webnovel

Mencoba peruntungan

Terlahir dari keluarga miskin 4 bersaudara 2 perempuan dan 2 laki-laki. Hidup di sebuah desa yang terpencil, ayah seorang Nelayan dengan penghasilan pas-pasan. ibu seorang ibu rumah tangga. Ramona gadis bungsu terlahir dengan wajah yang imut dan cantik sehingga menjadi anak tersayang dan perhatian banyak orang. Walau terlahir cantik dan dimanja tetapi tidak membuat mona menjadi sombong. Diusianya yg ke 12 tahun dengan kondisi ekonomi keluarga yang carut marut mona tetap berniat ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

"Mama, aku ingin sekolah ".

Mona berharap cemas memohon pengertian ayah ibunya, dia tau kondisi ekonomi seperti ini sangatlah tidak mungkin untuknya berharap lebih. dilain sisi kakak tertuanya Rukiah tidak sampai menamatkan sekolah dasar dan memilih menikah dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai Nelayan tentu tidak bisa menjadi tumpuan harapan Ramona, kakak ke 2 Nuriman hanya seorang pegawai rendahan di perusahaan swasta, kakak ke 3 Yusran yang terpaut 2 tahun dengan usia Ramona duduk di bangku kelas 2 SMP dengan biaya pemerintah yakni mendapat beasiswa karena kak yusran tergolong siswa berprestasi. dan kini aku anak bungsu bukan gadis berprestasi hanya bermodalkan tekad yang kuat ingin mengubah nasib seperti banyak orang yang sukses dan kembali ke desa membangunkan rumah mewah dan menaikan haji kedua orang tuanya.

"Mona kan tahu mama dan papa tak punya uang untuk menyekolahkanmu nak, kamu kan cantik menikahlah dengan Hamzah anak pak kades, kemarin pak kades sempat menanyakanmu". jawab Ibunya Mona dengan penuh harapan anak bungsunya mau menikah muda.

"Aku nggak mau ma, aku masih kecil. Pokoknya aku mau sekolah, aku akan cari uang sendiri, mama dan papa tidak usah membiayai sekolahku !" ujar Mona sambil memohon pamit menuju mesjid. Berharap dia dapat menyampaikan keluh kesahnya dihadapan Allah agar mendapatkan jalan keluar. Tekadnya sudah bulat mencoba peruntungan nasib dengan modal nekad.

Setiap hari Ramona selalu menjalankan rutinitasnya, selain bermain dengan teman-teman sebayanya, dia tak pernah melewatkan sedikitpun ibadahnya. Jika Azan sudah berkumandang, Ramona akan segera bersiap-siap ke Mesjid.

Setiap waktu dia selalu berdoa agar dapat melanjutkan sekolah, gadis cabtik itu tak ingin nasibnya sama dengan tetangga depan rumahnya yang menikah di usia muda. Sekarang tetangganya itu hanya mengurus suami dan anak. Ramona sedikit gelisah tatkala memperhatikan pemandangan anak yang seusianya sudah menggendong anak.

Sekembalinya dari mesjid Ramona berpapasan dengan Hamzah, lumayan tampan tapi usianya terpaut 13 tahun dengan Ramona. Ih...amit-amit menikah dengan om-om. Tapi Ramona tetap menyapanya.

"Dari mana bang"

'Eh iya nih, tadi dari rumah teman, ngembaliin buku, rajin ke Mesjid"

Ramona hanya cengengesan dan segera berbelok masuk ke kawasan rumahnya, dengan tatapan kagum Hamzah.

Laki-laki tampan yang sedang menyelesaika kuliahnya itu ingin segera mempersunting bunga desa yang cantik itu.

Namun bukan Ramona namanya kalo menurut begitu saja, tekadnya untuk melanjutkan sekolah sudah terpatri dalam benaknya semasa kelas satu Sekolah Dasar.

Cerita ini diadopsi dari kisah nyata yang sedikit dibumbui dengan berbagai intrik sehingga diminati pembaca dan bisa menjadi inspirasi bagi semua orang

Kirana_Quinncreators' thoughts