Satu minggu telah berlalu, berbagai kejadian supranatural telah dia alami. Akal sehatnya seolah-olah mulai menghilang. Dimana pun kaki berpijak, sosok makhluk astral selalu muncul di hadapannya. Namun Syamsudin berusaha untuk tidak memperdulikannya. Tetapi aktivitas supranatural yang ekstream, membuat dirinya sangat terganggu.
Seolah-olah mereka ingin memberitahu bahwa dirinya tak bisa mengabaikannya begitu saja. Sementara itu semenjak kepergian Syamsudin dari rumahnya. Suasana rumah kembali normal, tidak ada aktivitas supranatural, atau penamkanan makhluk halus. Akhirnya Ferdi pun bisa menarik nafas lega. Namun semenjak kejadian itu, dirinya selalu waswas ketika seorang diri.
Kejadian kabut malam mengundang berbagai persepsi. Ada yang berpendapat bahwa itu hanyalah sebuah fenomena alam. Namun ada juga yang berpendapat, bahwa itu adalah fenomena supranatural. Kejadian horor waktu itu tidak hanya dialami oleh mereka bertiga. Melainkan tetangganya ikut mengalaminya. Ketika seorang tetangga bersama empat temannya, menongkrong di kursi depan.
Mereka berlima mencium aroma melati, lalu disambung oleh aroma busuk. Setelah itu bercampur dengan aroma kemenyan. Kemudian melihat penampakan pocong tepat di depan rumah Ferdi. Keesokan paginya kejadian itu menjadi buah bibir di sekitar perumahan.
Sisi positifnya dari besok hingga beberapa hari ke depan. Pihak komplek mulai mengadakan kegiatan keagamaan. Semua itu tak lain hanya untuk meminta perlindungan Sang Pencipta dari malapetaka. Acara itu di pimpin oleh tokoh agama terkemuka di sekitar komplek.
Sama halnya dengan Zuki, kini dia bisa betapa di dalam kamar mandi dengan tenang. Tidak ada penampakan atau kegiatan sepiritual di rumahnya. Bahkan dia dapat melakukan aktivitas siang dan malam secara normal. Berbeda jauh dengan Syamsudin, hingga sekarang masih saja di ganggu. Namun sebentar lagi semua itu akan berakhir.
Sebab hari ini dia bersama tiga temannya, berencana mengunjungi salah satu paranormal di perbatasan kota Garut, tak jauh dari kawasan Gunung Guntur. Tempat itu di penuhi oleh pesona keindahan alam. Jalan berlikuk serta tanjakan menghiasi indahnya pegunungan. Banyak dari kalangan pemuda yang datang, untuk meluangkan hobi pecinta alam.
Ada juga beberapa manusia tersesat, untuk mempelajari ilmu hitam. Namun eksistensi mereka tidak di ketahui. Semua itu terasa indah saat pagi hari, namun berbeda ketika malam. Suasana dingin mencengkram, dipenuhi oleh aktivitas spiritual. Makhluk astral berkeliaran memulai aktivitasnya layaknya manusia.
Kisah kembali fokus kepada tiga pemuda tersesat. Setelah sekian lama di perjalanan akhirnya mereka sampai. Sebuah tempat di jalan berikuk, dengan keindahan alam yang eksotis. Kemudian mereka pun turun dari mobil. Mereka menatap sekitar dengan rasa waswas.
Sorot mata mereka tak bisa fokus dengan apa yang ada di depan. Hari sudah mulai gelap, suara binatang malam mulai terdengar. Udara dingin mulai merasuki pori-pori. Suara burung hantu mulai terdengar, teriakan makhluk malam membuat bulu kuduk mereka berdiri.
"Kau yakin orangnya ada disini?"
"Iyah aku yakin," kata Zuki.
"Sebaiknya kita cepat, sebelum tengah malam."
"Memangnya kenapa?" Tanya Syamsudin.
"Jika sudah tengah malam, tempat ini sudah tidak bersahabat."
Perjalanan pun dimulai. Mereka berjalan menelusuri hutan, lalu memasuki semak belukar. Lalu mereka berjalan di atas rawa, terjebak di lumpur, bertarung dengan hewan buas sudah mereka alami. Namun itu semua hanya sebuah majas hiperbola.
Sebenarnya jarak mereka ke rumah Si Paranormal hanya berjarak 300 m. Penulis sengaja melakukannya agar terlihat dramatis. Sekian lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai dirumah yang di kelilingi oleh pohon tua. Pohon itu menjulang tinggi, serta di penuhi daun yang lebat.
Rumah itu memiliki cat putih, serta di kelilingi oleh tanaman hias. Disetiap sudut Sang Pemilik rumah menanam bambu kuning. Bambu kuning konon katanya bisa menangkal roh jahat. Ada beberapa kabel tergantung di sekitar pohon. Disini bahkan mereka dapat menemukan sinyal Wifi. Kemudian mereka bertiga berjalan menuju rumah itu. Lalu Syamsudin mengetuk pintu sebanyak tiga kali.
Pintu pun terbuka, tampak seorang pria berumur 40 tahun, berdiri di hadapan mereka. Pria itu memakai belangkon, serta memakai pakaian serba hitam. Orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan,"Mbah Songo". Mbah Songo mengetahui maksud kedatangan mereka, lalu dia mempersilahkan mereka untuk masuk.
Tanpa sadar ada lima makhluk halus mengikuti mereka. Makhuk halus itu tak lain adalah Kirana, Sarah kuntilanak cantik yang memakai jepit bunga, Bode, Susi dan Suep. Duduk di atas pohon tua yang tinggi. Kirana duduk sambil menatap rumah dengan santai.
Sesekali dia tertawa manis, sambil memegang dagu serta menggerakkan kakinya naik turun. Sarah sedang menata rambut Susi, Bode berdiri sambil bersender di pohon, sementara Suep tidur di atas pohon dengan posisi terbalik.
"Ara-ara, rupanya mereka bertiga sedang meminta bantuan rupanya."
"Jadi Kirana, apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Sarah.
"Tentu saja masuk ke dalam."
"Tapi rumah itu memiliki pelindung gaib, bagaimana caranya untuk masuk Nyai?" Tanya Susi.
"Ya ampun, pelindung seperti itu tidak ada pengaruhnya bagiku. Lagipula itu berlaku untuk roh jahat, tapi aku bukan roh jahat."
Kemudian Suep terbangun dari tidurnya, lalu berjalan di atas udara. Dan dia duduk bersila samping kiri Kirana. Sementara itu Bode melompat lalu melayang di atas udara, dan dia duduk berselonjor di samping Sarah. Bode mendengar pembicaraan mereka bertiga. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Kirana. Lalu dia bertanya.
"Jika bukan roh jahat, maka Nyai itu apa?"
"Entahlah mungkin aku adalah roh jail." Canda Kirana sambil menatap Bode.
"Nyai bisa saja." Tertawa bersama Kirana.
"Dari dulu aku penasaran," kata Sarah.
"Soal apa?"
"Hubungan seperti apa, antara kamu dengan Juliet?" Menatap Kirana dengan rasa penasaran.
"Benar itu, mengapa Nyai sampai berbuat sejauh itu demi manusia itu?" Tanya Suep.
Seketika Kirana pun terdiam. Dia menatap langit dengan wajah berbinar-binar, dia pun tersenyum manis. Pipinya memerah, terkadang dia menggigit jarinya sendiri. Melihat tingkahnya itu, mereka berempat semakin penasaran. Sebenarnya siapa Juliet? Manusia seperti apa dirinya itu? Tanya mereka berempat di lubuk hati yang paling dalam. Kemudian Kirana menatap mereka berempat, lalu dia pun berkata.
"Rahasia." Menempelkan telunjuk di bibir, mengedipkan mata dengan wajahnya yang manis.
"Yah." Jawab mereka berempat dengan wajah kecewa.
Sementara itu mereka bertiga berada di ruang tengah. Mereka bertiga duduk sambil menghadap Mbah Songo. Diantara mereka ada sebuah meja, di tutupi kain merah. Diatasnya ada berbagai barang keramat seperti keris, jalangkung, kembang tujuh rupa, kain kafan, boneka santet, dan terakhir tempat bakar kemenyan. Setelah persiapan selesai, Mbah Songo mulai membakar kemenyan, lalu membaca mantra sebagai awal menyambut hajat.
Seketika suasana di ruangan semakin dingin. Aroma kemenyan, serta bunga kenanga menghiasi sudut ruangan. Seketika bulu kuduk mereka bertiga mulai berdiri. Setelah beberapa menit kembali seperti biasa. Sekarang barulah mereka bisa menyampaikan keluhan mereka.
"Cepat katakan ada perlu apa datang kemari?"
"Begini mbah, saya akhir-akhir ini kok sering di ganggu makhluk halus."
"Makhluk halus?"
"Iyah makhluk halus mbah," kata Ferdi.
"Coba sebutkan ciri-ciri hantu itu."
Mereka bertiga langsung memberitahunya secara bersamaan. Perkataan mereka bertiga yang terlalu tergesah-gesah membuat Mbah Songo jengkel. Dengan sekali gebrakan meja, dia meminta salah satu dari mereka bertiga untuk bercerita. Setelah berbagai macam diskusi, akhirnya mereka memutuskan Syamsudin untuk bercerita. Sebab dialah yang paling banyak mengalami kejadian spiritual.
Syamsudin pun bercerita saat pertama kali dia bertemu dengan Gadis itu menggunakan kebaya merah dengan motif bunga, selendang kuning, kedua kakinya diselimuti oleh kain batik berwarna coklat, berambut panjang, dan menggunakan mahkota terbuat dari emas. Sampai bertemu dengan kehadiran sosok pocong di rumahnya Ferdi. Mbah Songo memperhatikan setiap ceritanya dengan serius.
Namun selesai mendengar ceritanya, dirinya merasa kebingungan. Baru pertamakali dia menghadapi kasus yang seperti ini. Biasanya seseorang akan di ganggu oleh satu atau dua makhluk halus. Kini dia harus menangani kasus, tiga orang yang di ganggu oleh berbagai makhluk halus. Kemudian dia mulai berkonsentrasi, lalu dia berkomat-kamit membaca mantra.
Tiba-tiba muncul tiga benta pusaka, yaitu kertas mantra, keris mini, dan terakhir pisau merah berukuran sangat kecil. Ketiga pusaka itu muncul diatas meja. Setelah itu Mbah Songo memberikan tiga pusaka, kepada mereka bertiga. Syamsudin menerima kertas, Ferdi Keris, dan terakhir Zuki menerima pisau merah.
"Bawalah benda itu kemana pun kalian pergi. Ingat jangan sampai hilang," kata Mbah Songo.
"Baiklah." Jawab mereka bertiga.
"Sisanya serahkan pada Mbah, biar Mbah selidiki terlebih dahulu. Mengenai identitas dari hantu itu."
"Terimakasih mbah," jawab mereka bertiga.
"Baiklah mana bayaranku?"
Ferdi memberikan setumpuk uang berisi lima juta. Setelah itu mereka bertiga pamit untuk pulang. Mereka bertiga melangkahkan kakinya dengan rasa bangga. Akhirnya mereka bisa beraktivitas tanpa ada gangguan. Tapi semua itu tak berlangsung lama. Sementara itu Kirana bersama empat temannya, mengamati mereka dari atas pohon.
"Mereka sudah pergi," kata Sarah.
"Sudah biarkan saja. Kalian tetap disini, aku ada sedikit urusan dengannya." Menatap rumah dengan santai.
Setelah mereka pergi, Mbah Songo kembali ke tempat duduknya. Aroma kemenyan telah ia tambahkan, rapalan mantra mulai di bacakan. Mulutnya komat kamit, sambil berkonsentrasi mencari suatu kebenaran. Di luar tiba-tiba dia mendengar suara dentuman, serta ledakan yang sangat keras. Spontan Mbah Songo berdiri dari tempanya lalu berjalan ke arah pintu.
Tiba-tiba Mbah Songo berserta dua daun pintu, terpental ke belakang. Mbah Songo pun tergeletak di atas lantai. Dirinya sangat kerkejut dengan kehadiran sosok wanita yang di ceritakan oleh klien-nya. Kemudian dia mengangkat ke dua kakinya, lalu melompat dan bangkit sambil mengambil sebilah keris di atas meja.
Keris itu di bacakan mantra, lalu melemparnya tepat ke arah jantungnya. Dengan kedua jari Kirana dapat menangkap keris miliknya. Cahaya kilat mulai bersinar, aliran halilintar mengalir ke seluruh tubuh. Namun dia tidak merasakan sakit, hanya merasakan geli pada sekujur ubuhnya.
Seolah-olah ribuan tangan menggelitiki tubuhnya. Kedua jarinya telah gosong, lalu dia melemparkan keris itu layaknya melempar batu. Mbah Songo dengan mudah dapat menangkap keris miliknya, dengan satu tangan. Kemudian Mbah Songo melompat, lalu terbang ke arahnya. Spontan dia terbang mundur sambil tertawa.
Mbah Songo menyerangnya dengan sinar api yang panas. Sekali tebas sihir itu mental hingga membakar tanaman hiasnya. Kirana pun mendekat, dan terjadilah duel diantara mereka berdua. Berkali-kali Mbah Songo menyerangnya dengan kesaktiannya. Dengan mudah lawannya dapat mengatasinya.
Dua jam lamanya mereka bertarung, Mbah Songo sudah mulai kelelahan sedangkan lawannya tidak. Dia tetap berdiri lalu memandangnya dengan tatapan hina. Seolah-olah dirinya hanya seekor lalat. Ribuan biji hitam telah di lemparkan dari kantong celana. Spontan Kirana mengubah tangannya, menjadi prisai berselaput mirip seperti sayap naga. Sekali tebas biji itu berhamburan kemana-mana. Tiba-tiba prisalnya mulai terbakar, Kirana berusaha memadamkan dengan sihir es miliknya.
Usaha yang dia lakukan sia-sia. Api mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, rasa sakit luar biasa sedang dia alami. Mbah Songo langsung melompat, lalu menebas kepalanya dengan sembilah keris. Lalu dia menancapkan sebuah paku emas di atas kepala. Paku itu terbuat dari campuran emas dan batu merah delima.
Konon katanya jika ada makhluk halus, tertancap oleh paku itu. Maka dia akan menjadi budak setia dari Sang Pemilik paku. Kemudian dia membawa kepala itu, lalu menancapkannya dengan sembilah keris, pada sebuah pohon tua.
"Ha.ha.ha sebentar lagi kamu akan menjadi pelayanku." Menatap Kirana dengan sombong.
Ketika ia menoleh ke belakang, tiba-tiba perutnya tertusuk oleh tangan Kirana. Kirana mengubah ujung tangannya seperi sembilah pedang. Ujungnya yang tajam, terbentuk dari tulang serta sel tubuhnya sendiri. Darah pun mulai mengalir dari sela perutnya. Berkali-kali Mbah Songo memuntahkan darah.
"Ara-ara, rupanya cuman segini kemampuanmu? Mengecewakan. Padahal aku ingin sedikit bermain lama denganmu. Baru terkena tipuan segitu saja, sudah kalah. Berani-beraninya kamu menyerangku dengan cara seperti itu. Baiklah akan aku perkenalkan dirimu pada rasa sakit." Mengangkat tubuhnya dengan cukup tinggi. Kemudian mendekatkan wajah Mbah Songo ke hadapannya.
Tiba-tiba bagian sisi tangannya mengelupas, lalu memanjang hingga membentuk seperti capit. Ujungnya berbentuk seperti sebuah pisau kecil. Dan kemudian, Kirana langsung menusuknya dengan lima capit dari tangannya sendiri. Mbah Songo berkenalan dengan rasa sakit.
Darah pun mulai mengalir dengan derasnya. Berkali-kali dirinya berteriak kesakitan, serta meminta ampun. Akhirnya dirinya lansung melemparnya hingga tergeletak di atas tanah. Mbah Songo pun sekarat. Berkat bantuan sihir penyembuh mili Kirana, nyawanya dapat di selamatkan.
"Ampun Nyai! Ampun!" Sujud Mbah Songo meminta ampun.
"Sudah hentikan, aku kesini bukan untuk membunuhmu." Berjalan mendekatinya.
"Lantas ada apa Nyai datang kemari?"
"Aku hanya ingin membuat sebuah perjanjian."
"Perjanjian?" Berdiri sambil menatap Kirana, dengan rasa penasaran.
Kemudian, Mbah Songo mempersilahkan dirinya untuk masuk. Lalu mereka berdua duduk di ruang tengah, membicarakan sebuah perjanjian. Awalnya Mbah Songo tidak menyetujuinya. Karena suatu hal akhirnya dirinya menyetujuinya. Setelah itu Kirana berjalan ke luar.
Mbah Songo melangkahkan kakinya, sebanyak tiga kali dari depan pintu. Dengan sekali jentik seluruh kerusakan kembali seperti sediakala. Spontan dirinya langsung berterimakasih kepada Kirana. Lalu dia pun menghilang dibalik butiran cahaya.
Hallo penggemar Bonoki semua, apa kabar sehat? semoga sehat semuanya. Saya author Tampan_Berani, ingin menginformasikan bahwa setelah chapter 45, Bonoki akan di skip terlebih dahulu. Sabar heroinya masih di kandangin, masih di kasih parap. Author akan fokus pada judul ke dua yaitu, "Lorex 19" untuk even lomba. Jangan lupa komen, coleksi, dan power stone agar author semangat dalam menulis. Terimakasih!