webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · Realista
Classificações insuficientes
17 Chs

Chapter 15 : Tell Me What You Want

Matahari pagi menyinari ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan hitam. Menembus melalui jendela hingga sampai pada ranjang besar yang sedang disinggahi oleh kedua insan. Sang pria masih betah terlelap sambil memeluk pinggang samg wanita yang sudah duduk bersandar di kepala ranjang.

Jemari Zoey bermain di dalam rambut Jeffrey, membelainya dengan lembut. Pria yang tertidur di atas pangkuannya ini terlihat tampan dan tenang saat tidur. Tapi kenapa ekspresinya ketika bangun berubah menjadi seseorang yang keras dan dingin. Sudah lama Zoey bersamanya tapi tetap dinding pertahanan milik Jeffrey tidak pernah runtuh di depannya.

"Fuuuuhh"

Tiupan kecil dikeluarkan oleh Zoey mengenai telinga Jeffrey. Tiupan itu terasa geli dan berhasil mengganggu tidur Jeffrey. Dari sepuluh menit yang lalu Zoey mencoba membangunkan Jeffrey, namun tidak ada respon atau diberikan tanda-tanda pria itu akan membuka matanya.

"Eung.." Jeffrey hanya menggeliat dan menarik Zoey untuk lebih erat dipeluknya.

"Bangun, katanya ada rapat pagi" ujar Zoey. Tangannya sekarang memainkan beda kenyal dan putih layaknya mochi, Ia mencubit gemas pipi Jeffrey yang bisa dibilang tembam dibandingkan pria kebanyakan. Tubuhnya memang kekar dan tidak terlalu berisi tapi Jeffrey juga memiliki wajah gemas karena pipinya yang membuat dia terlihat gembul.

"Jeff, gue juga mau ke agensi sebentar. Ayo bangun" ujar Zoey lagi masih mencoba untuk membuat Jeffrey membuka matanya.

"Bukannya libur?" Jeffrey bertanya masih dengan matanya yang tertutup dan di posisi yang sama.

"Iya, mau atur jadwal buat dimajuin aja pemotretannya kalau bisa minggu ini" ujar Zoey.

"Kenapa?" Jeffrey bertanya lagi. Ia kini membuka matanya dan menatap wajah Zoey dari bawah.

"Kita mau nikah kan? Gak tau kapan nikahnya tapi mau selesain kerjaan dulu" ucap Zoey dan dibalas anggukan oleh Jeffrey.

"Kita nikahnya minggu depan aja gimana?"

"Gak mau secepat itu, emang orang tua lo udah restuin? Gue juga belum bilang orang tua gue" Zoey mendorong badan Jeffrey untuk menyingkir dari pahanya dan dia beranjak dari ranjang.

"Orang tua gue biar gue yang urus, terus orang tua lo kita temuin akhir pekan ini" ucap Jeffrey membenarkan posisi tidurnya dan menarik selimut.

"Bangun Jeffrey" sebelum Jeffrey sempat menutup tubuhnya dengan selimut, Zoey sudah menariknya lebih dulu.

"Iya iya, oh satu lagi.. lo gak perlu takut, tapi gue mau lo siap-siap kalau ada yang temuin lo nanti. Gue janji Karir lo bakal gue jaga" ujar Jeffrey yang akhirnya duduk menghadap Zoey.

"Gue pegang janji lo" balas Zoey melenggang pergi dari kamar. Di balik punggung Zoey, Jeffrey tersenyum tipis. Pikiran muncul di kepalanya, mengatakan bahwa ini adalah permulaan. Berurusan dengan ayahnya dan meyakinkan kedua orang tua Zoey. Tidak ada yang mudah di antara keduanya bagi Jeffrey sekarang. Berbagai macam cara ia pikirkan mana yang terbaik untuk dirinya dan untuk Zoey.

Seperti yang dikatakannya, Zoey pergi ke gedung agensi yang menaunginya untuk mengubah jadwal kerja dia. Mengantikan minggu libur ini dengan jadwal pemotretan bersama salah satu majalah. Setelahnya, Zoey pergi menuju sebuah restoran untuk menemui seseorang yang sudah membuat janji padanya pagi ini. Saat dirinya sedang bersiap untuk keluar, Zoey mendapatkan pesan dari seseorang, mengajaknya bertemu saat makan siang.

Sesampainya Zoey di restoran tersebut, Ia langsung di antar oleh pelayan menuju ruangan VIP. Begitu pintu terbuka, Zoey disambut dengan senyuman hangat dari wanita yang memiliki penampilan berkelas. Tidak ada yang bisa menebak usianya karena riasan yang dikenakan juga wajahnya sangat menampilkan aura muda.

"Silahkan duduk" ujarnya, bahkan suaranya itu terdengar merdu dan lembut tanpa adanya nada mengintimidasi. Zoey pun mengambil duduk di depan sang wanita, Hana.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Hana seraya membaca buku menu yang ada di tangannya. "Saya samakan saja dengan Tante" ucap Zoey dan dibalas anggukan oleh Hana.

"Sup ikan gurame kamu suka kan?" Hana bertanya lagi, sekarang matanya tertuju pada Zoey.

"Iya tante, saya gak masalah" jawab Zoey dengan senyum diakhir. Hana menutup buku menu dan memberikannya pada pelayan setelah mengucapkan pesannya.

"Maaf ya tante minta ketemu di hari kerja" ujar Hana memulai percakapan. "Oh Nggak tante, Saya kebetulan lagi masa libur sampai beberapa hari ke depan" Zoey kembali menjawab dengan sopan dan wajah senyumnya tidak pernah pudar.

"Kamu gak bilang sama Jeffrey kalau kita ketemu?"

"Saya pikir karena tante ingin bicara berdua saja saya tidak perlu bilang pada Jeffrey, sepertinya Jeffrey juga sedang sibuk jadi saya belum menghubunginya lagi sejak pagi"

Hana mengangguk paham, jemarinya yang lentik melingkar di gelas kaca. Dirinya meneguk air dari dalam gelas, sepertinya apa yang ingin dikatakan selanjutnya sulit untuk Hana ungkapkan karena tenggorokannya terasa kering. Zoey pun melakukan hal yang sama dalam situasi ini dia sangat gugup, takut apa yang dikatakannya itu salah dan dia tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan Jeffrey pagi ini benar terjadi. Seseorang akan menemuinya dan diluar dugaan Zoey, orang tersebut adalah Ibu Jeffrey. Zoey berpikir Jeremy yang akan menemuinya dan menyuruhnya meninggalkan Jeffrey, karena Hana terlihat tidak menentang keputusan yang diambil oleh Jeffrey kemarin.

"Saya ingin mengatakannya nanti, tapi sepertinya sekarang juga tidak masalah. Saya boleh memanggilmu Zoey?" ujar Hana memulai kalimat pertamanya.

"Iya, boleh tante" balas Zoey.

"Saya tidak tau banyak tentang hubungan anak saya sama kamu, tapi saya ingat Jeffrey pernah membawa teman sekolahnya ke rumah dulu, sekali. Sebelumnya dia tidak pernah membawa teman ke rumah, dia tidak ingin memperlihatkan teman-temannya dan dunianya di sekolah. Saat itu saya juga masih sibuk dengan pekerjaan saya dan saya tidak pernah memperhatikan Jeffrey, saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Jeffrey tanpa memikirkan apa yang sebenarnya diinginkan Jeffrey. Begitu juga dengan Ayahnya, kami merasa dengan memberikan Jeffrey segala yang kami miliki akan memberi kebahagiaan pada Jeffrey dan itu cukup. Ternyata itu pun tidak cukup untuk Jeffrey, mungkin lebih tepatnya dia tidak ingin itu karena dia tahu bisa mendapatkannya, dia hanya ingin kasih sayang dari kami bukan hanya kemewahan. Dua tahun lalu saya di diagnosa bahwa saya—"

Hana menghentikan sejenak kalimatnya, matanya memerah seakan ingin menangis. Setiap mengingat masa lalunya yang sibuk dengan dunia kerja justru membuatnya menangis karena dia tidak dapat ingat bagaimana anak semata wayangnya itu tumbuh.

"Dua tahun lalu saya memiliki tumor di otak, setelah melakukan operasi saya tidak bisa lagi bekerja seperti sebelumnya hingga saya memutuskan untuk berhenti dan sampai sekarang masih dalam pengobatan. Dalam masa ini saya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga tanpa adanya halangan dan masalah, saya ingin Jeffrey bahagia..saya tau seharusnya untuk membiarkan Jeffrey bahagia saya harus membebaskan dia dengan pilihannya, tapi kalau saya melepaskan Jeffrey, Ayahnya tidak akan diam dan tidak akan bisa membiarkan Jeffrey bahagia. Saya tidak mau Jeffrey justru menderita karena pilihannya. Tapi, Jeffrey sudah dewasa dan bagi saya mengatur hidupnya pun sudah lebih dari cukup, Saya ingin dia tidak menyesalinya nanti dan untuk itu saya akan membantunya, selain saya, dia butuh dukungan lainnya bukan? Jadi saya meminta kamu untuk bisa bertahan dengan Jeffrey, pilihan kalian itu tidak mudah, menikah bukanlah permainan dan saya ingin Jeffrey belajar bertanggung jawab dari pernikahannya. Boleh saya meminta bantuan itu dari kamu, Zoey?"

Selama Hana memulai kalimatnya, Zoey diam mendengarkan dengan baik setiap kata demi kata dan mencernanya untuk memahami maksud tujuan Hana. Dugaannya salah, dia berpikir akan berakhir disiram air dan dilempari uang.

"Zoey? Saya akan berikan apapun yang kamu mau tapi saya minta bantuan kamu untuk tetap bersama Jeffrey" mendapat permintaan seperti itu membuat Zoey bingung bagaimana cara membalasnya sedangkan dia dan Jeffrey hanya dalam pernikahan kontrak nantinya, jawaban seperti apa yang tepat untuk ia katakan sekarang?.