webnovel

Dibalik Party

Keesokan harinya, Rania and family sedang sarapan bersama di meja makan. Suasana begitu hening hanya ada suara sendok yang mengadu dengan piring. Rania ingin meminta ijin pada ayahnya namun mulutnya seakan membisu, suaranya seakan menghilang sehingga membuat nafsu makannya pun berkurang.

Dewi yang melihat Rania yang seakan banyak pikiran bertanya pada Rania dan sontak ayah dan kedua saudara laki-lakinya itu pun mulai mengalihkan perhatian padanya.

"ada apa dek? " tanya Randy yang ikut penasaran sementara yang lainnya hanya menatap Rania.

Rania sempat terdiam namun karena seluruh perhatian terfokus padanya, ia pun mulai membuka suara.

"Yah, Rania---mau---minta ijin"  ucap Rania terbata-bata

Natta belum menjawab sampai Rania melanjutkan ucapannya.

"Rania boleh gak ijin bimbel dulu hari ini?" tanya Rania ragu dan ia dapat menduga jika ayahnya pasti akan menolak.

Natta belum juga menjawab. Ia masih melahap sisa makanannya yang terakhir. Setelah minum dan mencuci tangannya, pandangannya pun mulai mengarah ke Rania.

"emang mau kemana?" tanya Natta

"temen-temen Rania lagi ada pesta,Yah. Dan--mereka undang Rania buat dateng. Tapi---kalau gak dibolehin juga gak papa kok, Yah" jawab Rania ragu

Natta kembali membisu. Rania dapat menduga jika sang ayah memang tak akan memberi ijin dengan mudah apalagi alasan Rania hanya untuk berpesta. Pasti ayahnya hanya akan bilang pesta itu tidak berguna.

Rania sangat kecewa. Tentu saja. Namun ia telah berjanji untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Ia tak ingin membuat keluarganya seperti kemarin. Karena waktu telah semakin siang, ia pun berniat untuk segera berangkat ke sekolah. Ia pun berpamitan kepada kedua orang tua serta kakaknya sementara Renzy seperti biasa sedang bermain game di ponselnya.

Setelah beberapa langkah berjalan, tiba-tiba Natta memanggilnya sehingga membuat langkah terhenti. Rania kembali membalikan badannya.

"ayah ijinin kamu kali ini" ucap Natta yang seketika membuat mata Rania membelalak kaget dan tak percaya. Bukan hanya ia, Dewi dan Randy pun juga ikut kaget bahkan Renzy yang sedang minum langsung tersendak seketika.

"ayah serius? " tanya Rania memastikan karena masih tak percaya. Barangkali kupingnya ini sedang bermasalah saat ini.

Namun anggukan Natta, membuat Rania dengan refleks berlari ke arah sang ayah dan memeluknya dengan erat. Dan Natta hanya tersenyum melihat kelakuan putri nya ini yang seperti kekanakan.

"tapi inget--hanya kali ini. Dan jangan lupa juga kamu harus pulang sebelum jam delapan. Oke" ucap Natta mengingatkan. Rania tetap menyetujui apapun syarat dari ayahnya itu karena baginya Natta sudah mengijinkannya pun sudah sangat bersyukur.

Masih dengan raut wajah bahagia, Rania kembali mencium tangan ayahnya beberapa kali, kemudian kepada ibunya dan juga kakaknya. Semua orang yang ada di sana ikut bahagia karena untuk pertama kalinya mereka melihat Rania yang sebahagia ini.

Di sekolah....

Rania sedang makan di kantin saat jam istirahat tiba. Melahap mie ayam pedas dengan jus jeruk memang enak di makan saat cuaca panas seperti ini. Duduk di kursi sendirian juga membuat ketenangan dan kenyamanan di dirinya.

Segerombolan siswa tiba-tiba datang menghampiri Rania yang sedang makan. Rania dapat menduga jika mereka adalah anak-anak berandal di sekolah ini karena penampilan mereka yang tidak mencerminkan sebagai anak sekolah.

Mereka berdiri mengelilingi Rania yang sedang makam. Dan seketika nafsu makannya pun menjadi hilang. Saat ia akan beranjak menjauhi mereka, salah satu dari mereka ada yang memegang tangan Rania. Dengan sigap Rania pun melepaskannya karena menurutnya mereka sudah sangat tidak sopan.

"hei cantik" ucap salah seorang sambil mencoba memegang dagu Rania namun ia dengan segera menghindar

"sombong amat sih. Lanjutin dong makan nya" ucap salah seorang yang lain

Rania telah muak dengan para berandalan ini. Ia berniat untuk kembali beranjak, dan lagi mereka menghalangi jalan Rania.

"mau kalian apa sih? " tanya Rania yang mulai kesal

"kita gak mau apa-apa kok. Cuma mau makan aja sama kamu cantik. Hahaha" ucap salah satu dari mereka sambil tertawa

"yuk duduk yuk"

Ketika mereka dengan tidak sopannya menyentuh Rania beberapa kali, tiba-tiba Ali datang dan menyuruh Rania untuk di belakangnya.

"lo gak ada kerjaan ya, sana pergi!! " perintah Ali kepada mereka dengan tegasnya.

"wahh, Al, kita cuma mau makan di sini aja kok" ucap para berandal itu

"udah sana pergi" perintah lagi Ali dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

Karena tak bisa melawan, akhirnya para berandal itu pun pergi. Setelah menghembuskan napasnya kasar, Rania kembali duduk dan diikuti dengan Ali yang juga duduk di hadapan Rania.

Tapi bukannya kembali menghabiskan mie ayam nya yang masih tersisa, Rania malah terdiam dengan wajah kesalnya karena para berandal itu membuat waktu istirahat nya menjadi kacau.

Ali yang melihat wajah kesal Rania, hanya tersenyum lebar kemudian mengeluarkan sesuatu di dalam saku celananya. Tidak usah di tanya apa yang Ali keluarkan karena jawabannya pasti 'permen'. Apalagi kebiasaan aneh seorang Ali yang dikenal sebagai ketua geng 'Aliens' selain membawa permen. Lalu, setelah beberapa menit memilah-milah lima butir permen itu, ia pun memberikan satu butir permen yang bertuliskan 'lo cantik'.

Satu, dua tiga. Ali berhitung menggunakan jarinya untuk melihat reaksi Rania selanjutnya. Dan--sudah dapat ia duga, jika Rania akan mengembangkan senyumnya kala melihat kata di permen itu.

"lo tuh ceritanya mau muji gue gitu? " tanya Rania yang berniat menggoda Ali sambil mesem-mesem

"iya. Kenapa? " jawab Ali tegas

"gue saranin yah sama lo, jangan terlalu sering muji ntar lo suka loh sama gue"

"emang gue udah suka kok sama lo" Ali langsung menjawab dengan wajah polosnya seakan ia menjawab soal penjumlahan saat ulangan matematika.

Bukannya terharu ataupun baper, Rania malah memukul Ali dengan selembar kertas menu di kantin itu.

"udah ah. Gue gak suka di gombalin apalagi sama cowok tukang gombal kayak lo."

Saat langkahnya baru beberapa langkah, tiba-tiba Rania terhenti. Lalu membalikan badannya tak lama setelah itu.

"ohh yah Al, nanti sore pulang bareng yah. Soalnya gue tertarik sama tawaran lo kemaren. Dan inget--jangan ninggalin gue" ucap Rania penuh penegasan kemudian kembali pergi

Ali yang melihat tingkah Rania, hanya menyimpulkan senyumnya lebar. Ia tak dapat memungkiri bahwa sekarang hatinya sangat bahagia.

Party....

Geng Aliens yang diketuai oleh Ali Ardians itu kini sedang melaksanakan party untuk merayakan kemenangan Ali di sircuit kemarin.

Semua anggota Aliens kini sedang makan bersama bersama dengan tiga gadis, Nadia, Rasti, dan juga Rania. Setelah acara makan-makan selesai, keseruan masih terus berlangsung karena mereka semua kini sedang bermain game truth or dare. Riuh dan tawa mengiringi pesta mereka di penghujung siang ini. Begitu pun dengan Rania. Ia memang bisa dibilang cukup baru mengenal geng Aliens namun entah kenapa ia selalu merasa aman dan nyaman bisa bersama dengan mereka yang baru ia kenal. Selain seru, humoris, dan ramah, semua anggota geng Aliens merupakan teman satu angkatannya di sekolah jadi dengan begitu Rania dapat memperluas pertemanannya.

Rania yang tidak suka dengan bau rokok, menutup hidungnya sedari tadi dan bahkan ia batuk beberapa kali saat sedang bersenang-senang karena hampir semua cowok menghisap benda berasap itu. Jujur, ada rasa tidak nyaman karena dari dulu ia memang tak menyukai rokok dan anti dengan barang seperti itu. Dan sekarang, untuk pertama kalinya, Rania malah dikelilingi dengan remaja-remaja perokok.

Ali yang melihat ketidaknyamanan Rania, tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun pada wanita berambut panjang yang tak jauh dari tempat duduknya saat ini. Lalu tanpa berpikir panjang lagi, Ali segera beranjak, memutar arah ke dekat kursi Rania, kemudian menarik tangannya keluar dari ruangan itu.

Rania menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan saat dirinya telah berada di halaman base camp sekarang. Di temani oleh Ali, Rania yang terlihat menikmati kegiatannya langsung terduduk seketika di atas tanah. Tak peduli walaupun hal itu akan membuat baju sekolahnya kotor, yang terpenting saat ini napasnya dapat kembali normal.

Ali yang melihat Rania dengan posisi seperti itu juga ikut terduduk di sebelahnya sambil sesekali melirik Rania yang terlihat lucu baginya.

"lo juga ngerokok?" tanya Rania

Belum menjawab. Ali malah menengok ke arah Rania dengan tatapan bingung seakan ingin Rania mengulangi pertanyaannya.

"lo ngerokok?" tanya lagi Rania

Ali kembali menatap ke depan. "pernah " ucap Ali kemudian dengan singkatnya.

"tapi sekarang masih? " tanya lagi Rania

"jarang" lagi-lagi Ali hanya menjawab singkat pertanyaan Rania.

"kenapa? " tanya Rania

"kenapa harus ngerokok?" tanya lagi Rania beberapa menit kemudian.

Ali kembali menoleh ke arah Rania dengan senyuman yang tak bisa diartikan.

"karena gue anak berandal, Ran" jawab Ali kemudian

Rania terdiam. Ali juga terdiam. Mereka sama-sama terdiam.

"kata siapa? " tanya Rania kemudian

Ali dibuat bingung dengan pertanyaan Rania kali ini.

"maksudnya? " Ali balik bertanya

"elo bukan anak berandal, lo tuh orang baik. Cuman lo nyebelin aja"

"jadi lo tuh muji gue tapi abis itu langsung di hempas gituh"

Rania terkekeh.

"tapi--"

"tapi apa? " perkataan Rania langsung di sela oleh Ali

"mending lo gak usah ngerokok lagi yah. Lo kan masih muda. Jangan rusak masa muda lo dengan hal-hal kayak gitu. Okey" ucap Rania

Ali tak menjawab, tak mengangguk ataupun menggeleng. Ia hanya tersenyum lebar tanpa berkata apapun.

"Ran, gue gak tahu apa gue boleh ngomong kayak gini sama lo. Gue juga gak tahu ini sebuah kesalahan atau enggak. Gue---" beberapa menit Ali masih tetap berada di kata terakhirnya seakan lidahnya kelu. Rania yang menunggu perkataan Ali selanjutnya hanya bisa terdiam karena dibuat penasaran olehnya.

"gue--suka sama lo" lanjut Ali

Rania sempat terdiam lalu setelah itu ia tertawa terbahak-bahak.

"kok ketawa sih? " tanya Ali bingung

"lo jangan becanda kayak tadi deh Al. Gue tahu kok gue emang cantik. Ya tapi--becandaan lo yang kayak gini tuh masih tetep bisa bikin gur baper tahu gak. Gini-gini gue tuh juga cewek normal, Al" jawab Rania

"emang siapa yang bilang lo gak normal? "

"ihhhhhh Aliiiiiiii" baru saja Ali membuat hatinya berbunga-bunga dan sekarang malah membuat bunga itu tersambar petir di siang bolong tanpa adanya hujan.

Ali terkekeh.

"tapi perkataan gue yang tadi emang serius, Ran. Gue gak becanda. Gue nyadar, gue gak pantes ngomong kayak gini apalagi sama cewek dengan seribu prestasi kayak lo. Peluang gue diterima emang cuma 1 %, kalaupun gue nembak lo dengan rumus matematika sekali pun. Kayaknya lo gak bakalan nerima gue. Jadi yah--gue berpikir, gue gak butuh jawaban lo. Suka atau enggak. Gue gak peduli. Yang penting. Gue cuma mau--gue terus deket sama lo kayak gini. Kalau lo tanya kapan dan kenapa gue suka sama lo? Jawabannya gue gak tahu. Jadi lo jangan nanyain itu. Oke" ucap Ali dengan ekspresi yang serius tidak seperti biasanya. Hal ini pun yang membuat Rania saat ini menjadi terpaku tanpa kata.

"Al--"

"dan satu lagi, gue gak mau lo ngerasa canggung sama gue setelah ini. Oke. Anggep aja gue gak pernah ngomong kayak gini" Ali menyela ucapan Rania karena hatinya masih belum siap jika Rania benar-benar akan menolaknya.