Aodan membantah mati-matian.
"Aku hanya berhutang budi dan aku tidak bisa membiarkan ia teraniaya begitu saja. Aku melakukannya hanya demi itu."
Istvan diam, tampaknya ia sedang memaksakan dirinya untuk menyetujui perkataan Aodan.
Istvan melambaikan tangannya, jika perkataan Aodan benar maka ia tidak akan bisa melakukan apa-apa selain mengawasi mereka dari kejauhan.
"Oke … lakukanlah sesukamu. Tapi ingat, jangan bertingkah seolah kita saling mengenal di depan Luna."
"Kenapa?" tanya Aodan tanpa menoleh, menghentakkan sepatu ke lantai dan merasa puas dengan apa yang dimiliki Istvan.
"Aku jijik denganmu."
Aodan menoleh, menatap Istvan selama beberapa detik.
"Oh."
Istvan tampaknya tidak bercanda, ia benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya.
Entah sudah yang ke berapa kalinya Aodan mendengarkan hal seperti ini dari mulut Istvan, ia memang tidak ingat dengan apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu dan apa hubungannya sebenarnya dengan Istvan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com