webnovel

 Bab 17 Ujian Telah Berakhir

Ujian UMPTN di akhir tahun 1990-an dilaksanakan pada bulan Juli yang panas. Hari itu cuaca terasa sangat panas, jadi Esther membuat teh herbal untuk bekal Clara selama ujian.

"Mami tidak perlu mengantarku ke sekolah. Aku bisa pergi sendiri." Clara berbalik dan melihat ibunya bersiap untuk mengantar dirinya ke ruang ujian.

Esther tidak sempat beraksi dan dia hanya bisa melihat punggung putrinya yang semakin menjauh.

Dalam sekejap mata, Clara mengendarai sepeda tuanya ke sekolah.

Clara mendapat ruang ujian di SMA 8. Begitu tiba di gerbang sekolah, dia melihat sebuah mobil sedang parkir tepat di depan gerbang. Gadis itu menaruh sepedanya di tempat parkir yang disediakan sekolah dan melihat Amanda keluar dari mobilnya.

Gerbang sekolah tampak dipenuhi banyak orang yang lalu lalang. Para orang tua murid mengantarkan anak-anak mereka hingga ke depan ruang ujian. Ujian UMPTN ini tidak hanya mengubah nasib seorang siswa, tetapi keluarga mereka juga.

Para orang tua menggantungkan harapan mereka pada hasil ujian UMPTN anak-anak mereka. Clara melihat para orang tua membantu anak-anak mereka memeriksa alat tulis dan kartu ujian. Dia tidak mengizinkan ibunya menemani dirinya ke sekolah karena tidak ingin wanita paruh baya itu kelelahan menunggu di bawah terik matahari.

Banyak orang bergerombol di dekat pintu gerbang dan ibunya pasti tidak memiliki tempat untuk berteduh. Clara tidak ingin ibunya menderita.

Orang tua para kandidat ujian menunggu anak-anak mereka mengikuti ujian dengan sabar.

Laura juga datang untuk menyemangati murid-muridnya. Kali ini dia memiliki waktu luang karena tidak perlu menjadi penjaga ujian. Setelah ibu Amanda mengantar putrinya ke dalam kelas, dia mengobrol dengan Laura.

Clara berjalan melewati kerumunan kandidat di gerbang sekolah dan berjalan menuju ke ruang ujian.

Di koridor ruang ujian, dia melihat Bayu yang berniat memasuki ruang kelas sebelah. Bayu juga datang sendirian seperti Clara. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin memang lebih cepat tumbuh dewasa.

Clara sebenarnya ingin bertanya apakah Bayu telah mengubah universitas pilihannya, tetapi dia mengurungkan niatnya karena tidak ingin mempengaruhi suasana hati temannya sebelum ujian. Apalagi, sekarang sudah terlambat untuk mengubah pilihan.

Ujian pertama adalah Bahasa Indonesia.

Setelah selesai ujian, para murid pulang ke rumah masing-masing untuk makan siang. Esther tidak berani bertanya pada putrinya. Bagas membawa putranya pergi ke rumah orang tuanya untuk makan malam. Di berpura-pura marah pada istri dan putrinya.

Ujian Nasional berlangsung selama tiga hari. Udara hari itu sangat panas, di dalam ruangan tidak ada AC dan mereka hanya memiliki kipas angin besar. Para kandidat yang baru menyelesaikan ujian berkeringat deras dan merasa lelah. Clara melihat seorang siswa pingsan di dekat pintu ruang kelas.

"Cepat antar dia ke rumah sakit." Beberapa orang guru menggendong siswa itu dan segera pergi ke rumah sakit.

Clara pulang ke rumah setelah ujian selesai dan mengetahui Lina tiba-tiba menelepon ibunya.

"Bagaimana ujian Clara? Cuaca hari ini sangat panas, apakah dia menyelesaikan semua pertanyaan?" Lina seolah peduli pada kesehatan Clara.

Esther yang polos berpikir sepupunya benar-benar peduli pada putrinya, "Aku takut dia kepanasan jadi aku membuat minuman dan meminta Rara untuk membawa minuman itu ke kelas. Kelihatannya ujian Rara baik-baik saja. Dia bilang tidak ada kesulitan saat menjawab pertanyaan ujian."

"Apa dia tidak pingsan? Aku merasa tubuh Clara terlalu kurus. Itulah alasan aku merasa dia tidak cocok menjadi seorang dokter. Seorang dokter yang baik harus memiliki tubuh yang sehat."

"Ya, Rara juga mengatakan hal yang sama. Sekarang dia sedang berlari keliling perumahan. Dia bilang ingin berlari setiap hari agar tubuhnya lebih sehat."