webnovel

Indahnya memaafkan

Sudah seminggu Ramona mendiamkan kakaknya Yusran, bukan tanpa alasan karena kakaknya dia ditertawakan seluruh teman sekelasnya kecuali Nikita. Tetapi kalo mengingatnya Ramona merasa geli juga...ah akan diingatnya pelajaran sejarah itu dengan baik sampai hari tuanya begitu pikirnya. ah mulai ngelantur, kapan tua memasuki usia remaja aja belom.😋

"Apa yang terjadi diantara kalian ?" tanya ayahku ketika kami berempat duduk dimeja makan.

Aku berpura-pura tak mendengar dan lebih fokus kehidangan yang menggugah selera di atas meja. Ada tempe goreng tepung kesukaanku, ikan bakar ala mama, ada sayur asam juga sambal terasi. wah semuanya lengkap.

"Ditanya malah gak dijawab nak, berdosa lho mengabaikan orangtua" Nasehat ibuku membuatku mengangkat muka dan memelototi kakakku yang terlihat garuk-garuk kepala. Banyak kutunya kali..rutukku dalam hati

'eeh, papa tanya siapa maaf tadi mona fokus ke tempe goreng jadi pingin ngabisin semua tanpa tersisa" Ujarku manja sambil menjulurkan lidah ke kak Yusran.

"Papa tanya ke kalian berdua". Jawab ayahku dengan tatapan tajam ke arah kami berdua.

"Sudah...sudah, setelah makan baru dibahas, ayo makan dulu jangan lupa baca doa makan". Ibuku menengahi dan langsung menyodorkan piring ke ayahku.

Makan malam selesailah sudah aku mengomel terus di dalam hati. awas kau kak sampai mama dan papa memarahiku, gelas ini akan melayang dikepalamu. Rutukku dalam hati dan mendelik ke arah kak Yusran yg terlihat malah nyengir. Setelah mama membersihkan meja makan yang dibantu olehku kami menuju ruang tamu atas permintaan ayahku. Rumah kami tergolong sederhana, 3 kamar tidur ruang tamu dan ruang makan berdekatan ada tirai pembatas yang memisahakan kedua ruang setelah itu ruang dapur lumayan kecil, dalam hati aku berniat jika kelak aku berhasil akan kubangunkan rumah indah untuk kedua orang tuaku.

"Apa yang papa tanya di meja makan tadi siapa yang bisa menjawabnya". Kata-kata ayah membuyarkan lamunanku.

"Gini yah, aku kesal dengan kakak karena ulahnya aku...." mengalirlah semua ceritaku dengan disusul air mata yg jatuh berderai. emang aku seperti itu, kalo nangis suaraku tak terdengar hanya air mata yang mengalir deras.

Sontak saja aku dikejutkan dengan tawa derai ayah dan ibuku juga kak yusran, ketiganya langsung memelukku hangat. Aku yang tadinya ingin berteriak marah langsung merasa terharu dengan perlakuan mereka.

"Maaf, kakak janji tidak akan mengulanginya lagi"Ujar kak Yusran sambil mencium pucuk kepalaku.

"Awalnya emang seperti itu, kamu kan setahun tidak sekolah jadi pertama kali mendapatkan pelajaran pasti sedikit kerepotan. Pelajaran itu harus diulang setiap saat, di sekolah kita dengarkan penjelasan guru dan dirumah kita coba mempelajarinya kembali. Papa saja yang cuman tamatan sekolah rakyat sering membaca buku-bukunya Yusran biar tidak ketinggalan info". Nasehat ayahku sambil mengusap kepalaku pelan.