reyza, memberi air mineral dan duduk di sampingnya. "Masih kekeh dengan Nayla?"

"Aku nggak perlu jawab pertanyaanmu kan?"

"Daridulu kamu masih begitu. Nggak capek Ja? Kita sahabatan dari kecil, dan kamu masih egois seperti dulu. Kalau Nayla sampai tahu gimana?"

"Karena kita sahabatan harusnya kamu paling tahu kenapa aku seperti ini" Reyza bangun dan duduk menatap tajam ke arah Dimas.

Dimas tersenyum mengalihkan pandangan ke pusat lapangan. "Kamu nggak akan pernah bahagia kalo ngelakuin hal itu terus menerus"

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Dan satu hal yang harus kamu lakukan. Jauhi Mawar!!" Reyza berjalan menuju arah pintu keluar. Reyza malas bicara dengan Dimas masalah itu. Mereka sahabatan tapi lebih terlihat seperti musuh bebuyutan.

Dimas dengan suara lirih dan tatapan tajam berkata "untuk kali ini aku yang akan egois. Aku nggak akan nyerah tentang Nayla".

Reyza masuk ke dalam mobil kemudian melakukan panggilan di ponselnya. Dia menelepon Nayla.

"Mawar... Kamu di mana?"

"Di sanggar Ferlita dance mas. Kenapa?nanti Nay pulang sore dianter Edo"

"Mas jemput sekarang!" tanpa menunggu jawaban Nayla, Reyza sudah menghentikan panggilannya.

Reyza melajukan mobilnya dengan cepat. Reyza tidak mau Mawar dijemput siapapun. Baginya Mawar adalah miliknya.

....

Alunan musik khas korea berkumandang di sebuah ruangan penuh cermin. Ada dua wanita sedang menari dengan lincahnya. Nayla memang lebih suka menari dengan iringan musik korea. Baginya gerak tari dengan tempo cepat khas Korea lebih energik. Bisa meluapkan emosi jiwanya. Tidak memberikan celah sedikitpun untuk memikirkan hal yang sepele. Tempo yang cepat membuatnya harus fokus terhadap setiap gerakan.

"Kamu makin energik Nay" puji Ferlita setelah selesai menari.

"Makasih Kak Lita. Jangan bosen nemenin Nay buat latihan"

"Kamu bukan sedang latihan. Kamu cuma sedang melakukan pelampiasan. Kakak nggak melarang kok. Cuma jangan terlalu lama untuk membuat tarian menjadi pelarian. Karena menari itu ada artinya dalam setiap gerakan" Ferlita menepuk punggung Nayla. "Menarilah sekali lagi. Puaskan hatimu. Lawan gerakan yang susah. Ingat untuk tetap semangat" Ferlita berlalu meninggalkan Nayla sendiri di ruangan.

"Makasih kak" Nayla menundukkan kepala sejenak. Kemudian berdiri menatap cermin dan mulai mengcover dance lagi.

***

Reyza menghentikan mobilnya diparkiran Ferlita dance. Dia keluar dari mobil dan segera menuju ke dalam sanggar. Reyza menanyakan keberadaan Nayla kepada petugas yang ada. Dan Nayla ada di ruangan studio yang paling jauh dari semua ruangan. Karena Nayla mengambil kelas privat.

Reyza pun berjalan ke arah studio tempat Nayla berlatih. Reyza membuka pintu studio dengan pelan. Di sana terlihat Nayla masih dengan lincah melakukan gerakan tari dengan tempo yang cepat. Nayla terlihat semangat, penampilannya yang memakai jilbab diikat ke leher dan pakaian ketat khas penari membuat Nayla tampak lebih energik.  Namun matanya terlihat sendu. "Kasihan mawarku" ucap Reyza dalam hati.

Nayla tidak menyadari kedatangan Reyza, dia masih asik dengan semua gerakan tarinya. Sesekali membuat gerakan tari sendiri yang sesuai dengan musik. Nayla sangat menikmati setiap gerakan yang ada. Saat mata Nayla tiba-tiba menemukan sosok yang tak asing di belakangnya, sontak membuat Nayla terjatuh dengan keras. Nayla sangat terkejut dengan kedatangan Reyza yang tanpa permisi masuk studio.

"Hati-hati Mawar" Reyza membantu Nayla untuk berdiri.

Nayla masih tampak bingung dengan kedatangan Reyza. "Mas Rey kok bisa masuk? bukannya ada ruang tunggu di depan"

"Tadi diijinin kok sama Kak Lita"

"Mas Rey kenal kak Lita?"

"Hmmm bisa dibilang begitu. Ini minum dulu" Reyza memberikan air mineral yang ia bawa dari kampus. "Masih lama latihannya?".

"Tadi tarian terakhir. Mas Rey sengaja jemput Nay?"

"Iya dong" Reyza mengeringkan sebelah matanya dengan manja.

Nayla hanya tersenyum melihat tingkah Reyza. Mereka bergegas untuk pulang ke rumah karena sudah hampir maghrib.

...

Gina dan Laura sedang makan di cafe dekat kampus. Mereka habis mengerjakan tugas bersama. Ngerjain tugas bentar dan nongkrongnya yang lama.

"Gin, kamu nggak suka sama Nayla ya?  Maaf nanya ini. Soalnya semenjak ada dia, kamu jadi sering murung" Laura memancing Gina dengan pertanyaan.

"Ya gimana yaaa,  dia kaya ngambil semua perhatian orang rumah. Yang lebih parah perhatiannya Mas Eja. Kamu tahu nggak? Jilbab incaranmu yang warna ungu ternyata dibeli Mas Eja buat Nayla. Gimana nggak kesal coba!" jawab Gina dengan menggebu.

Laura tersenyum dengan jawaban Gina. "Gapapa Gin, kamu kan adik kesayangannya Mas Eja. Nggak mungkin dia lebih perhatian sama Nayla. Kamu aja yang baperan".

"Kamu nggak cemburu Ra? "

"Ya nggak lah. Kan kalian sepupu. Kenapa harus cemburu?"

"Tapi kami kan nggak sedarah Ra"

Laura hanya menatap Gina dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Laura memang sudah menyimpan rasa suka terhadap Reyza dari jaman SMP. Tentu saja Gina tahu hal ini. Namun Laura selalu tetap tenang menutupi perasaannya.

"Aku yang kesel sama Mas Eja. Aku pikir dia beli jilbab buat kamu. Ternyata bukan. Aku jadi nggak enak sama kamu" ucap Gina yang membuat muka Laura pucat.

"Kalau aku cemburu berarti aku mengakui kalau mas Eja suka sama Nayla dong"

"Kamu harus sering nginep ke rumah ya. Biar nggak ada celah buat Nayla cari perhatian"

Selesai makan mereka masih duduk santai. Memainkan ponsel stalking instagram teman. Dan Laura melihat story Reyza. Meremas ponsel dengan erat. Hatinya mulai gelisah.

"Mas Eja nemenin Nayla latihan nari? Lihat story IG nya Mas Eja nih Ra!" Gina membuat hati Laura makin panas.

***

T. B. C