webnovel

Angin di Kota Santri

Wahai pelita,

Bagaimana aku memahami rasa cintamu?

Garis-garis putih bagai pelangi di mata Ziya. Sepanjang hari dan hari-hari sebelumnya, kota santri yang damai selalu ditemani panas mentari dan hembusan angin penyejuknya. Tanaman padi dan bunga-bunga liar di sepanjang jalan, nampak layu serta kering. Ujung kerudung pun akan beralih fungsi menjadi cadar tat kala beraktivitas di luar rumah. Namun, masih ada ujung kerudung yang masih tetap menjuntai, sempurna menutupi aurat sebagaimana titah Tuhannya.

Disuasana siang yang panas, Ziya menyandarkan kepala pad sosok ibu yang sedang asik membaca Qur'an.

"Bu, besok Ziya akan pergi. Doakan supaya di sana Ziya bisa betah di sana."

"Iya Zi, ibu pasti doakan yang terbaik. Semoga nanti betah dan juga selalu dikelilingi orang-orang shaleh & shalehah." Ucap ibu sembari mengelus kepala Ziya.

Ziya menghela nafas terasa sesak karena dia belum tau seperti apa suasana di tempat barunya nanti. Ternyata begitu berat melangkah jauh dari rumah. Ketika kecil dia berharap agar segera tumbuh dewasa agar bisa berkelana mengunjungi tempat-tempat baru. Tapi setelah dewasa baru ia merasa seindah apapun di luar sana, se asyik apapun hidup diluaran sana, tetap saja tempat ternyaman teraman dan tak pernah membosankan adalah kota kecil ini, kota santri.