webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Adolescente
Classificações insuficientes
9 Chs

Dia Aslinya

Aku kesal dengan jarak..

Yang tak pernah berhenti bergerak.

Barang sejenak...

Agar ku bisa menikmati tawamu,

Inginku berdiri di sebelahmu

Menggenggam erat jari-jarimu

Mendengarkan lagu Sheila On Seven

Seperti waktu itu...

Saat kau di sisiku

Dan tunggulah aku disana

Memecahkan celengan rindu ku

Berboncengan dengan mu

Mengelilingi kota

Menikmati Surya perlahan menghilang

Hingga kejamnya waktu

Menarik paksa kau dalam peluku

Lalu kita kembali menampung rasa rindu,

Saling bertukar doa sampai nanti sayangku.

Alunan musik dari Cover Febi Putri NC berjudul Celengan Rindu diputar dengan volume sedang tapi terdengar syahdu. Ini Kesukaan Mela, lagu yang menurutnya enak diperdengarkan.

libur hari ini ia nikmati dengan berbagai hal yang ia sukainya. Secangkir teh manis yang Setia menemani santainya Mela dan lamunannya menatap keindahan Fajar di pagi hari.

Untungnya hari ini, Ibunya sedang tidak berjualan dulu. Jadi ia bisa bersantai sejenak, namun lamunannya terbuyarkan ketika hp di atas nakas bergetar. Mela pun cepat mengambil hp dan dilihatnya ternyata ada pesan Whatsapp masuk.

Pak dokter

"Assalamualaikum, Mela apakah hari ini kamu tidak sibuk?"

Me

"Kebetulan saya Libur pak dan sedang santai di rumah, ada perlu apa ya?"

Pak dokter

" itu loh perihal hari itu, saya pernah mengajakmu ingin jalan-jalan. Apakah kamu mengingatnya?"

Mela pun mengingat apa yang diucapkan pak dokter di pesannya. Oh ternyata Mela telah menyetujuinya jika ia libur. Berarti hari ini Mela harus jalan-jalan dengannya?.oh No! Ada apa ini.

Pikiran Mela kacau, ia bingung harus menjawab apa lagi. Apakah ia terima saja tawarannya.

Me

"Mm oh iya pak saya ingat, boleh pak. Saya tidak keberatan"

Pak dokter

"Benarkah? Kalo begitu saya jemput kamu dimana?"

Me

" di dekat halte saja pak, kebetulan rumah saya tidak jauh dari halte depan Bookstore"

Pak dokter

"Baiklah kalo begitu bersiaplah, sebentar lagi saya menjemputmu"

Me

"Iya siyap"

"Sepertinya tidak apa lah hari ini berjalan dengannya, siapa tau ada keajaiban yang mengilhami" batin Mela

Mela pun dengan cepat berganti pakaian dan berdandan sederhana tapi cantik, balutan dress dan hijab yang senada sungguh cantik di tubuhnya yang mungil. Riasan sederhana tetap memberikan kesan berkilau pada dirinya.

"Bu, Mela pergi dulu" ucap Mela

"Mau kemana kamu sudah cantik begitu?"tanya ibu

"Aku mau pergi sama teman" sahut Mela.

"Yasudah hati-hati di jalannya" ucap ibu

"Baik bu, assalamualaikum" pmit Mela

"Waalaikumsalam"

Dengan tergesa-gesa, Mela mempercepat langkah kakinya. Takut jika pak dokternya itu telah sampai di tempat yang di janjikan. Seketika handpone Mela berdering menandakan sebuah telfon masuk diangkatnya dan.

"Hei disini!" ucap seseorang di sebrang sana

Mela pun menoleh ke arah sumber suara, dan ternyata benar bahwa pak dokternya itu sudah sampai duluan. Dengan malu, Mela pun menundukan kepalanya, dan bingung harus mengucapkan apa di depan lelaki itu.

"Mm maaf pak saya terlambat ya?" tanya Mela dengan kepalanya masih tertunduk

" ah tidak ko, saya tidak lama disini baru saja sampai" ucap pak dokter

"Hhe iyah kalo begitu" ucap Mela dengan wajah malu

"Yasudah masuklah ke mobil dahulu, saya mau cek bagasi belakang" sahut pak dokter

"Baiklah"

Mela pun telah berada di dalam mobil sendirian, menunggu pak dokternya masuk dari luar.

Ceklek.....

"Maaf lama menunggu" sahut pak dokter

"Tidak apa dok" ucap Mela.

"Baiklah kita berangkat sekarang" ucap pak dokter.

Merekapun berangkat ke tempat tujuannya, tidak ada yang bersuara dalam perjalanan. Hanya ada kecanggungan yang hening untuk dirasakan. Mela menatap jendela mobil dan melihat pemandangan yang asri, sudah lama ia tidak berjalan-jalan seperti ini. Rindu masa dimana keluarganya masih utuh, mereka tiap minggu pasti mengadakan rencana jalan-jalan ke pekan Raya atau ke tempat berwisata. Mela sungguh merindukannya.

"Mel, sedang melamunkan apa?" pak dokter akhirnya bersuara

"Ohoh tidak ko, saya cuman merindukan suasana kota. Sudah lama saya tidak jalan-jalan seperti ini soalnya" ucap Mela dengan mata menatap ke arah luar jendela mobil.

"Memang kenapa?" ucap pak dokter.

" yah tidak apa-apa ko" ucap Mela

"Sebentar lagi kita sampai ko, simpan dulu rindu jalan-jalanmu untuk nanti disana.." sahut Pak dokter

"Memangnya ada apa disana? Sebenarnya kita hari ini mau kemana pak dokter?" tanya Mela

"Ya kita kan hari ini jalan-jalan" ucap pak dokter.

"Yasudah saya ikuti saja" ucap Mela

Tanpa disadari, ternyata kini mereka telah sampai ditempat tujuannya. Mela tidak percaya dirinya akan dibawa ke pantai Indah ini. Ombak berdeburan saling menyahut garis belakang dan depannya. Pasir putih terpapar sengatan matahari yang berkilau saat dipandang. Airnya yang berwarna biru memukau untuk dicoba disentuh tangan. Ini luar biasa, aku sudah lama tidak merasakan keindahan ini.

"Gimana Indah kan?" ucap pak Dokter

"Sangat Indah" senang Mela tanpa menatap dokternya

"Bagaimana anda bisa tahu jika saya suka pantai?"ucap Mela tiba-tiba dengan mata tidak pernah mengalihkan pemandangan saat ini

"Saya tau selera perempuan masa kini" goda Pak dokter

"Bolehkah saya bertanya?" ucap Mela

" tentu saja boleh," ucap Pak dokter

"Apa yang membuat pak dokter ingin bertemu dengan saya?"

"Mm harus ya saya jawab?" ucap pak dokter mengalihkan pembicaraan.

"Ih pak dokter nyebelin deh, baru tau sekarang. Ternyata pak dokter juga bisa bikin kesel ya" gerutu Mela dengan cemberut.

"Hhe maaf becanda,. Ya saya sih suka aja sama kamu, makanya saya pengen kenal dekat sama kamu. Apa kamu keberatan?"

Seketika Mela terdiam sesaat, jantungnya berdebar. Suka? Apa yang diucapkan dokternya barusan?

"Mm maksud pak dokter?" grogi Mela

"Oh tidak apa-apa. Maksud saya tuh ya saya suka aja kenal sama kamu" ucap pak dokter

"Kirain suka dan Cinta beneran sama gue"batin Mela

"Saya ingin ke toilet sebentar pak" ucap Mela yang seketika meninggalkan tanpa mendengar ucapan dokternya dahulu.

"Iya silahkan" sahut dokter

Kesal yang dirasakan Mela saat ini, merasa kebaikan pak dokternya itu hanyalah becanda belaka. Sepertinya Mela tau diri dengan apa yang ia dapat hari ini.

Dengan segera, ia kini kembali ke arah pak dokternya. Langkah gontai yang membuatnya menjadi malas lagi bertemu. Baru satu hari saja, mela merasa dokternya itu menyebalkan.

"Sudah?" tanya pak dokter

"Apa?" tanya kembali Mela

"Kamu sudah ke toiletnya?" ucap ulang pak dokter

"Sudah" sahut Mela tanpa memandang laean bicaranya.

"Yasudah ikut saya sekarang" ucap pak dokter

"Kemana?"sahut Mela

"Kemana-mana hatiku senang..." goda pak dokter dengan matanya yang seketika menatap Mela, ingin hatinya melihat kembali ekspresi kesal mela ketika ia menggodanya.

"Isssshhh menyebalkan. Baru satu hari saja, pak dokter sudah menyebalkan sekali. Apasih mau pak dokter?kenapa ingin bertemu saya? Kenapa ingin jalan-jalan dengan saya? Apa yang membuat pak dokter ingin kenal dengan saya?" cerocos Mela dengan muka kesal,bibir cemberut.