webnovel

Kau Sedang Marah 1

Liu benar-benar menyuruh Ellen untuk pulang lebih dulu ke rumah Istvan, ia bahkan memastikan kalau wanita itu pulang ke rumah dengan selamat melalui Istvan.

Ellen dalam perasaan dongkol, tapi ia tidak membantah, sampai di rumah ia langsung mengurung dirinya di kamar dan mengutak-atik ponselnya, mencoba mencari petunjuk kemana Liu sebenarnya pergi.

Tapi hasilnya nihil.

Ellen hanya bisa berguling-guling di atas ranjang dengan frustasi, mengingat bagaimana mata hitam itu menatapnya sebelum naik bus, Ellen merasa Liu sedang marah.

***

Sementara itu Liu berjalan dengan santai di bawah penerangan tiang lampu yang redup, ia menatap lurus ke depan dan matanya terlihat suram. Jaket hitam yang ia pakai berkibar karena tidak ia tutup rapat, angin di sekitarnya berhembus menggoyangkan rerumputan yang tumbuh subur di pinggir jalan, semakin jauh ia melangkah, semakin jalanan yang ia lewati terlihat rapi dan ramai.

Laki-laki itu terlihat tenang, langkahnya santai, tapi jika diperhatikan lebih jelas, akan terlihat kalau kedua alisnya saling bertaut, sepertinya Liu sedang menahan emosi yang sangat dalam.

Liu sampai di bangunan yang terdiri dari tujuh lantai, lampu warna warni terpasang di sepanjang papan penanda, ada tulisan besar berwarna merah yang menuliskan kalau tempat ini adalah sebuah bar.

Di depan pintu masuk berdiri dua orang laki-laki bertubuh tinggi dan besar, mereka mengenakan pakaian serba hitam dan terlihat galak, beberapa orang yang mengenakan setelah mewah masuk dengan gaya arogan, lalu beberapa orang lagi keluar dalam keadaan mabuk, berjalan sempoyongan dan muntah di pinggir jalan.

"Manusia memang menjijikkan," gumam Liu dengan dengkusan kasar.

Ia tidak pernah suka tempat ini, bahkan sepanjang ia hidup, tempat ini dan semua hal yang berhubungan dengan tempat ini akan ia jauhi. Anggaplah ia sebagai orang yang sangat menjaga kesehatan hidupnya meski ia tahu jika dirinya abadi.

Laki-laki itu melangkah mendekat, dua penjaga pintu itu langsung mengangkat tangannya.

"Ada kartu anggota?"

Liu merogoh saku tanpa ekspresi yang berarti di wajahnya, awalnya mereka mengira laki-laki itu mengeluarkan dompet, tapi yang didapat di detik berikutnya adalah sekelebat cahaya ungu dan di detik berikutnya, mereka linglung.

"Apa aku sekarang boleh masuk?"

"Yah, silakah. Tamu kehormatan harus mendapatkan pelayanan terbaik." Penjaga keamanan itu membukakan pintu, kemudian Liu langsung masuk.

Suara musik menghentak terdengar, puluhan wanita dengan pakaian mini berlalu lalang mendekati para laki-laki, beberapa lagi tengah menari di atas panggung mengitari tiang panjang di tengah, beberapa laki-laki mabuk ikut naik dan menyelipkan lembaran uang di tempat yang tidak senonoh, orang-orang yang menonton di bawah berseru dan ikut menari mengikuti alunan musik.

Liu mengabaikan tontonan yang menggairahkan itu, ia berjalan naik ke lantai atas, melihat ruang permainan bilyard, tampak beberapa orang bermain dengan gayanya yang angkuh.

Liu berjalan sebentar, matanya langsung tertuju pada seseorang yang laki-laki dengan punggung lebar tengah berbincang bersama seorang wanita yang duduk di atas meja, tangannya memegang botol anggur.

"Orang ini rupanya." Liu menahan napasnya, ia mengambil sudut yang bagus untuk mengamati.

Laki-laki itu lebih tinggi darinya, wajahnya standar manusia jaman sekarang, tidak jelek, tidak terlalu tampan.

Tapi orang ini punya sesuatu yang berbeda.

Elmer tidak menyadari kalau dirinya sedang diawasi Liu, ia sedikit mabuk dan wanita yang duduk di depannya itu tidak berhenti menggoda, membuatnya merasa panas di mana-mana.

"Apakah kita butuh kamar sekarang?" Wanita itu memainkan jari-jemarinya di dada Elmer, botol anggur yang ada di tangan kirinya berguncang. "Kau sudah sering kemari tapi tidak pernah memesan kamar, tidak tertarik denganku?"

Elmer terkekeh, ia menarik tangan wanita itu dari dadanya dan meremasnya dengan pelan. "Aku sangat ingin, tapi setelah ini sepertinya aku harus mengurus sesuatu."

Wanita itu menggumamkan beberapa kata dengan nada penuh penyesalan, kemudian Elmer berbalik menuju toilet. Ia membasuh mukanya beberapa kali dan menatap cermin hingga sesosok bayangan hitam muncul di belakang.

"Siapa …."

BRAK!

Belum sempat Elmer bertanya, sebuah tangan menekan kepalanya, mengantam ke cermin dengan keras, ia ditahan sosok itu dari belakang.

"Apa-apaan ini?! Siapa kau?"

Elmer hanya bisa menatap sosok yang berpakaian serba hitam itu melalui cermin, wajahnya tidak terlihat dengan jelas.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa menyerangku?!"

Elmer berusaha memberontak, tapi orang yang lebih pendek darinya itu memiliki kekuatn yang sangat kuat, kedua tangannya seakan telah dikunci sebuah gembok raksasa. "Aku akan berteriak, petugas keamanan akan datang dan menangkapmu!"

"Lakukan saja," bisik Liu dengan suara sedingin es, ia mengendus pelan dan merasakan aroma yang sama di tubuh Ellen di tubuh orang ini.

Tidak salah lagi.

"Teriaklah, tidak akan ada yang mendengarmu."

Elmer merasa seluruh tubuhnya dingin, seperti baru saja diguyur oleh air es dari ujung kepala, laki-laki itu langsung menggigil.

"Apa yang kau inginkan?! Aku tidak mengenalmu sama sekali, jangan mengangguku!"

Liu terkekeh di belakang Elmer, rasa dingin itu semakin kuat dan Elmer bisa melihat ilusi kalau ada embun beku yang menempel di cermin depannya.

"Kita memang tidak saling mengenal, tapi kau telah menganggu milikku."

Elmer menggigil, mencoba menoleh dengan susah payah. Ia bertemu banyak wanita hari ini, baik itu di kampus atau di bar, yang mana milik laki-laki kecil pemarah ini?

"Aku minta maaf," kata Elmer ketika merasakan tubuhnya semakin merapat ke cermin dan dadanya semakin sesak. "Aku … aku tidak ingat siapa kekasihmu, tapi aku tidak benar-benar tidak berniat mengganggumu, aku minta maaf.."

Liu diam sesaat, retakan di cermin terasa sangat nyata terasa di depan wajah Elmer, menggores dan darah langsung menetes ke bawah, rasa pedih yang amat kuat mulai terasa.

"Ini peringatan," kata Liu dengan helaan napas panjang. "Jika aku menemukan kau menganggu milikku lagi, aku akan melakukan hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya."

"Ah, ah, iya! Aku janji, aku tidak akan menganggu kekasihmu!" Elmer setengah berteriak, merasa ngeri karena melihat pecahan cermin mencuat, hampir menggores hidungnya.

KRETAK … TAK ….

Cermin yang dihantam Elmer semakin pecah, membentuk retakan seperti sarang laba-laba yang mengerikan, siap untuk berjatuhan kapan saja ke lantai, darah dari pipinya menetes dengan deras ke wastafel seiring dengan tangan Liu yang kuat menekan kepalanya.

"Apa kau yakin?" Liu bergumam, nada bicaranya tidak sabaran.

"Tapi … tapi bagaimana aku bisa tahu yang mana kekasih …."

"Elmer, apa yang kau lakukan?"

Elmer terhuyung, jatuh ke lantai toilet, ia melihat ke sekitar dengan linglung. Di depan pintu, wanita yang mengobrol dengannya tadi mengerutkan kening.

"Kenapa kau mencium cermin?"

Elmer mengusap pipinya yang ia rasa terluka, tapi ia menyadari kalau tidak ada luka sedikit pun di sana, laki-laki itu langsung bangkit dan menatap cermin.

"Tadi .. tadi aku …." Elmer menunjuk cermin dan dirinya sendiri dengan bingung. "Apa kau lihat ada laki-laki kecil pemarah keluar dari sini?"

Wanita itu tertawa, menggelengkan kepala dengan prihatin. "Elmer, kau ternyata lucu juga ya kalau mabuk."