webnovel

-1-

Kita mengenal pasangan legendaris yang mengisi mimpi-mimpi anak muda, seperti Romeo dan Juliet, Elizabeth Bennet dan Darcy, lalu Rama dan Sinta. Ketiga pasangan itu membius banyak sekali jiwa untuk berangan dan beringin. Jiwa-jiwa mendamba kisah yang manis serta bahagia hingga akhir hayat, namun yang didapat hanya kenyataan yang pahit, teramat sangat.

Sinta Danari salah satunya. Ia anak muda yang begitu penuh dengan angan di kepalanya. Banyak kisah romantis yang ia baca hingga begitu banyak tokoh idaman tercipta. Ia pengangum tokoh cerita yang ketika tamat membaca akan mudah lupa nama tokoh perempuan dan tak akan pernah lupa nama tokoh lelaki.

Pengetahuannya atas kisah romansa tak membuat dirinya sama dengan perempuan kebanyakan. Ia memiliki tokoh lelaki idaman yang begitu ia kagumi hingga tak ada tokoh lelaki lain yang bisa menandingi. Satu kisah yang begitu melegenda, yakni kisah Mahabarata. Cerita Pandawa yang penuh nilai kebaikan itu sungguh menghasilkan kisah yang sulit untuk ditolak pesonanya. Satu tokoh yang menjadi favorit Sinta adalah Bimasena. Ia begitu mengagumi tokoh Bimasena hingga tak ada satu orang pun yang tak tahu jika ia menyukainya.

Semua orang yang mengenal Sinta tahu jika ia pengagum Bimasena. Hingga berkali-kali ia merasa bersalah kepada bundanya sebab telah menjadi Sinta yang salah. Bundanya yang merupakan pengagum romansa Rama dan Sinta harus rela jika anak yang diharap akan menemukan Ramanya kelak itu justru menolak cintanya. Sinta bahkan mengatakan jika ia membenci tokoh Rama yang dinilai tidak cepat dalam bertindak. Perlu waktu yang lama untuk dirinya menyelamatkan sang istri. Lalu setelah berhasil menyelamatkan istrinya, ia justru mempertanyakan kesetiaan istrinya itu. Sinta semakin merasa jika tokoh Rama hanya menyukai tokoh Sinta atas kebanggaannya dapat memperolehnya sebagai istri tanpa benar-benar mencintai. Perdebatan ibu dan anak itu tak dapat terhindarkan hingga Bunda pada akhirnya mengalah atas kekeraskepalaan anaknya itu. Ia sadar jika tak ada orang yang bisa menandingi kekeraskepalaan anaknya itu.

Sinta mengenal kisah Pandawa ketika dirinya berada di bangku sekolah dasar dan terus mengagumi tokoh Bimasena sampai saat ini, ia sudah berada di jenjang perkuliahan. Ia mengagumi kisah Pandawa sejak pertama kali membacanya. Banyak buku yang menulis. serta banyak pula televisi yang menayangkan kisah Pandawa. Versi dari kisah ini pun beragam. Keberagaman itu tak membuat Sinta menyukai yang lainnya. Favorit Sinta tetaplah satu. Hanya Bimasena.

Banyak skenario cerita yang tersusun di kepala Sinta sebelum pada akhirnya menjadi dongeng pengantar tidur miliknya. Semua kisah itu tersusun menjadi mimpi yang ingin ia capai, namun ia tak bisa mendapatkannya sebab ia bukan hidup di dunia fiksi. Sampai pada akhirnya ia mengenal seseorang saat ia masuk ke sekolah menengah atas.

"Selanjutnya perkenalkan diri kalian masing-masing. Mulai dari nama lengkap, nama panggilan, hobi, serta cita-cita kalian." Kata kakak pembina kepada murid-murid baru SMA Pemuda Nusantara di Surabaya itu.

Urutan perkenalan dimulai dari posisi tempat duduk. Sinta duduk di paling belakang sebelah kanan, duduk bersama sahabatnya yakni Ruri. Setelah banyak perkenalan dilontarkan oleh teman-temannya, saat ini giliran Sinta untuk memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, namaku Sinta Danari. Kalian bisa memanggilku Sinta. Aku punya hobi yaitu membuat skenario palsu sebelum tidur dan aku belum berpikir tentang cita-cita yang berhubungan dengan profesiku di masa depan. Tapi aku punya keinginan yang begitu ingin aku capai yakni menjadi kekasih dari Bimasena. Tak apa tak berakhir hidup bahagia selamanya, karena aku tahu jika ini hidup, bukan cerita fantasi, tapi yang terpenting adalah aku berakhir bersama Bimasena." Kata Sinta dengan penuh percaya diri yang dibalas tawa riuh dari teman-teman sekelasnya.

Sinta berjalan kembali ke tempat duduknya setelah menyelesaikan gilirannya memperkenalkan diri.

"Kukira Sinta adalah milik Rama. Bukan Bimasena." Seorang lelaki yang duduk di sebelah Sinta berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Sinta.

"Mungkin di masa lalu iya, tapi di masa sekarang, aku telah sadar jika ada lelaki yang lebih baik dari Rama." Balas Sinta dengan mencondongkan tubuhnya ke arah lelaki itu dan dibalas dengan tawa renyah miliknya.

Tawa tersebut tak bertahan lama sebab terdengar ketukan pintu yang nyaris seperti hendak mendobrak pintu yang tertutup itu.

"Berdiri semua!" Kata salah satu kakak panitia kedisiplinan.

"Drama dimulai." Kata Sinta dengan bergumam.

"Kali ini kamu jangan bikin ulah, Ta." Bisik Ruri kepada Sinta.

"Semua tas dikumpulkan di depan! Cepat!"

Semua siswa baru segera melakukan apa yang diperintahkan. Setelah semua tas terkumpul, siswa baru diperiksa kelengkapan atribut yang dikenakan. Semua dicek satu per satu apakah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan atau tidak. Siswa yang melanggar aturan dikumpulkan di depan kelas sebelum dimaki-maki oleh kakak panitia kedisiplinan. Makian berhenti setelah kurang lebih berjalan sepuluh menit.

"Beruntung sekali kita. Hari ini kamu pakai atribut lengkap." Kata Ruri mengucap syukur.

"Ih, memangnya kenapa?" Tanya Sinta.

"Kalau sampai atributmu tidak lengkap, bisa jadi kita di hukum satu kelas soalnya kamu pasti akan balas memaki kakak panitia kedisiplinan."

"Kalau aku salah, aku tidak akan membantah. Tapi akan beda urusannya saat mereka dengan sengaja mencari-cari kesalahanku." Kata Sinta yang dibalas dengan gelengan kepala Ruri.

Ruri memang mengatakan hal yang sebenarnya. Sinta bukan orang yang suka jika ia ditindas dengan orang lain. Dan menurutnya, masa orientasi sekolah adalah penindasan, sebab murid baru akan diperlakukan tidak layak oleh kakak panitia. Seperti dimaki, dicari-cari kesalahannya, sampai yang paling parah adalah dituduh melakukan kesalahan.

Dua sahabat ini berbeda satu sama lain. Sinta yang akan memberontak jika ditindas, berbanding terbalik dengan Ruri yang akan diam saja. Ruri menjadi orang yang paling repot di masa orientasi seperti saat ini, sebab ia tak hanya mengurusi keperluan masa orientasi miliknya, namun juga perlengkapan masa orientasi milik Sinta. Sebab jika ia tak melakukan itu, Sinta tak akan mau membawa atau memakai hal-hal yang berkaitan dengan aturan masa orientasi. Saat ini saja, rambut yang diikat pita, gelang pita, kaos kaki panjang, dan papan nama yang ditulis sedemikian rupa jika tak dipaksa oleh Ruri, Sinta tak akan mau memakainya.

Ruri sangat hati-hati mempersiapkan segala keperluan masa orientasi Sinta sebab dirinya telah belajar dari masa lalu. Kelasnya ketika masa orientasi di sekolah menengah pertama dihukum akibat Sinta yang balas memaki kakak panitia kedisiplinan saat ia dimaki tentang kelengkapan atributnya. Mereka dihukum untuk membersihkan masjid sekolah setelah kegiatan masa orientasi selesai. Tak sampai di situ saja, masalah semakin ramai datang pada mereka sebab Sinta menjadi begitu populer setelah melakulan aksi memaki kakak panitia kedisiplinan. Populer di sini memiliki arti negatif sebab Sinta dikenal sebagai seorang pemberontak yang sering kali dicibir oleh kakak kelas ketika berada di kantin atau saat berpapasan di jalan. Ya, seperti yang kalian duga, Sinta tak tinggal diam jika dicibir.

Sebab kejadian di masa lalu itulah, Ruri melakukan ini semua. Ia adalah orang yang tak mau terlibat sesuatu yang nantinya akan membawa dirinya ke dalam sebuah masalah. Dan sungguh menjadi masalah besar saat Sinta menjadi sahabat baiknya. Berharap saja jika dalam tiga hari ini, ia akan selamat dari masalah yang timbul akibat kelakuan tak biasa milik Sinta. Sepertinya kata yang lebih tepat adalah semoga kelas mereka akan selamat dari masalah yang disebabkan oleh kelakuan Sinta.