Seketika Keira mematung. Mukanya pun menjadi panas.
"Gue nggak salah dengar, kan?" tanya Zein lagi dengan curiga. "Lo abis bilang jatuh cinta?"
"Nggak, l-lo salah denger kali," bantah Keira seraya memalingkan wajah. Meski penasaran namun Zein tak berkata apa-apa lagi. Zein cuma mengangkat bahu sebelum akhirnya menyalakan motor.
"Makasih ya Zein buat hari ini. Lo bener-bener udah nolongin gue," ucap Keira sesampainya di depan rumah.
"Sama-sama," jawab Zein pendek, pun sedikit kaku. Sejak di perjalanan hatinya tak juga bosan berdebar kencang.
"Lo mau masuk biar gue obatin sebentar? Kayaknya Papa punya obat buat luka memar di dalam," kata Keira.
"Nggak usah. Lagian udah sore banget. Kayaknya juga mau ujan lagi nih. Gue langsung pulang aja," kata Zein sambil bersiap menghidupkan motor lagi.
"Pulang sama siapa, Kei?" Tiba-tiba terdengar suara Fadil dari teras rumah.
"Mas Fadil?" Keira terkejut melihatnya. "Katanya di luar kota sampai minggu depan, kok udah pulang?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com