Cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui sela-sela jendela, cahaya itu sama sekali tidak membangunkan cewek itu yang sedang tertidur dengan pulas. Namun, suara ponsel yang terus berbunyi membuat ia membuka matanya setengah, ia masih terlihat ingin melanjutkan mimpi indahnya, tapi tak bisa, suara itu terus mengganggunya.
Tangannya mulai keluar dari selimut, dan mulai bergerak meraih ponselnya yang ada di lemari kecil dekat lampu tidurnya. Ia tak melihat nama penelpon dan langsung mengangkatnya.
"Halo, siapa? Maaf nggak minat kartu kredit," ucapnya asal karena beberapa hari ini ia mendapatkan telpon dari tukang kredit yang selalu menawarkan di pagi hari.
"HEH! Tukang kredit pale lu! Ganteng-ganteng gini tukang kredit! Kuliah jauh-jauh jadi tukang kredit? Dasar!" ujarnya yang terdengar sangat kesal. Alina menyipitkan matanya dengan menaikka satu alis. Ia melihat layar ponselnya sekejap, dan terkejut kalau kakaknya menelponnya di pagi-pagi seperti ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com