Azizah terkekeh melihat keseriusannya. Aini bisa mengerikan juga ternyata, dengan mata melotot dan suara tegasnya. Gadis yang sudah membersamainya selama lima tahun ini amat sangat jarang marah, bahkan kesal pun jarang. Namun kali ini, dia mendapatkannya.
"Az! Kamu dengar ucapanku?" Aini bertanya, membuyarkan lamunannya.
"Iyaa," jawab Azizah pada akhirnya. "Jangan khawatir, aku tidak akan pergi sebelum suamiku yang membawa. Oke?"
Aini menghela napasnya lega, lalu tersenyum lebar. Wajah yang tadinya amat kesal itu sudah berubah, kembali meneduhkan pandangan mata.
"Ayo tidur. Nanti malah kesiangan."
Azizah tersenyum, mulai memperbaiki posisi tidurnya. Dia memejamkan mata, tapi tetap memikirkan tentang dirinya.
"Mudah-mudahan semua yang akan terjadi kedepannya adalah yang terbaik untukku dan untukmu, Ain."
Kamar itu hening, hanya ada suara napas lelap yang terdengar. Aini dan Azizah sama-sama tertidur, karena lelah akan apa yang mereka lalui hari ini.
***
"Ummi ...."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com