Istvan mengikuti Jennie melintasi lorong, ia menatap lurus ke depan dan tidak peduli sama sekali dengan tatapan model lain yang mengerutkan kening ketika melihatnya.
Itu adalah hal yang wajar, identitasnya sebagai model yang mendapatkan popularitas dalam waktu singkat tidak bisa dihilangkan begitu saja meski berpartisipasi dalam kontes bergengsi seperti ini.
Jennie tersenyum dengan ramah dan berusaha mengabaikan tatapan remeh semua orang pada Istvan, ia berjalan dan sesekali menyapa manager lain yang ia kenal. Sedangkan Istvan tetap mengikutinya seperti boneka yang tidak memiliki ekspresi apa pun di wajahnya.
Sebagian orang tentu akan salah paham dengan wajah Istvan, ada yang menganggap Istvan sebagai model pemalu, pendiam atau model yang sombong.
"Hah, pintunya terkunci?" Jennie memutar kenop dan melirik ke sekeliling. "Apa Luna pergi ke toilet?"
Istvan melirik pintu dan wajahnya menjadi jelek dalam hitungan detik.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com