"He he, iya Mih maaf. Pih, kerjaan kantor gimana? Papih jangan lembur mulu, kasian kan Mamih sendirian terus," ucapnya sambil tertawa kecil. Menggoda dua orang dewasa seperti ini, sangatlah hobby Sakti. Dia suka, saat melihat Kia tersipu malu gara-gara gombalan Andi yang receh akut.
"Iya, besok Papih gak bakal lembur. Kasian, Mamih gak punya temen main." Andi melirik Kia.
Kia tersipu. Dia melempar bantal mecil ke arah Andi. Dengan sigap, Andi langsung menangkapnya.
"Jangan gituuu"
Sakti menahan tawa. "Temen main apa nih Pih? Jangan... Jangan...."
Sebelum Kia melempar bantal, Sakti terlebih dulu kabur berlari menaiki anak tangga. Di pertengahan jalan, Sakti berteriak pada keduanya.
"Awas aja ya Pih, Mih, Sakti gak mau punya ade loh!" teriaknya kencang.
Kia dan Andi sama-sama menoleh. Kia mendekat ke arah Andi, lalu mencubit lengan kekar Andi dengan keras.
"A-aduh, Mamih kenapa sih, cubit-cibut Papih kaya gitu?" tanya Andi kesal.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com