webnovel

Kau adalah Matahari 2

Keesokan harinya, Ellen keluar lebih lambat daripada biasanya dan Liu datang lebih awal, laki-laki itu duduk dengan santai di halte bus, matanya menatap acuh kepada orang-orang yang berlalu lalang.

"Olive," gumam Liu pelan, tangannya memegang botol air mineral dan memutar-mutar botol, tidak lama kemudian membuangnya ke bak sampah.

Raut wajah laki-laki itu tenang, tidak terlihat ada perasaan gembira atau marah, ia benar-benar tenang seperti riak air di danau. Laki-laki itu tidak bergerak hingga ia melihat seorang wanita berambut panjang bergelombang berjalan bersama teman-temannya, mereka terlihat heboh.

Olive tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikan, ia masih sibuk mengobrol dengan teman-temannya, sebelah tangannya memegang gelas plastik berisi es dan yang lainnya memegang tas branded dari luar negeri.

"Kalian lihat wajahnya tadi seperti apa?" Olive tertawa, gelas berisi es yang ia pegang itu terguncang. "Dia sangat lucu, seperti kucing tersiram air!"

"Aku tidak pernah tahu kalau ia bisa menangis!" Yang lain menimpali, suaranya keras dan membuat orang yang berlalu lalang ikut menoleh. "Ya ampun, kau memfotonya tidak? Ayo sebarkan di grup kampus, aku ingin lihat seperti apa reaksinya ketika tahu semua orang melihat sisi jeleknya!"

Olive dan teman-temannya tertawa, mereka terus mengolok-olok seseorang di atas trotoar yang tak jauh dari tempat Liu duduk, laki-laki itu masih tenang sampai sebuah nama disebut dan alisnya langsung bertaut.

"Benar-benar, padahal itu hanya beberapa buku yang tersiram air, tapi Ellen menangis keras. Astaga, aku tidak sabar melihat Elmer jijik padanya."

"Kau benar, Olive … Olive … aku tidak menyangka kau begitu kejam."

Liu langsung berdiri, melirik Olive yang masih menjelekkan Ellen. Ia melepas topi yang menutupi kepalanya dan mengusak rambutnya, jaket yang selama ini tertutup langsung terbuka.

Ellen tidak pernah mengatakan apa-apa padanya dan Liu selalu menahan dirinya untuk tidak bertanya.

Liu melangkah pelan dan tangannya menarik Olive, wanita itu tersentak.

"Ah, apa …." Olive langsung menahan teriakannya ketika matanya bertabrakan dengan mata tajam Liu, ia langsung tersipu. "Apa yang kau lakukan?"

Olive mengubah suaranya menjadi lembut, ia melirik teman-temannya yang terlihat bingung.

"Apa?"

"Kau bicara pada siapa?"

Temannya itu mengerutkan kening, Olive langsung menoleh dan ia tidak melihat sosok Liu yang tadi memegang tangannya, senyum di wajahnya langsung membeku.

"Tadi … tadi …." Olive menelan ludah, ia melihat ke sekitar. "Apa kalian tidak lihat seseorang di belakangku tadi?"

"Apa sih yang kau katakan?"

Teman Olive tidak mengerti, mereka baru saja berbicara seru dan Olive tiba-tiba saja mnejadi aneh. Suasana yang tadinya seru mendadak menjadi canggung hanya karena tingkah Olive.

"Tidak ada siapa-siapa di belakangmu sejak tadi." Temannya yang lain membenarkan, ia menyentuh bahu Olive dan wanita itu sedikit gemetar. "Aneh, kau sakit?"

Olive tidak bisa menjawab pertanyaan teman-temannya, ia menyentuh pergelanangan tangan dan mengusapnya beberapa kali.

"Olive, kamu benar-benar aneh."

Temannya yang merasa Olive mulai tidak nyambung diajak bicara mulai gusar, mereka berhenti menjelekkan Ellen dan mulai memesan taksi online.

"Ayo kita pulang saja, Olive mulai tidak asyik lagi."

Olive menundukkan kepalanya, ia tidak mendengar apa yang dikatakan teman-temannya, pikirannya sudah sepenuhnya teralih, bahkan perasaannya tiba-tiba saja menjadi tidak enak, ia terus mengusap tangan kanannya yang perlahan mulai mengeluarkan warna ungu, seperti lebam.

"Olive, apa sih yang kau lakukan?" Temannya merasa jijik karena Olive yang terus mengusap. "Kalau kau merasa tidak nyaman, lebih baik pergi ke rumah sakit setelah ini. Berhenti mengusap tanganmu."

Teman Olive yang lain mendengkus, mereka menggerutu dengan suara rendah.

"Yah … aku tahu ….." Olive menarik napas, ia mengedarkan pandangannya. "Ini hanya sedikit sakit …."

Di halte bus, Olive melihat laki-laki yang memegang tangannya tadi, ia tidak tinggi, tapi juga tidak pendek, memiliki ketampanan yang tidak biasa, terutama saat matanya yang gelap itu meliriknya.

Untuk sesaat, Olive tidak dapat berpikir jernih, ia linglung.

Bagaimana bisa?

Apakah ia bermimpi atau apa sekarang ini?!

Dia jelas merasakan kalau laki-laki itu tadi berada di belakangnya, kenapa bisa tiba-tiba ada di halte bus yang ada di depannya?

Apa ia berhalusinasi?

Olive mengusap pergelangannya lagi, ia rasa apa yang ia rasakan tadi bukan halusinasi, yang tadi itu benar-benar nyata.

Tangan yang dipegang laki-laki itu terasa dingin, awalnya hanya sentuhan biasa yang amat ringan, seperti tetesan salju yang jatuh ke tangannya, tapi lama kelamaan rasa dingin itu mulai menjalar, terasa naik ke lengan dan bahunya.

Laki-laki berpakaian hitam itu masih terlihat santai, meski matanya dan mata Olive telah bertemu tatap, tapi ia tidak menunjukkan ekspresi yang berarti di wajahnya, seakan-akan ia tidak melakukan sesuatu pada Olive.

Olive menelan ludahnya, ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Liu.

"Hei, Olive! Kau mau kemana? Taksi kita sudah datang!" Temannya berteriak, mobil taksi berwarna kuning menepi di depan mereka.

Olive mengabaikan teriakan teman-temannya, pikirannya seakan tidak sejalan dengan hatinya. Jantungnya berdebar lebih cepat dan langkahnya terseok-seok.

Laki-laki itu tidak menatap Olive, ia menoleh ke arah lain dan sedikit tersenyum. Olive merasakan rasa dingin hampir menjalar ke lehernya dan ia terengah-engah, teriakan kesal teman-temannya seakan tidak masuk ke dalam telinganya.

"Liu! Akhirnya kau datang!" Ellen tidak menyadari kehadiran Olive, ia berlari terburu-buru ke arah Liu, pakaiannya jelas berbeda dengan apa yang ia pakai tadi pagi dan bawaan yang ia bawa lebih sedikit. "Mengaku saja, hari ini kau menjemputku, kan?!"

"Aku hanya kebetulan lewat." Liu melirik Olive yang ingin mendekat, ia dengan cepat mengajak Ellen untuk berjalan menjauh.

Ellen tertawa cerah, menggandeng tangan Liu dan mengajaknya mengobrol, sama sekali tidak menyinggung apa yang terjadi padanya hari ini.

Hal itu tidak luput dari pandangan Olive, matanya membulat dan rasa dingin yang menjalar sampai ke kepalanya. Ketika Ellen tertawa, rasa dingin itu seakan menembus kepalanya, pandangannya mengabur dan ia tiba-tiba terjatuh di atas trotoar.

"Olive!" Teman-temannya yang mengomel tadi menjerit, mereka langsung berlarian mendekati wanita yang sudah kehilangan kesadaran itu. Mereka menjadi panik dan orang-orang mulai berkerumun memberikan bantuan.

Ellen yang berbicara dengan Liu mendengar teriakan, ia ingin menoleh ke belakang tapi tangan Liu langsung memegang tangannya, wanita itu dengan mudah teralihkan perhatian dan menatap kembli Liu.

"Kau bilang ingin makan sesuatu, kan?" tanya Liu dengan sengaja, laki-laki itu seakan tidak mengizinkannya untuk menoleh ke belakang. "Ada restoran prancis yang baru buka hari ini, mau mencoba?"

"Benarkah? Ada angin apa kau mengajakku makan?" Ellen hampir terlonjak saking gembiranya, ia memeluk tangan Liu dengan erat. "Terima kasih, kau hari ini sangat tampan Liu!"