"Papa nanti datang, kan?" tanya Yara ketika sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Siena sedang mengepang rambutnya.
Dika yang sedang membantu Yesa berpakaian menoleh, kemudian tersenyum. "Papa akan mengusahakan untuk datang, Sayang," ujar pria itu dengan tenang.
Yara tertunduk lesu. Raut wajahnya berubah sedih dan muram. Bibirnya mengerucut. "Yara mau Papa datang," ujar gadis kecil itu dengan nada bicara sedih.
"Maafkan Papa, Sayang. Papa kan harus mulai bekerja. Mungkin Papa akan agak sibuk," Dika mencoba menjelaskan keadaannya.
"Kalau gitu Papa jangan pergi kerja dulu. Kerjanya besok aja," ujar Yesa.
Dika meringis. Pria itu memutar otak, mencari cara untuk menjelaskan bahwa dia tak bisa berbuat seenaknya. Dika mengacak rambut sang putra seraya berkata, "Tidak boleh seperti itu, Jagoan. Papa memimpin banyak pekerja. Jadi, Papa harus bertanggung jawab. Papa tidak bisa berbuat seenaknya, sesuai kehendak Papa. Itu tindakan tercela."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com