webnovel

Ucapan itu doa

Fajar menghempaskan tubuhnya di kursi sofa. Lelah karena menempuh perjalanan jauh dari makassar dan lelah hati karena ucapan kekasihnya yang terus menghantui pikirannya.

Kopernya dibiarkan begitu saja toh akan ada asisten rumah tangga yang akan membenahi kopernya. Upsssh....! Nafasnya dibuang dengan keras.

"Ada apa ? kok pulang tiba-tiba terlihat frustasi gitu" Ibu Zihan datang menghampiri.

"Nanti aja umi, aku lelah pingin tidur" Ya..semalam dia tidak bisa tidur, yang dia lakukan hanya menatap wajah Ramona yang tertidur pulas.

"Ujang bilang Fajar dah tiba tadi pagi tapi kok dah malam begini abi gak melihatnya ?"

"Dia tidur dari jam 10 pagi tadi, coba Akbar bangunin kakakmu tuh" Perintah Ibunya.

Tak berselang beberapa menit Akbar keluar dari kamar yang disusul Fajar.

"Tidur sampe mengabaikan sholat itu dosa" Kata Pak Ilham yang melihat Fajar masih menguap.

"Aku dah jamak Dzuhur dan Ashar, ntar ganti sholat magrib di waktu Isya".

"Salah besar, jamak dan Qashar bisa dilakukan jika kau masih di makassar karena musafir"

"Masih bagian dari musafir bi" Jawab Fajar dan duduk disamping ayahnya.

"Pertemuanmu dengan Ramona gimana, lancar ?" Tanya Pak Ilham.

"Alhamdulillah lancar, kami rencana nikah pertengahan bulan depan"

"Serius ?" Akbar antusias

"Jadi apa yang Umi dan Abi persiapkan dari sekarang ?" Tanya Ibunya.

"Gak ada, tunggu Ramona pulang ke sini bulan depan baru itu abi dan umi ketemu keluarganya"

"Oh gitu trus..."

kriiiing...kriiing pertanyaan ibunya terputus oleh deringan telepon.

"Hallo, waalaikum salam. iya ada, sebentar..." Akbar menyerahkan gagang telepon ke Fajar.

"Hallo, iya gimana dah ketemu ? oh gitu...ok deh aku tunggu kabarnya ya ?"Fajar mengakhiri pangggilan telepon.

"Dari siapa ?" Tanya Ayahnya

"Itu tadi teman Fajar, Ishak namanya. Kami sedang mencari lahan kosong untuk bangun sekolah khusus untuk anak-anak yatim piatu, seminggu lagi dia bakalan kabarin katanya ada lahan kosong 50 ha dikawasan Tangerang"

"Jangan mikirin itu dulu, nanti kau nikah baru lanjutin cari lahannya" Saran Ibunya.

"Gak bisa mi, ini demi Ramona. Itu rencana kami berdua",

"Ya udah jika emang itu rencana kalian".

Menghitung hari itu terasa melelahkan, Fajar ingin menelpon Ramona tapi tak ingin mengganggu persiapan ujian skripsinya. Ini hari sabtu Telepon berbunyi...ternyata Ishak.

"oke baik, aku kesana hari ini juga. Ya..sampai ketemu.

"Mang ujang, tolong antarin aku ke bandara". Teriak Fajar yang segera menuju kamarnya mempersiapkan segala keperluan ke Jakarta.

"Mau kemana kamu ?" Tanya ibu Jihan yang melihat Fajar keluar kamar membawa koper.

"Aku ke Jakarta umi, Ishak tadi telepon katanya yang punya lahan ingin ketemu aku sekarang" Sahut Fajar, dia pergi ke dapur untuk minum.

"Ya, gak gitu dong nak"

"Ada apa nih ribut-ribut" Pak Ilham nampak keluar dari dapur menuju ruang tengah bersama Akbar.

"Ini bi, Fajar mau ke Jakarta" Jawab umi

"Ngapain ?" Tanya ayahnya.

"Itu tadi aku dah jelasin ke umi, aku pamit dulu abi, umi, akbar" Fajar bergegas menuju Garasi.

"Jangan pergi nak, kamu itu akan menikah sebentar lagi, nanti kamu malah ketemu jodoh disana gimana ?" Susul Umi ke Garasi.

"Gak akan" Jawab Fajar enteng.

"Ucapan itu doa" Abi berbisik ke telinga Umi pelan.

upsss. ...! Tidak, ralat, menantuku hanyalah Ramona. oh Tuhan maafkan aku. Batin Umi Zihan.

"Sampe tangerang kabari umi" Pinta Umi Zihan begitu melihat mobil bergerak perlahan.

"Umi tadi ngomong apa sih ? hati-hati lho umi, ucapan umi kalo didengar malaikat yang lewat terus diaminkan, ya...gitu deh" Ujar Akbar.

"Abi sama akbar apaan sih, berprasangkalah yang baik agar persangkaan itulah yang kita dapatkan" Ucap Umi Zihan.

"Lho yang nyangka siapa yang ngomong siapa, udah sana masuk rumah. Siapin makan, abi lapar"