Entah mau kemana Bimo mengajak Sasti pergi, tapi yang harus kalian tau sekarang adalah kebahagiaan Sasti. Sasti memeluk erat perut Bimo. Jaket kulit yang Bimo kenakan sangat nyaman menempel pada pipi kanan Sasti. Sasti menyender ke punggung Bimo. Momen ini, adalah momen yang Sasti tunggu dari kemarin-kemarin.
Jika Sasti bahagia, maka Bimo sebaliknya. Lelaki itu malah terkekeh di balik helm full facenya. Menertawakan sikap gemas dari seorang nenek lampir alias Sasti.
"Sampe deh," ucap Bimo membuyarkan lamunan Sasti.
Dengan cepat Sasti melepas pelukan itu. Mencoba bersikap biasa saja sambil membereskan kondisi rambut yang sempat acak-acakan. Dan siapa sangka jika Bimo, malah membantu Sasti membereskan helaian rambut gadis itu.
"Kudu sien ih, boga buuk panjang teh. Siga mbak kunti nyaho."
"Sakarep urang lah. Saha maneh?"
"Temen lo lah, siapa lagi," balas Bimo dengan tangan mulai menaruh helm di jok motornya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com