Niara yang sedang rebahan di kasurnya harus terganggu oleh dering ponselnya, dengan malas Niara bangun dan meraih ponselnya, Niara menjawab panggilannya dengan mau tak mau.
"Iya hallo," ucap Niara.
Untuk beberapa saat Niara terdiam mendengarkan kalian dari seberang sana, setelah itu Niara tersenyum dan mengangguk setuju dengan apa yang didengarnya itu.
"Ayo, nanti aku kirim alamat rumah aku ya."
Niara lantas menutup sambungannya dan berkutat beberapa saat dengan ponselnya, Niara menyimpannya dan terdiam, ternyata yang menghubunginya adalah Devan dan Devan mengajak Niara untuk ke rumah Mikayla.
Tentu saja Niara setuju karena jujur Niara juga ingin tahu dimana rumah temannya itu, dan lagi bisa jadi pengobat bosan Niara yang saat ini sendirian di rumah.
Niara lantas bersiap setelah mendapatkan balasan dari Devan, Niara memang sudah mandi dan sudah juga memakai baju ganti dari segaram tadi.
"Aku tunggu di luar saja ya, tapi aku kabari Mika dulu deh."
Niara meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Mikayla di sana, mereka memang telah bertukar kontak sejak dua hari di sekolah, sedangkan dengan Devan baru tadi pagi.
Niara lantas keluar dengan membawa tas kecil untuk tempat ponselnya, Niara duduk di kursi luar rumahnya untuk menunggu Devan datang.
Niara akan tahu rumah Mikayla dan mungkin saja bisa berangkat bareng kalau ke sekolah, Niara tersenyum saat ada motor yang berhenti di halaman rumahnya, dan tidak salah lagi itu adalah Devan.
Niara bangkit dan terdiam memperhatikan lelaki itu, memang berbeda dari saat berada di sekolah tadi siang, Devan lebih terlihat dewasa saat berpakaian bebas seperti itu.
Ditambah lagi dengan motornya itu, Devan semakin terlihat berbeda.
"Ayo berangkat," ucap Devan.
"Ayo, kamu cepat juga sampai ke rumah aku."
"Gak jauh, aku di seberang sana."
"Oh iya?"
Devan mengangguk, kebetulan yang bagus berarti, rumah mereka dekat dan sekolah pun sekelas, berteman juga jadi mereka bisa saling mengunjungi nantinya.
"Ayo."
Niara mengangguk dan menaiki motor Devan.
"Kemana kita?"
"Mika gak balas chat aku, tapi dia bilang rumahnya di dekat sini juga nomor 13."
"13 ke arah mana?"
"Ke ujung sana kalau gak salah?"
"Oh jadi Mika lewati rumah kamu?"
"Kayaknya sih, tapi gak tahu juga, kalau aku salah gimana?"
"Ya sudahlah, cari saja dulu gak ada salahnya,kalau memang bukan disana ya cari lagi."
Niara mengangguk, itu benar juga, Devan lantas melajukan motornya dengan membawa Niara di belakangnya, mereka akan mencari dimana rumah Mikayla.
"Mika masih gak balas chat kamu?"
"Gak ada."
Devan mengangguk, keduanya mengedarkan pandangan mencari rumah Mikayla, kalau memang arah mereka benar pasti akan melihat rumah nomor 13, tapi sebaliknya juga jika mereka salah arah.
"Ra, aku gak pamit tadi sama orang tua kamu."
Niara mengernyit tak mendengar jelas ucapan Devan, Niara memajukan tubuhnya mendekati Devan.
"Apa, maaf aku tidak dengar."
Devan menoleh sekilas dan tersenyum.
"Aku bilang, tadi aku gak sempat pamit pada orang tua kamu."
"Oh .... gak apa-apa, mereka memang lagi gak di rumah kok."
"Kemana memangnya?"
"Lagi ke rumah temannya, makanya aku pas diajak pergi langsung mau, karena aku hanya sendirian saja di rumah."
Devan mengangguk, baiklah kalau memang seperti itu, berarti tidak ada masalah dengan tidak pamitnya Devan dan membawa Niara pergi.
"Ini motor punya kamu, Dev?"
"Iya."
"Kenapa kamu ke sekolah diantar?"
"Malas saja kalau ke sekolah, maunya instan."
Niara mengangguk, baiklah Niara mengerti dengan itu dan tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi.
----
Mikayla meneguk minumnya, makannya telah selesai dan begitu juga dengan Nina, keduanya tersenyum bersamaan.
"Kenyang?" tanya Nina.
"Kenyang dong, Bu."
"Bagus."
"Ibu kenapa gak jual habis semuanya?"
"Soalnya, Ibu gak masak, kalau ini dijual habis semuanya berarti kamu makan cuma nasi saja."
Mikayla tersenyum dan mengangguk, benar juga dan sepertinya Mikayla tidak suka dengan itu.
"Makasih ya Bu, Ibu selalu mengutaman aku."
"Ya iyalah, memangnya siapa lagi yang harus Ibu utamakan kalau bukan kamu?"
"Ya diri Ibu sendiri."
"Gak bisa dong."
Mikayla tersenyum dan kembali meneguk minumnya, Mikayla teringat dengan surat itu dan mungkin sekarang Mikayla bisa membukanya.
"Bu," panggil Mikayla.
"Apa?"
"Tadi di sekolah, aku dapat ini."
Mikayla menunjukan kertas yang diraih dari sakunya, Nina terdiam untuk beberapa saat, sampai akhirnya Nina tersenyum dan mengangguk.
"Jangan ditertawakan lagi."
"Dari siapa, kamu sudah tahu orangnya?"
"Gak tahulah Bu, yang kasih ini juga perempuan."
"Perempuan?"
"Iya perempuan, masa pengagum rahasianya perempuan, kan gak lucu."
Nina mengangguk, benar juga gimana jadinya kalau Mikayla disukai oleh perempuan, Nina bergidik dan menggeleng kenapa bisa Nina berfikir seperti itu.
"Ibu kenapa?"
"Enggak, gak apa-apa, ya sudah kamu buka."
Mikayla mengangguk dan membukanya, tapi belum berhasil terbuka dengan sempurna, suara dari luar sana lebih dulu menghentikan kegiatannya.
"Mika."
Keduanya menoleh bersamaan, sedetik kemudian mereka saling lirik.
"Siapa?"
"Kayak suara Devan."
"Devan?"
"Iya, teman sekelas aku."
"Jangan-jangan, dia yang diam-diam suka sama kamu."
"Ya enggaklah, masa iya."
"Mika."
"Dua orang?" tanya Nina.
"Iya, Devan sama Niara, aku di sekolah sama mereka berdua."
"Oh, ya sudah sana temui."
Mikayla mengangguk dan berlalu untuk membuka pintu, memang benar di luar ada Niara dan Devan.
"Kalian," ucap Mikayla.
Keduanya tersenyum dan mengangguk, Mikayla melihat motor di belakang sana, itu berbeda dengan motor yang dibawa Niara ke sekolah.
"Itu motor Devan," ucap Niara.
Mikayla mengangguk, pantas saja berbeda dan baguslah karena Niara mengerti maksud Mikayla.
"Ajak masuk, Mika."
Nina berjalan menghampiri mereka, Niara dan Devan langsung salam bergantian, Nina tersenyum pada keduanya dan sekarang Nina jadi tahu siapa dan yang mana teman putrinya di sekolah.
"Ayo masuk, ajak masuk dong, Mika."
"Iya Bu, ya sudah ayo masuk."
Keduanya mengangguk dan mengikuti Mikayla juga Nina di depannya, sekarang mereka tahu jika rumah Mikayla tidak sebesar rumah mereka.
Tapi mereka suka dengan rumah itu, rasanya nyaman meski tidak terlalu mewah juga.
"Silahkan duduk, Ibu bawakan minum dulu ya."
"Iya Bu, terimakasih." ucap Devan.
Nina lantas berlalu meninggalkan ketiganya, Mikayla mempersilahkan dua temannya untuk duduk, dan ketiganya duduk bersamaan.
"Kok kalian bisa kesini?"
"Devan tuh yang ajak."
"Ada apa?"
"Gak ada apa-apa, kita mau tahu saja rumah kamu."
Mikayla mengangguk mendengar jawaban Devan, tidak masalah Mikayla senang dengan hal itu.
"Maaf ya, rumah aku kecil."
"Apaan sih, gedelah segini." ucap Niara.
"Beda sedikit sama rumah aku," tambah Devan.
Mikayla hanya tersenyum saja meresponnya.