webnovel

Tamparan Zara

Selepas kepergian dua pria, yang bagi Kara belum mengetahui nama mereka. Tidak, tadi ia sudah tahu.

Ender dan satu lagi kalau tidak salah Refat, mungkin.

Kara menggeleng. Bukan itu yang penting sekarang.

Kara membenamkan dirinya ke selimut. Menutupi wajahnya.

Tadi begitu mendengar suara pintu tertutup dan suasana di sekitarnya sunyi. Kara membuka selimut dan duduk.

'Kacau sudah,' Desah Kara.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku... Juga dia... Tadi,' Kara menggeleng sekaligus mendesah frustasi saat kejadian tadi ia ingat lagi.

'Ini di luar rencananya,'

'Ezra. Kemana pria itu!' Kara mencari letak keberadaan handphone nya.

'Dimana aku menaruhnya tadi ya?' Masih duduk di atas ranjang Kara mencari HP nya.

Ckleck.

Suata pintu terbuka. Mengalihkan perhatian Kara.

Zara, mama dan juga papanya berhambur masuk ke dalam.

Zara mendekat pertama ke Kara dan,

"Kara! Ada apa in,,,"

Plak,

Satu tamparan keras mendarat di tulang pipi Kara. Sehingga sedikit membuat Kara harus meringis sakit.

Ucapan Elma, mama Zara. Terhenti dan dia memekik kaget.

Kara menjilat sudut bibirnya, yang sedikit mengeluarkan darah. Dan dengan jempolnya, Kara menghapus darah tersebut.

Dengan wajahnya ke samping akibat tamparan Zara. Kara melihat menatap Zara geli.

'Meski rencananya kacau tapi ia berhasil. Lihat saja betapa murkanya dia,'

"Zara? Apa yang kamu lakukan?" Itu adalah suara Elma setelah diam beberapa saat. Elma berjalan mendekati Kara dan juga Zara.

Zara menghiraukan Elma dan menatap Kara marah.

"Ini semua perbuatan mu kan? Kamu sengaja kan? Kamu sengaja melakukan ini supaya pernikahan ku dan Ender batalkan? Jawab Kara!" Bentak Zara di ujung kalimat.

Kara memilih menarik nafasnya dulu sebelum menjawab.

"Apa yang kamu katakan Zara? Apa kamu sedang menyalahkan Kara di sini?" Suara bentakan itu berasal dari papa Zara.

Kara menaikkan tatapannya menatap Hendrik, pamannya. Lalu kembali memilih menatap ke selimut nya. Karna itu lebih menarik, dari pada 3 orang yang mengecewakan di depannya ini.

"Ini memang ulah dia Pa! Dia sengaja melakukan ini. Dia tentu tidak senang melihat Zara akan menikah, apalagi dengan Pria yang tidak mungkin dia dapatkan. Karna itu dia melakukan ini," Jelas Zara dengan menaikkan nada suaranya.

Hendrik melihat Kara.

"Apa itu benar Kara? Kamu yang merencanakan semua ini? Seperti yang Zara katakan?"

Kara mendesah. Menaikkan tatapannya menatap pamannya malas.

"Paman bisa lihat ini kamar siapa? Apa mungkin aku merayu pria itu dan membawa dia masuk ke kamar ini? Bahkan aku tidak mengenalinya." Yang Kara katakan bisa di katakan semua benar. Satu, dia tidak merayu Pria itu. Dua, Kara tidak membawanya masuk ke sini. Dan ketiga, memang ia tidak mengenalinya. Bahkan sekali pun, ia tidak pernah bertemu.

Hendrik mencerna ucapan Kara. Begitu juga dengan Elma. Namun dia sedikit ragu.

"Kamu bisa saja memberinya obat." Itu adalah suara Elma.

Kara beralih menatap Elma males. Dan dia menyipit kan matanya.

"Benarkah? Dan obat apa itu? Aku jadi bertanya tanya."

"Kara?" Panggil Hendrik dengan geramannya.

Kara membuang wajahnya ke samping sembari menarik nafas dengan malas.

"Intinya aku pun terkejut begitu terbangun." Ia tidak berbohong. Karna nyatanya, tadi waktu terbangun. Ia terkejut, apalagi ciuman itu.

'Aghhhh,,, Ini di luar rencana,'

Zara yang tidak percaya. Semakin mendekatkan dirinya dengan Kara dan berkata tajam.

"Kamu pikir aku percaya? Ender bisa masuk ke sini itu hal yang mustahil. Terkecuali seseorang membawanya masuk ke sini,"

Kara menarik tajam nafasnya sembari membalas tatapan Zara.

"Benarkah? Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? Calon suami mu sudah di sini dan semua orang sudah melihatnya. Bisakah kamu mengendalikan itu Zara? Aku bertanya tanya," Bisik Kara tidak jauh dari telingan Zara. Yang seketika membuat mata Zara membulat lebar.

Zara menjauhkan tubuhnya. Dan kembali mengangkat tangannya untuk menampar Zara.

"Kau,,,"

"Zara, hentikan." Suara teriakan kemarahan itu datang dari Hendrik, papa Zara.

Kara menjauhkan tubuhnya dengan santai.

Melihat Zara yang begitu santai dan acuh. Elma mengeryit kan keningnya. Ia beralih melihat Zara Putri nya.

Di tempat lain.

Lebih tepat di luar kapal.

Ezra, yang sudah naik ke Speedboat. Setelah di jemput oleh orang orangnya.

Sebelum Speedboat yang Ezra naiki menjauh dari kapal.

Ezra melihat ke kapal di mana di sana ada Kara. Wanita yang sangat amat ia cintai. Dan dirinya berharap kalau Kara. Kalau dia akan Baik baik saja.

Meskipun ia pergi terlalu awal. Tapi ia sudah meninggalkan beberapa anak buahnya di sana. Untuk menjaga jaga, lebih lebih ke situasi jika di luar rencana Kara.

Ezra mengalihkan matanya melihat ke depan. Pedih dan perih tentu saja ia rasakan. Tapi bukan untuk dirinya sendiri. Melainkan untuk perasaan Kara wanita yang ia cintai. Kesedihan Kara, kehancuran Kara. Seperti dirinya yang merasakan semuanya.

Jika di tanya siapa yang memberitahu kan keberadaan Ender ke Javier. Itu adalah salah satu anak buahnya, yang menyamar menjadi seorang pelayan dapur di sana. Memberi tahu bawahan Javier.

Lalu, siapa yang memberitahu orang orang terutama para wartawan, awak media dan juga para tamu undangan. Khususnya para klien dan kolega bisnis daddynya Ender dan juga Javier. Itu juga perbuatan para anak buahnya. Dan setelah situasi kapal kacau, riuh dengan berita Ender bersama wanita di salah satu kamar di lantai bawah. Ia menghubungi asistennya yang berada di dermaga untuk menjemput nya. Dan di sinilah ia sekarang.

Ezra berkacak pinggang memejamkan kedua matanya, dan meraup udara di sekitar nya. Ia tersenyum tipis.

'Apa kamu puas Kara? Aku harap kamu bahagia setelah ini,'

Di dalam kamar Kara.

Terlihat sunyi tidak ada siapa siapa di sana. Di mana tadi ada Zara, Elma dan Hendrik.

Sekarang hanya ada Kara yang berada di kamar mandi. Sedang menyegarkan tubuhnya.

Tadi beberapa menit yang lalu, saat suasana hampir saja memanas.

Tiba tiba seorang pria masuk dan menyampaikan ke Elma dan juga Hendrik serta Zara. Mereka di panggil oleh Javier ke ruangan meeting yang ada di kapal dan berada di lantai 3.

Saat itu Kara menarik nafasnya cepat. Ia berdoa dalam hati. Kalau apa yang sudah ia rencanakan berjalan sesuai yang ia rencanakan. Meskipun sedikit kacau.

Kara melompat turun dari ranjang. Lebih tepat melarikan diri dari ranjang. Karna jika tidak, ia akan kembali teringat hal panas. Yang beberapa menit lalu terjadi di sana.

Ia butuh menyegarkan diri. Lebih lebih ke otaknya supaya bersih dan tidak memikirkan hal aneh itu lagi.

Di bawah shower. Dengan kepala mendongak ke atas. Kara menikmati guyuran air yang menyentuh seluruh tubuhnya. Seperti memeluknya dan memerangkap nya dengan kedinginan dan membuat dirinya tenang.

Kara mendesah.

"Apa maksud anda, rencana pernikahan tidak batal tapi pengantin bukan Zara," Itu adalah suara Elma yang shock sekaligus tidak percaya.

Begitu juga Ender yang ikut terkejut. Sedang kedua mata Zara melotot lebar.