webnovel

Tangan Besi Su Jin

“Ini milikmu!” Lin Hua menyorongkan sebuah kantong kecil kearah Su Jin.

“Apa ini?” tanyanya tidak mengerti.

“Itu untukmu,” jawab Lin Hua sedikit malu, baru kali ini dia memberi sesuatu pada seorang teman pria. “Aku harus bererimakasih karena kamu mau ikut aku kemari terutama saran darimu aku mendapat gaun yang bagus.”

“Tidak perlu! Kamu bawa saja atau berikan pada temanmu di samping atau dia akan marah karena cemburu.” Su Jin melirik Shang Yu, yang berwajah sangat gelap dengan mata yang membara dan ingin benar-benar ingin membakarnya.

Lin Hua pun tidak bisa tidak melihatnya tetapi, hanya bisa membuatnya menghela napas dan dengan secara paksa memberikan hadianya ke tangan Su Jin sedangkan, akhirnya dia pun mengeluarkan kantong lain dari kantong besar di tangannya. “Ini untukmu, aku juga tidak mungkin melupakanmu.”

Senyum Shang Yu langsung tersemat lebar. “Kenapa repot-repot membelikan sesuatu untukku, padahal aku bisa membelikan apapun yang kamu mau.”

Pelipis Lin Hua rasanya sedikit berkedut, “Kalau kamu tidak senang dengan barang yang kubelikan kamu bisa mengembalikannya padaku.”

“Tidak mau! Bagaimana bisa kamu meminta barang sudah diberikan.”

“Itu, kan kamu yang bilang itu merepotkan untuk membelikanmu sesuatu lagipula itu hal murah. Tidak terlalu berharga untukmu.” Tangan Lin Hua bergerak seolah akan merebut kembali hadiah yang ingin dia berikan tetapi, segera Shang Yu menghalanginya sehingga mereka seolah bergerak saling rebutan.

Di samping, Su Jin sudah muak dengan tingkah mereka setelah beberapa berinteraksi dekat dengan mereka dia cukup yakin jika, keduanya adalah protagonist dunia ini. Yah, lihat saja dari tingkah klise mereka sejak awal. Tidak menyangka, apa yang ditulis Feng Bai benar-benar lelucon drama romantic ala Cinderella. Seorang gadis miskin, menarik perhatian sang Penguasa sekolah yang memilki tiga ketentuan utama penampilan, kekayaan dan latar belakang yang istimewa dan Su Jin baru-baru ini melihatnya ada pada Shang Yu.

‘Yah, kalau pun aku salah tebak siapa peduli. Aku tidak ada hubungannya dengan mereka. Aku hanya perlu berurusan dengan hidupku sendiri saat ini.’

“Shang Yu, kamu menyebalkan! Lihat saja kalau kamu sampai membuangnya nanti, aku akan menuntutmu.” Lin Hua tidak berhasil mengambil hadianya kembali dan membuatnya setengah kesal tetapi, puas karena berarti Shang Yu cukup menghargai hadian darinya.

“Tidak mungkin, aku akan menjaga pemberianmu ini dengan baik.” Shang Yu segera memasukkan hadiah itu ke balik jaketnya. Memasang senyum lebar pada Lin Hua, yang kali ini tampak malu-malu.

Su Jin tidak ingin dekat-dekat lagi dengan sepasang burung pecinta ini, tubuhnya sudah gatal ingin sekali mandi. Hari ini dia terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain, pasar sungguh tempat yang sangat padat dan itu tidak berkurang sedikit pun setelah sore hari menjelang dan malah semakin banyak orang. Dan, sungguh pengalaman yang baru barang-barang di sini memang lebih murah dan tentu saja kualitasnya tidak bisa dibandingkan dengan toko-toko terkenal lainnya. Uang tidak akan pernah berkhianat, kecuali sifat manusia yang seringkali berpaling entah itu karena uang ataupun cinta.

Itu hanya sepenggal pengalamannya hidup di masa lalu sekarang, dikehidupan keduanya?? ‘Apa yang akan kulakukan di kehidupan keduaku kali ini, yah?’ Tiba-tiba saja pikiran itu jatuh dalam benak Su Jin. ‘Ah, hidupku dulu rasanya terlalu nyaman kecuali saat kedua orangtuaku meninggal meskipun, aku jadi penjahat kehidupanku juga nyaman sampai malah aku bosan dan menyerah mati… ah, mungkin itu sekarang jadi penyesalan pertamaku.’

“Wow, wow… sepertinya kita mendapat domba-domba muda yang tampak lezat,” suara itu terdengar dari seorang pria yang tampak seperti berandal tidak hanya dia, dibelakangnya pun terdapat beberapa orang yang tidak jauh berbeda dengannya. Mereka tertawa puas dengan pandangan menjijikan seolah baru melihat mangsanya dan tanpa perintah seolah tahu apa yang harus dilakukan orang-orang berjumlah sembilan orang itu mengelilingi mereka.

“Su Jin, Su Jin! Kamu jangan melamun.” Lin Hua berusaha menyadarkan Su Jin, yang sepertinya jatuh dalam pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari keadaan sekitar mereka yang sudah berubah.

Shang Yu sudah memasang badan untuk melindungi Lin Hua, dia menempatkan gadis itu di belakang punggungnya tidak akan membiarkan preman-preman yang tiba-tiba datang itu melukainya. “Matahari saja, belum terbenam sepenuhnya tetapi, kalian sudah datang bergrombol dan mengganggu orang lain. Sebaiknya kalian pergi atau … aku akan melaporkannya pada polisi.”

“Bos, lihat! Dia sunggu anak pemberani.”

Ma Chun tertawa, mengangguk membenarkan perkataan anak buahnya. “Yah, dia pasti melakukan itu untuk terlihat jadi pahlawan di depan kekasihnya, bukan? Tapi sebentar lagi, dia tidak akan berani bicara apapun dan hanya menangis setelah kita menghajarnya.”

“Apa yang kalian inginkan, jangan main-main denganku?” Shang Yu tidak bisa terima diremehkan.

“Kalian pergi dari sini!” Lin Hua pun berusaha bersuara dari balik punggung Shang Yu. “Kami tidak punya uang atau apapun yang kalian inginkan.”

“Oh, Hooh, benarkah? Tapi kurasa kamu punya gadis cantik. Kamu bisa menghibur kami lalu, setelahnya kubiarkan kamu pulang dengan selamat.”

“Dasar bajingan!” Shang Yu marah mendengar mereka melecehkan Lin Hua, dengan kepalan tangan terangkat juga langkah yang cepat dia berusaha menghajar pria yang sudah melecehkan Lin Hua. Sayang, tangannya tertangkap lebih dulu dan sebuah tendangan bersarang tepat di dadanya membuatnya tersungkur mundur.

“Shang Yu!” teriak Lin Hua terkejut melihat Shang Yu jatuh dan segera dia datang menghampiri. Duduk di sampingnya, menahan tubuh bagian atasnya dengan perasaan cemas dan wajah yang sendu. “Kamu gak apa-apa? Apa yang baru saja kamu lakukan, itu berbahaya.”

“Wow, Kalian sungguh manis tapi, sayangnya saat ini… “ Orang yang bernama Ma Chun itu mendekat, berjongkok di samping mereka. “Aku sedang tidak ingin menonton drama. Kalian harus jadi buruh kami jika, ingin selamat.”

“Kalian dasar orang-orang jahat, lebih baik kalian menyingkir dari hadapan kami—Aaaakh!”

Tiba-tiba saja dagu Lin Hua dicengkeram oleh penjahat itu. Di samping, Shang Yu melihat apa yang dilakukan preman itu pada Lin Hua menjadi marah dan tidak peduli dengan dadanya yang nyeri setelah ditendang salah satu dari para penjahat ini. “Jangan berani menyentuh Shang Yu, dengan tangan kotormu itu.” ujarnya sambil menarik tangan Ma Chun. Kali ini Ma Chun, yang kurang antisipasi harus terjengkang setelah ditendang Shang Yu.

“Bocah sialan!” amuk Ma Chun dan siap menyuruh para bawahannya untuk maju dan menghajar mereka semua. Tetapi, Su Jin yang sejak awal belum bicara sama sekali maju mencegah salah satu dari mereka yang hendak menyentuh Lin Hua.

"Jangan macam-macam, kalian siapa?" tanya Su Jin memerhatikan mereka satu persatu.

"Bocah berengsek! Hajar mereka dan ambil semua yang mereka miliki."

"Hah, dasar perampok jalanan." Su Jin tidak bisa tidak mencibir mereka sebelum, serangan mereka datang kearahnya. Dia tahu tubuh yang digunakannya tidak cukup terlatih tetapi, kemampuannya dari masa lalu tentu saja tidak akan mudah hilang hanya karena tubuhnya yang berganti apalagi hanya untuk menghabisi orang-orang yang sudah seperti cecunguk di depan matanya.

"Aaaakh!" salah satu dari mereka menjerit kesakitan baru saja Su Jin memelintir tangannya dan menendangnya jauh hingga tersungkur. Tangan kurusnya masih cukup bertenaga, kakinya yang panjang pun tidak kalah cekatan bergerak.

Ma Chun yang sombong akhirnya pun tidak bisa berkutik ketika Su Jin berhasil menahan tangannya di belakang kepalanya dan memitingnya cukup kuat. "Apa kamu mau berhenti?"

"Aaakh, sialan! lepaskan aku...ini sakit!"

Su Jin mana peduli dengan teriakan itu dengan satu tangannya yang bebas, dia memukul perut M Chun dari samping. "Jangan berteriak, semakin berteriak aku semakin ingin menghajarmu."

Ma Chun menutup mulutnya, menahan rasa sakitnya ketika dipukul kedua kalinya oleh Su Jin sedangkan kepalanya belum lepas dari pitingannya.

"Kalian pengganggu, menjengkelkan! padahal aku sudah ingin pulang."

"K-kami akan berhenti jadi, lepaskan kami," ujarnya dengan suara gemetar.

Satu pukulan lagi bersarang diperut Ma Chun. "Tidak apa-apa sudah terlanjur ini, bagus untukku juga. aku bisa menunjukkan apa tangan besiku ini masih berfungsi sepertinya masih," ujar Su Jin merasa bangga dengan pencapaiannya.

'Iya, sialan! tangannya benar-benar seperti besi;' Ma Chun menangis dalam hati, menahan sakitnya karena ketakutan akan semakin di siksa jika bersuara seperti ancaman Su Jin.