webnovel

Bonoki

Kisah ini berawal dari seorang pemuda labil bernama Juliet. Dia tak tau tentang jalan hidupnya. Namun semua itu berubah ketika ia membeli sebuah kalung kujang dari seorang pedagang misterius. Kisah ini semakin menarik ketika ia bertemu dengan Kirana Sang Ratu bangsa astral. Kehidupannya semakin berwarna, ketika bertemu dengan dua mahasiswi program pertukaran pelajar, yaitu Himiko dan Eliza. Kemudian ketiga gadis cantik dan jenius itu, memutuskan untuk melatih dan membantunya untuk mencari jati dirinya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca.

Tampan_Berani · Urbano
Classificações insuficientes
155 Chs

Bertemu dua teman

Hari-hari telah berlalu, selama mencari kepastian Juliet menghabiskan waktu membantu orang tuannya berdagang. Orang tua Juliet, memiliki usaha warung sembako dan rental PS2 dan PS3. Letaknya bersebelahan depan rumahnya, sehingga memudahkan bagi Juliet untuk bolak-balik. Satu bulan lagi, SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi) akan segera berlangsung.

Sela waktu, Juliet sempatkan untuk belajar walau kerap kali dia mendapatkan gangguan. Meskipun begitu, kali ini dia benar-benar ingin mempersiapkan semuanya. Hari ini adalah hari Senin pukul sembilan malam. Selesai bersih-bersih, dia melihat informasi seputar kampus pilihannya. Rencana, dia ingin memasuki Universitas Kembang Kengangan. Pilihan kedua, Juliet memilih Universitas Merdeka.

Gemuruh langit mulai terdengar dan kilatan cahaya mulai terlihat. Juliet berjalan ke dapur untuk membuat secangkir susu jahe. Selesai membuat secangkir susu jahe, dia berjalan kembali ke warung dan duduk di sebuah bangku menghadap etalase memiliki tinggi seperti meja dan terbuat dari kaca.

"Waktu yang tepat untuk bersantai," gumamnya sembari menangat cangkir miliknya.

Hujan turun dengan derasnya, seteguk susu jahe mulai dia nikmati. Hembusan angin hujan, ditemani oleh susu jahe membuat suasana musim hujan terasa nikmat. Tidak berselang lama, seorang lelaki berusia 38 tahun masuk ke dalam warung. Dia memiliki tubuh ideal, berambut pendek beruban dan mengenakan kacamata. Lelaki itu bernama Ferdi, ayah kandung Juliet.

"Rencana, kamu mau abil Universitas mana?" tanya Sang Ayah sembari duduk di atas bangku tempat samping putranya.

"Rencananya mau ambil Universitas Kembang atau engga Universitas Merdeka."

"Kalau bisa Ayah ingin, kamu masuk Universitas Kembang. Selain lingkungan kamus yang luas dan fasilitas lengkap. Juga biaya masuk ke sana cukup murah," ujarnya berharap.

"Do'akan saja yah," timbal Juliet kepada Sang Ayah.

"Amin."

Tak terasa, secangkir susu jahe milik Juliet telah habis. Juliet pun pamit kepada Sang Ayah untuk berjalan ke kamar. Besok dia berencana mengurus surat-surat di sekolahnya. Keesokan harinya pada pukul sembilan pagi, Juliet tiba di sekolah. Motor supra milinya, perlahan memasuki kawasan parkir sekolah lalu dia pun turun dari motor. Tempat favorit Juliet memarkirkan motornya tepat di samping Bengkel Teknik Mesin. Selain luas, tempat Juliet parkir berada tepat di bawah pohon beringin yang rindang.

Sehingga, ketika hujan turun motor dan helm yang dia kenakan tidak terlalu basah. Kemudian, dia berjalan seorang diri menelusuri lorong sekolah. Dia melirik ke arah kanan, Juliet melihat beberapa anggota ekskul basket sedang berlatih. Petugas kebersihan sekolah, terlihat berlalu-lalang sedang menjalankan tugasnya. Tiba-tiba, seseorang menepuknya dari belakang.

"Woi!" ucap seorang lelaki di bekalang.

"Astaga, bikin gue kaget dasar kambing! Ternyata elu, Syahrul," ujarnya menoleh ke belakang.

Syahrul, merupakan teman satu jurusan dari kelas TKR (Teknik Kendaraan Ringan) 4. Dia memiliki perwatakan tinggi besar, berkulit putih, bermata agak sipit, memiliki rambut agak keriting dan mengenakan baju sekolah putih abu.

"Sarang tawon, elu ngapain pake baju sekolah?" tanya juliet sambil mahan tawa.

"Sengaja, gue kangen sekolah soalnya," jawabnya.

"Ha.ha.ha! Padahal elu paling sering bolos, dasar atlet manjat pagar," ledeknya kepada Syahrul

"Bodo amat, sekolah bisa bolos kalau kerja boro-boro bisa bolos. Yang ada gue di pecat," timbalnya sambil tertawa.

"Rencana, setelah lulus mau ke mana?" tanya Syahrul.

"Gue rencana mau kuliah."

"Terakhir kali elu bilang mau kerja. Sekarang elu mau kuliah, dasar labil!" candanya.

"Masa bodo," balasnya.

"Elu, rencana mau kuliah di mana?"

"Inginnya di Universitas Kembang."

"Cool, semoga elu di terima."

"Thanks bro, oh iya elu daftar SBMPTN?"

"Kagak Jul, otak gue sudah mentok, rencana gue mau ngelamar kerja. Kalau gak dapet kerja, paling lanjutin dagang piscok di pinggiran jalan," jawab Syahrul.

Tidak terasa, mereka sudah tiba di perempatan lorong. Juliet dan Syahrul pun berpisah lalu Juliet mulai masuk ke dalam ruang administrasi sekolah untuk mengurus surat-surat yang dia butuhkan. Urusan di sekolah telah berakhir, Juliet menaiki motor lalu melaju meninggalkan sekolah. Setelah ini. dia berencana untuk mengunjungi Sunara.

Sesampainya di rumah Sunara, dia menuntun motornya masuk ke halaman rumah. Sunara, mempersilahkan Juliet untuk duduk di ruang tamu sementara dirinya mengambil kue buatan rumah. Kue itu Sunara letakkan di atas meja tamu. Juliet pun mulai mencicipinya.

"Gimana kuenya enak?"

"Enak."

"Syukurlah, ngomong-ngomong sudah daftar SBMPTN?"

"Sudah, jam sembilan gue habis ke sekolah ngurus surat-surat."

"Daftar kemana?"

"Rencana mau ambil Universitas Kembang atau Universitas Merdeka."

"Wah! Ambil Universitas Juga rupanya. Kalau gue, pilihan kedua Universitas Buaya Darat. Memangnya elu mau ngambil fakultas apa?" tanya Sunara.

"Fakultas Bahasa."

"Bahasa apa?"

"Bahasa Prancis di Universitas Kembang dan Fakultas Bahasa Jepang di Universitas Merdeka," jawab Juliet.

Tidak berselang, seorang lelaki tua bertubuh kurus masuk ke dalam rumah. Lelaki itu tidak lain adalah Ayahnya Sunara. Beliau membawa dua gelas plastik berukuran besar berisi jus jeruk lalu meletakkannya di atas meja.

"Dari pada kuliah lebih baik kerja. Zaman sekarang, cari kerja itu sangat susah apalagi gak punya koneksi atau kenalan. Lulusan Sarjana dan SMA gak ada bedanya. Kalau sudah menjadi karyawan tetap, kuliah bisa mengikuti," ujar Ayahnya Sunara.

"Bapak apaan sih! Suka ikut campur urusan anak saja!" bantahnya dengan kesal.

"Juliet, perkataan saya benarkan?" tanya Ayahnya Sunara kepada Juliet.

"Iya." jawabnya singkat.

Anak dan Ayah mulai berdepat, Juliet merasa kedatangannya kali ini sangat tidak tepat. Selesai mereka berdebat, Juliet pamit kepada mereka berdua untuk pulang. Setidaknya, kejadian hari ini membuatnya mendapatkan informasi dan masukan untuk planingnya di masa depan.

Sebelum menerima masukan, saringlah terlebih dahulu. Sebab hanya dirimulah, yang tahu akan masalah yang sebenarnya. Kemudian ambil positifnya, lalu buang yang negatif.

Tampan_Beranicreators' thoughts