"Sebaiknya kalian segera mempersiapkan diri untuk pernikahan "
Pak alan mendapatkan sebuah telepon dari ayahnya yang suaranya itu bisa di dengar oleh bhie yang duduk di mobil pak alan.
Sesekali pak alan melirik ke arah bhie yang berpura-pura bersikap tenang dan tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
'Gawat!!! ' celetuk bhie dalam hatinya.
Duduknya sudah mulai tidak nyaman kali ini.
'Kehidupanku sebentar lagi akan mulai suram karena pernikahan! ' dia kembali bicara dalam hatinya.
Yang kemudian terbayangkan suatu kejadian yang membuatnya menjadi trauma.
Bhie harus melihat sahabat baiknya sendiri harus berada di balik jeruji besi karena sebuah pernikahan.
Dia tega melakukan sebuah tindakan kriminal pada suaminya sendiri karena cinta. Terlalu besar cinta yang dimiliki oleh sahabatnya itu pada sang suami membuatnya harus bersikap diam ketika mendapatkan sebuah perlakuan kasar.
Tetapi ketika sahabatnya itu tahu suaminya telah mengkhianatinya, sikap diamnya itu berubah menjadi seorang pembunuh.
"Kamu masih ada acara lain? " tanya pak alan pada bhie.
Beberapa menit yang lalu dia melihat bhie yang cemas, pandangannya lurus ke depan dan kosong sambil menggigit kuku jari-jarinya yang lentik.
"Euu... " bhie terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan pak alan.
"Kalau kamu tidak ada acara lain, kita pergi ke suatu tempat " ucap pak alan.
Mulut bhie menganga, keningnya memperlihatkan kerutan-kerutan bahkan kedua tangannya dengan refleks menyilang menutupi dadanya.
"Pak, kalau saya tahu bapak ajak saya makan di tempat bagus karena ada keinginan lain di balik itu mending saya makan di kantin saja yang lima belas ribu dapat ayam goreng, tumis kangkung, sambel, kerupuknya banyak... "
"Tapi tidak ada mampir ke tempat aneh-aneh "
"Tempat aneh... " pak alan bicara pelan.
Sama seperti bhie tadi, dia juga memperlihatkan wajahnya yang kebingungan.
"Makanya jangan terlalu banyak dugem, jadi pikirannya di luar batas normal! " cetus pak alan.
"Kalau kamu tidak ada acara lain, ada sesuatu hal yang ingin saya bicarakan di rumah " sambungnya.
"Rumah bapak??? " bhie semakin terkejut dan menggelengkan kepalanya dengan tenaga yang kuat.
"Walaupun nilai saya tidak bagus, dan saya anak nakal. Tapi saya tidak pernah mau melakukan sesuatu di luar batas cuma buat sebuah nilai "
Pak alan menarik nafasnya, "lama-lama kamu seperti orang gila saja "
"Siapa yang mau melakukan hal seperti itu sama kamu " ucapnya pada bhie, "walaupun wajah kamu cantik, tapi bentuk tubuh kamu sama sekali tidak menarik! "
"Datar "
Bhie menyipitkan kedua matanya, dan lalu mengarah ke arah dadanya sendiri. Dia menggelengkan kepalanya melihat ke arah yang di katakan datar oleh dosennya itu.
Setelah itu mulutnya komat-kamit tanpa suara, di wajahnya terlihat bahwa dia sedang tersinggung dengan kata-kata dosennya tersebut.
Pak alan tidak bergeming sedikitpun dengan bhie yang memperlihatkan kekesalannya.
"Kamu pasti dengar pembicaraan kami di telepon tadi " ucapnya pada bhie.
"Dia mau kita segera merencanakan pernikahan " sambungnya, "dan sebelum itu ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan kamu "
Bhie membulatkan kedua matanya, "bapak beneran mau menikah sama saya? "
"Kenapa? " pak alan balik bertanya pada bhie.
Bhie memalingkan wajahnya ke arah samping jendela.
"Bukannya bapak tidak tertarik sama perempuan! " celetuk bhie.
Tidak lama setelah itu bhie dengan cepat menutup mulutnya dan menyesali semua perkataan yang keluar dari bibirnya tanpa melalui proses penyaringan terlebih dahulu.
"Maaf, pak saya asal bicara " bhie berkata ketika dia masih menutup mulutnya dan tidak berani sedikitpun menatap wajah pak alan.
"Semua ini karena gosip aneh itu " ucap bhie lagi.
Pak alan sama sekali tidak berkomentar dengan apa yang dikatakan oleh bhie.
"Kenapa dia diam saja? " tanya bhie dalam hatinya dan dia mulai cemas karena semua yang sudah dikatakannya.
"Kenapa mulut aku ini suka asal nyeplos aja sih! " bhie geram dalam hatinya sendiri.
"Baiklah tamatlah masa depanmu sampai disini, bhie... "
Dia melihat tas yang dipegangnya yang berisi laptop dan buku-buku kebanggaannya selama ini menjadi seorang mahasiswi dengan susah payah dia dapatkan.
Bhie tidak memiliki keberanian untuk mengatakan apa-apa lagi kali ini, dan suasana hening seketika.
Dia terkejut ketika baru menyadari jika jalan yang sedang dilihatnya kali ini bukan jalan menuju ke rumahnya.
Matanya berkedip cepat seperti boneka dengan kepalan tangan yang meremas tas yang di pegangnya.
"Apa pak alan mau membuktikan kelelakiannya sekarang? " bhie lagi-lagi bicara sendiri dalam hatinya.
"Dia marah karena aku bilang dia tidak suka perempuan tadi? "
"Aku harus apa? "
"Mana yang harus aku pertahankan? kesucian atau masa depan sekolah? "
Bhie menganggukkan kepalanya sedang menimbang-nimbang jawaban dari semua pertanyaannya sendiri.
"Coba aku lihat dulu di ponselku "
Dia mengeluarkan ponsel miliknya dan melihat sebuah aplikasi khusus untuk wanita.
"Aku selesai datang bulan lima hari yang lalu dan disini dikatakan kalau ini bukan masa subur! " celetuknya dalam hati.
"Jadi kalau nanti terlalu terburu-buru dan lupa keamanan aku masih aman! "
Bhie lagi-lagi menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari pertanyaannya sendiri.
"Soalnya aku juga pernah baca artikel laki-laki matang dan sendirian lama akan cepat keluar! "
Bhie menutup mulutnya ketika dia merasa hal lucu muncul di pikirannya.
"Kenapa tiba-tiba muncul kemesuman di pikiranku! "
kali ini bhie memukul kecil kepalanya karena sudah berpikir kotor.
"Kenapa? pusing? " tanya pak alan.
"Makanya jangan terlalu banyak melamun jadi setan mudah masuk ke otak kamu! "
Wajah bhie memerah karena perkataan pak alan seperti menyindirnya.
"Kesurupan pak... "
"Iya kesurupan setan halu " jawab pak alan dengan wajah datarnya.
Bhie memalingkan wajahnya untuk menutupi rasa malunya.
Dia melihat mobil pak alan masuk ke sebuah gerbang perumahan yang bhie kenal sebagai hunian orang-orang tajir dan berkelas.
Dia melihat begitu banyak rumah mewah berjajar seperti memperlihatkan seperti apa kekayaan pemiliknya dengan keindahan tiap rumah yang bhie lewati.
"Ini hebatttt " bhie tertegun dalam hatinya melihat rumah bagus yang baru pertama dilihatnya.
Bahkan rumah malla yang menurut bhie sangat mewah pun kalah jika dibandingkan dengan rumah yang bhie lihat sekarang ini.
"Kita bicara sebentar di dalam " ucap pak alan.
Setelah dia mematikan mesin mobilnya, membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobilnya keluar lebih dulu.
"Kita mau apa di rumah berdua??? " geram bhie masih tetap berada di dalam mobilnya.
Dia hanya melihat sosok pak alan yang berjalan menuju ke arah pintu dekatnya.
"Kenapa masih di dalam? " bhie membukakan pintu mobil untuk bhie.
"Ada banyak hal yang harus kita bicarakan " ucapnya lagi seraya menatapi bhie yang masih terduduk.
"Kamu jangan khawatir, nanti saya antar kamu pulang dan bicara dengan umma kamu "
Bhie menarik nafasnya dalam-dalam dan keluar dari mobil dengan sangat terpaksa.
"Ingat, bhie jangan minum air apapun yang di suguhkan! " cetus bhie dalam hatinya, "di dunia ini sudah banyak yang menipu! "
Bhie mengepalkan satu tangannya, memberikan semangat pada dirinya sendiri agar bisa menjaga dirinya sendiri...