webnovel

BIBIR CANDU MRS.DEALOVA : Candu bagi Seorang Presdir

Mrs. Dealova (25th) seorang wanita cantik yang terkenal dengan panggilannya LOVE karena bibirnya yang begitu menggoda bagi semua pria di kota A. Frans Johan (30th) kekasih sekaligus Bos besar yang telah menjual Dealova sejak dia berusia 20 tahun memberi tugas Dealova untuk membuat skandal dengan seorang Presdir. Bara Febriansyah (28th) seorang Presdir tampan dan dingin ingin menikahi Dealova saat mengetahui anaknya Chelo (5th) sangat menyayangi Dealova. Georgina (26 th) istri Bara sebagai artis terkenal ingin bercerai dengan Bara dan memenangkan hak asuh Chelo hasil dari hubungan gelapnya dengan sahabat Bara yaitu Alvino Chain (28th) Akankah Dealova mendapatkan hati dan cinta seorang Bara untuk mencapai tujuannya?Mampukah Dealova mengungkap perselingkuhan Georgina dan Alvino di saat Dealova tahu Georgina mempunyai niat jahat pada Bara? Apakah cinta Dealova dan Bara bisa bersatu sedangkan Dealova tidak bisa lepas dari Kekasihnya Johan?

NicksCart · Ficção Científica
Classificações insuficientes
446 Chs

ANTARA DEALOVA DAN CHELO (2)

Dealova menatap mata Chelo, kemudian menatap ke arah Bara yang berdiri tegap tanpa ada ekspresi.

"Tidak bisa sayang, Tante harus pulang ke rumah, maafkan Tante ya Chelo." ucap Deloava yang sebenarnya tidak tega melihat wajah Chelo sedih.

"Tante jangan pergi!! ucap Chelo sekali lagi, kemudian berlari memeluk Bara.

"Papi!! jangan biarkan Tante Nita pergi, aku ingin Tante Nita." ucap Chelo memeluk Bara dengan pelukan memohon.

Dealova menatap nanar pada Chelo, ini sudah di luar kendalinya, kenapa hatinya benar-benar tertarik pada seorang anak kecil yang bernama Chelo.

Dengan berat hati Dealova kembali melangkahkan kakinya berjalan keluar ke rumah sakit, namun langkahnya kembali terhenti saat Bara mengucapkan sesuatu.

"Ikutlah bersama kami." ucap Bara dengan suara beratnya.

Dealova membalikkan badannya, menatap mata Bara yang serius, kemudian mengalihkan pandangannya pada Chelo yang merosot turun dari gendongan Bara berlari ke arahnya.

Dealova menatap Chelo, bertanya dalam hati ada dengan hatinya, kenapa hatinya telah terpaut seketika pada Chelo? dan Dealova pun sangat heran ada apa dengan Chelo yang tak bisa lepas darinya?" semua pertanyaan masih tersimpan dalam hatinya.

"Apa kita akan tetap berdiri di sini terus?" tanya Bara yang terlihat tidak senang karena harus menunggu lama.

"Chelo ayo cepat, Papi harus kembali bekerja." ucap Bara mengulurkan tangannya.

Chelo menerima uluran tangan Bara, namun juga tidak melepas genggamannya pada Dealova.

Bara menarik nafas panjang melihat sikap Chelo yang tidak seperti biasanya.

Selayaknya keluarga kecil yang bahagia, Dealova mengikuti Bara yang menggandeng Chelo sampai di parkiran mobil.

Dealova sedikit bingung harus duduk di mana, dengan ragu Dealova membuka pintu mobil belakang, namun seketika itu juga suara berat Bara menegurnya.

"Duduklah di depan bersama Chelo." ucap Bara tanpa melihat ke arah Dealova.

Tanpa membantah ucapan Bara, Dealova duduk di depan bersama Chelo, saat mobil bergerak maju, ponsel Dealova bergetar pelan.

Sedikit ragu, Dealova mengambil ponselnya dan melihat nama Johan di layar ponselnya.

Karena tidak ingin membuat Johan kecewa, Dealova menerima panggilan tersebut.

"Hallo ya Jo, ada apa?" ucap Dealova dengan suara pelan karena ada Chelo dalam pangkuannya.

"Love, kamu di mana? bilang pergi sebentar, kenapa sampai sekarang belum pulang? kita harus menemui Georgina siang ini." ucap Johan mulai dengan posesifnya.

"Aku lagi di jalan, aku belum tahu bisa pulang jam berapa Jo." jawab Dealova sambil melihat Chelo yang sedang menatapnya.

"Kamu tidak pergi dengan laki-laki lain kan?" tanya Johan curiga.

"Tidak Jo, nanti aku ceritakan semua, sudah dulu ya." ucap Dealova langsung menutup panggilan sekaligus mematikan ponselnya.

"Tante? siapa paman Jo itu?" Tanya Chelo dengan tiba-tiba yang membuat Dealova jadi serba salah.

"Oh, Paman Jo ya?... Paman Jo itu Kakak Tante." jawab Dealova sekenanya.

"Pasti Paman Jo sangat tampan, Tante Nita kan Cantik?" ucap Chelo dengan polosnya.

Dealova tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

Sampai di depan rumah yang sangat besar, mobil Bara berhenti sebentar, kemudian tanpa ada yang membukakan pintu gerbang, pintu terbuka secara otomatis.

Dealova terpaku dengan mulut sedikit terbuka.

"Tante, mulutnya jangan terbuka..nanti ada lalat masuk loh." ucap Chelo yang membuat wajah Dealova memerah karena malu, sedangkan Bara tersenyum mendengar ucapan Chelo yang polos.

Dealova tersenyum garing, dengan ucapan polos Chelo yang sudah membuatnya malu di hadapan seorang Bara.

"Ahhhh!!! kenapa aku harus malu? memang gue pikirin." gerutu Dealova yang memang tidak perduli kata orang sejak dia tidak ada harganya di mata orang-orang.

"Ayo turun." ucap Bara membuyarkan lamunan Dealova.

Dengan canggung Dealova turun dari mobil dan berdiri di depan rumah yang sangat besar dan mewah, hampir mirip sebuah istana.

"Ayo Tante Nita, kita bermain ke kamarku." ucap Chelo dengan gembira.

Pintu utama terbuka muncul seorang wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad dengan memakai pakaian kerja seorang pembantu.

"Tuan Muda." Panggil wanita itu dengan sabar saat Chelo memberikan tas kepadanya.

"Bik Narti, aku lapar..aku mau makan di kamar." ucap Chelo sambil menarik tangan Dealova untuk ikut masuk ke dalam kamarnya.

Bik Narti berdiri bengong sambil mendekap tas milik Chelo.

"Kenapa Bik Narti? kaget ya dengan Chelo yang baik dengan wanita itu." ucap Bara menatap Chelo dan Dealova yang berjalan menaiki anak tangga untuk pergi ke kamar Chelo.

"Ya Tuan Besar, ada apa dengan Tuan muda? biasanya selalu tidak suka dengan orang yang baru di kenalnya." ucap Bik Narti yang sudah ikut Bara puluhan tahun, sejak Bara remaja.

"Bik Narti, tolong awasi Nita.. walaupun dia baik sama Chelo kita harus tetap hati-hati karena kita tidak mengenalnya." ucap Bara dengan suara beratnya.

"Ya Tuan Besar." sahut Bik Narti seraya menganggukkan kepalanya.

"Oh ya Bik, aku harus kembali ke kantor, tolong kalau nanti Nita pulang, suruh Pak Saleh untuk mengantarnya pulang." ucap Bara kemudian bergegas pergi masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam kamar Chelo, Dealova melihat ke sekeliling kamar Chelo dengan tatapan takjub. Baru kali ini Dealova masuk ke dalam rumah besar yang mewah dengan barang-barang mahal di dalamnya.

"Chelo, karena sudah mau sore,..Tante harus pulang sayang." ucap Dealova dengan penuh kasih sayang.

"Tapi Tante, kita kan belum makan? kita juga belum ada bermain?" ucap Chelo yang baru merasakan sebentar Dealova ada di sisinya.

"Besok kan bisa kita bermain?" ucap Dealova yang tak ingin ada masalah dengan Johan.

"Tidak mau, Tante pulang nanti saja, kita harus makan dan bermain dulu baru Tante boleh pulang." ucap Chelo dengan wajah memerah karena marah.

Dealova sedikit merasakan aneh dengan sikap Chelo yang tiba-tiba berubah hanya karena dia harus pulang.

"Apakah Chelo ada temperamental?" Tanya Dealova dalam hati.

"Tuan muda." panggil Bik Narti yang tiba-tiba sudah berada di dalam kamar.

"Bik Narti,..bilang sama Tante Nita tidak boleh pulang aku tidak mau sendirian lagi." teriak Chelo memeluk Bik Narti yang masih memegang nampan makanan buat Chelo.

Dealova langsung berdiri dan mengambil alih nampan yang ada di tangan Bik Narti.

"Tuan Muda, ya nanti Bik Narti bilang pada Tante Nita untuk tidak pulang ya." ucap Bik Narti dengan sangat sabar.

"Bilang sekarang, kalau Tante Nita pulang..aku tidak mau makan." teriak Chelo berlari ke ranjang dan menutup kepalanya dengan bantal.

Melihat hal itu, Dealova sudah sangat yakin kalau Chelo ada perasaan sakit hatinya.

Bik Narti menatap Dealova dengan tatapan memohon untuk bisa memenuhi permintaan Chelo.

Tanpa suara Dealova naik ke atas ranjang mendekati Chelo yang tidur tengkurap dengan bantal sebagai penutup kepalanya.

"Chelo, kalau Chelo bersikap baik tidak teriak-teriak lagi, Tante mau kok menemani Chelo tiap hari, tapi sore ini Tante harus pulang." ucap Dealova dengan suara lembut.

"Benarkah? Tante akan menemani Chelo tiap hari? janji?" tanya Chelo menatap Dealova penuh harap, sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

Dealova tersenyum dan mengangguk, ikut mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Chelo.