webnovel

Bab 18 Pertemuan Kedua

Beep!

Esther terkejut saat mendengar telepon terputus, dia tidak tahu apa yang salah dengan sepupunya.

'Clara malah pergi berlari setelah selesai ujian?' Lina duduk dengan tatapan kosong setelah menelepon sepupunya.

Dia ingin menuang air dingin ke kepala sepupunya, tetapi tidak berhasil.

"Aku ingin tahu apa dia bisa menjadi seorang dokter!" kata Lina sambil menggertakkan giginya.

Mana mungkin gadis kurus dari keluarga miskin ingin menjadi dokter ahli bedah kardiothoraksik wanita pertama di negara ini? Benar-benar tidak mungkin!

Clara merasa lebih santai setelah ujian selesai. Udara malam di musim panas terasa nyaman sehingga dia memutuskan untuk berlari di sepanjang tepi sungai di dekat rumahnya.

Sepatu kanvas miliknya tidak cocok untuk berolahraga, Clara berniat untuk mencari pekerjaan paruh waktu agar dapat membeli sepasang sepatu lari. Dia tanpa sadar tiba di rumah sakit tempat Lina bekerja.

Setelah dipikir-pikir, jarak rumahnya dan rumah Lina memang tidak terlalu jauh. Jaraknya hanya 30 menit berjalan kaki, tapi selama ini keluarga Lina tidak pernah mengunjungi keluarganya. Dia seharusnya dapat menebak isi pikiran tantenya sejak lama. Clara merasa dia dan ibunya di kehidupan sebelumnya benar-benar bodoh.

Hari ini, sebuah mobil terparkir di depan rumah sakit. Clara berdiri di dekat tiang lampu dan mengamati sekelilingnya. Tiba-tiba dia melihat dokter tampan yang dia temui di ruang IGD beberapa hari yang lalu.

Namun, dokter itu tidak memperhatikan Clara. Dia sibuk mengobrol dengan rekan-rekan kerjanya.

"Dokter Jonathan, apakah kami boleh berkunjung ke Jogja untuk menemui Dokter?"

Sekelompok dokter muda berceloteh di depan Jonathan. Mereka terdiri dari dokter magang dan dokter yang sedang menjalani koas. Mata mereka berbinar, seolah sedang berbicara dengan idol mereka.

Clara sangat akrab dengan pemandangan ini dan dia dapat menebak dokter tampan itu pasti memiliki keterampilan serta latar belakang yang sangat baik.

Ketika dokter kepala departemen bedah saraf melihat pemandangan ini, dia segera memanggi dokter-dokter muda itu, "Sudah, sudah, apa yang akan kalian lakukan di kota Jogja?"

"Dokter Agus, mereka boleh berkunjung ke rumah saya kapan saja. Saya akan mengundang mereka makan malam bersama." kata Jonathan sambil merapikan poni rambutnya yang menghalangi mata.

"Bukankah kota Jogja terkenal dengan gudeg dan bakpia?" Semua orang pasti tidak menolak jika diajak makan bersama,

"Tidak hanya itu. Ada banyak makanan yang lebih menarik. Di dekat rumah sakit ada gado-gado yang sangat enak." Kata Jonathan.

Dokter Agus segera meminta para dokter muda untuk kembali ke rumah sakit karena sudah waktunya Jonathan pergi. Dia mengantar Jonathan ke mobil, lalu berkata, "Terima kasih atas bantuan Anda dan paman Anda."

"Tidak perlu sungkan, Dokter. Kami senang bisa membantu." kata Jonathan.

"Kedatangan Dokter Jonathan ke rumah sakit kami membawa teknologi baru dan menimbulkan dampak positif bagi para staf di sini. Kita harus mendorong para dokter muda untuk terus belajar dan mengasah keterampilan medis mereka. Awalnya, para staf mengira kita tidak mungkin bisa menyelamatkan pasien pada hari itu."

'Aku juga berpikir pasien itu tidak akan selamat.' kata Jonathan dalam hati.

Pasien itu tidak akan selamat jika peri kecil itu tidak mengingatkannya atau jika dia terlambat mengambil keputusan sehingga pasien itu kehilangan lebih banyak darah.

Jonathan tidak tahu apakah dia akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan peri itu di masa depan. Dia naik ke dalam mobil dan pergi ke bandara untuk pulang ke Jogja.

Clara menatap mobil itu semakin menjauh dan berpikir bahwa dokter itu bukanlah dokter di rumah sakit tempat tantenya bekerja.