webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Ficção Científica
Classificações insuficientes
56 Chs

2. Ospek

"Malam syahdu beradu pilu, saling tatap walau sesekali membisu. Tak apa jika hati harus menunggu, menanti penjemputan yang berakhir ke hulu." -Anatasyia Viona Hammid

.

.

06.30 a.m

Viona segera keluar dari kamar setelah mendapat chat line dari Nada.

"Banggg ayok berangkatttt." Doyoung keluar kamar setelah mendengar teriakan adiknya.

"Nggak sarapan dulu kalian," ucap bunda Sooyoung yang datang dari dapur.

"Nggak ah bun nanti telat, disuruh berdiri sama temen-temennya abang."

"BUNDA AHSAN BERANGKAT DULU YA." Ucap Jisung yang tengah berlari dari kamarnya.

"GAK USAH TERIAK-TERIAK BISA GAK SIH LU BOCIL!!!" ketus Viona.

"Sendirinya nggak ngaca," ucap Doyoung sambil menempeleng kepala adik perempuannya, dan segera berlalu menuju bundanya. Sooyoung hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah anak-anaknya yang kadang pada nggak ingat umur.

"Berangkat dulu bun," lanjutnya mencium tangan bundanya, disusul Viona dan Jisung di belakangnya.

"Iya hati-hati, ahsan nanti kalo udah selesai sekolah langsung pulang, jangan jalan sama chenle terus." Ucap wanita itu.

"Iya bun."

Viona dan Doyoung berangkat ke kampus dengan menggunakan motor.

"Bang kegiatannya nanti apa aja sih?" Tanya Viona sambil menggigit roti yang dibawakan bundanya untuk sarapan.

"Lu bakal disuruh berdiri lama, di teriak-teriaki, terus disuruh lari-lari dari lantai empat ke lantai satu." Ucap Doyoung mendramatisir.

"Dihh kurang kerjaan amat anggota BEM," sungutnya sambil sesekali menundukkan kepala untuk memakan rotinya.

"Terus nanti yang jadi penanggung jawab kelompok gue siapa? Harus yang cakep ya bang, kalau kagak gue males ngerjain tugasnya," cerocos Viona.

"Kelompok Codein kan lo?"

"He'eh."

"Taeyong." Ucap Doyoung.

"Lah bang taeyong mah udah sering ketemu." Taeyong sering kerumah keluarga Hammid untuk mengerjakan tugas kuliah maupun diskusi organisasi.

Viona segera berlari ketika melihat Nada sedang duduk di kursi depan kelas fakultas farmasi bersama empat cowo dan dua cewe, yang salah satu dari cewe itu memiliki pipi yang setara dengan pipi Nada. Setelah itu Nada memperkenalkan teman satu kelompoknya, yaitu Haechan dan Suhyun.

"Gue anatasyia viona, bisa panggil vio atau ana terserah kalian," ucap Viona sambil mengulurkan tangan.

"Lu fakultas farmasi juga?" Tanya laki-laki yang memiliki warna kulit tan.

"Ya iyalah ngapain gue kesini kalo bukan fakultas gue, ga jelas lu huuu." Jawab Viona ketus.

"Kali aja lu mau nyariin abang ganteng ini," bukan Haechan yang jawab, tapi Hyunjin.

"Dih pala lu, ganteng dari mananya woy." Ketus Felix yang ada di sebelahnya.

"Dah lah ayo masuk aja, jangan pada ribut di depan kelas." Ucap Suhyun melerai, sepertinya hanya dia yang kelihatannya agak normal dibanding teman-temannya itu.

Di dalam kelas, mahasiswa sedang berdiskusi tentang tugas yang diberikan penanggung jawab per-kelompok. Benar saja kelompok Codein HCl ditanggung jawabi oleh Ren Taeyong Althaf wakil ketua BEM fakultas farmasi, kalau Doyoung penanggung jawab kelompok Rifampicin.

Peraturan selama ospek mahasiswa dan mahasiswi wajib memanggil kakak tingkat mereka dengan sebutan Raka dan Rakanita.

"Oke adik-adik, sekarang kalian berkeliling sesuai dengan perintah yang ada di kertas itu, kita berikan waktu setengah jam untuk menyelesaikannya, dan kalau sudah selesai segera kembali ke kelas ini lagi." Ucap Doyoung selaku ketua BEM.

"Baik raka doyoung," ucap seluruh maba, selanjutnya mahasiswa dan mahasiswi keluar kelas bergiliran.

Kelompok Codein HCl yang beranggotakan 15 orang itu segera membagi tugasnya, dan satu tugas dikerjakan oleh 5 orang. Viona, Yeri, Hyunjin, Jaemin, dan Felix menjadi satu kelompok untuk menyelesaikan tugas dengan perintah 'mengumpulkan 20 nama mahasiswa atau mahasiswi dari fakultas kedokteran gigi serta tanda tangannya' segera setelah membacanya, mereka bergegas menuju lantai tiga yaitu tempat fakultas kedokteran gigi melakukan ospek.

"Rakanita permisi, kami dari fakultas farmasi mohon izin meminta beberapa mahasiswa untuk dimintai nama dan tanda tangan sebagai tugas dari fakultas." Ucap Yeri meminta izin pada Rakanita yang bernama Yerina.

"Ikuti saya," sahut Yerina.

Mereka memasuki ruangan fakultas kedokteran gigi yang ternyata lebih luas dibanding ruang kelas mereka. Yerina memberi informasi melalui microphone dan selanjutnya mempersilahkan kelima maba itu untuk memilih 20 mahasiswa.

"Uh maaf boleh saya tau nama kamu?" Tanya Viona pada salah satu gadis cantik bertubuh tinggi.

"Boleh, saya nadira savella tzuyu." Jawab gadis itu ramah, lalu Viona meminta tanda tangannya dan mengucapkan terima kasih lalu beranjak mencari mahasiswa lain.

Viona kini berjalan kearah salah satu laki-laki yang sedang duduk sendiri di pojok ruangan, sepertinya dia sedang beristirahat. Tanpa disadari laki-laki yang tengah menegakkan punggungnya di dinding itu dari tadi juga memperhatikannya dari ketika mereka berlima masuk ke ruangan FKG.

"Hai maaf mengganggu, boleh tau namamu?" Tanya Viona sedikit gugup.

"Ah tugas dari raka rakanita prodimu ya?" Tanyanya balik.

"I-iya, boleh tidak," laki-laki itu mengangguk.

"Gue anandra jeno ardiansyah," ucap cowo yang bernama Jeno itu, sambil tersenyum membuat mata bulan sabit di wajahnya.

'mening kasep pisan euy.' batin Viona :')

"A-ah terimakasih jeno," ucap Viona lalu menyerahkan kertasnya untuk meminta tanda tangan.

"Eh ada temanmu yang lain nggak, soalnya masih kurang banyak nih tolong bantu dong hehe." Lanjutnya, setelah itu Jeno memanggil teman-temannya untuk membantu Viona menyelesaikan tugasnya.

"Thanks ya, gue pergi dulu."

Viona dan Yeri mengumpulkan tugasnya dengan cepat, lain dengan ketiga cowo yang kini tengah mencatat id line di kertas lain dari masing-masing mahasiswi yang mereka mintai tanda tangan.

'Dasar para kadal buntung,' batin Viona dan Yeri.

Selesai dengan tugas tanda tangan, mereka berlima kembali ke ruangan kelas fakultas farmasi lagi. Selama ospek berjalan maba tidak diperbolehkan membawa ponsel, untuk sementara ponsel dikumpulkan ke ketua DPM dan akan dikembalikan setelah ospek selesai.

Di kelas fakultas farmasi itu, maba melakukan banyak kegiatan bahkan pada saat kedisiplinan maba harus duduk dengan tegak, diam dengan pandangan lurus ke depan, dan dengan muka datar tidak diperbolehkan tersenyum. Memang kejam, nggak tau balas dendam apa gimana.

Tidak jarang ada beberapa maba yang dimarahi karena atribut tidak lengkap, dan setelah itu dipanggil untuk berdiri di depan. Ya salah satunya Haechan dan Hyunjin yang kini tengah berdiri bersama beberapa mahasiswa lain karena dia melupakan name tag-nya di rumah, oh kasian oh kasian aduh kasian.

"Ahhh sialan, padahal kemarin udah gue siapin dimeja, eh malah lupa nggak kebawa jadi nambah tugas gue." Sungut Hyunjin setelah kembali dari tempat dia berdiri. Teman-temannya hanya tertawa mendengar gerutunya.

"Eh chan gue kemarin liat postingan lu sama cewe, pacar lu?" Tanya Jaemin.

"Iyaaa donggg, gini-gini echan mah banyak yang suka, banyak juga yang echan tolak kecuali neng somi seorang." Jawab Haechan heboh.

"Maba sini juga chan?" Lanjut Jaemin.

"Yoi cuy kan pasangan itu harus sehati dan sejalan ya nggak lix." Sahut Haechan dan Felix yang dia ajak bicara hanya mengiyakan, suka-suka Haechan lah.

"Fakultas apa chan?" Giliran Nada yang kepo, inilah awal di rilisnya geng tubir. Padahal sekarang salah satu anggota BEM sedang membacakan roles game seru-seruan aja sebelum kegiatan hari pertama ditutup karena hari sudah sore.

"Kebidanan dong, uhuy kann."

"Suruh kenalin temennya dong." Sahut Hyunjin dan Jaemin kompak, dasar kutil badak kalo masalah cewe mah gercep langsung 4G flash, padahal pas tugas tadi mereka udah dapat banyak id line.

Tiba-tiba Ren Taeyong datang mendengar kegaduhan dalam kelompok yang dia tanggung jawabi.

"Kalian lagi diskusi apa, tidak boleh ada forum di dalam forum ya dek." Ucap Taeyong, seketika Haechan no-secret pun ditutup, kiclep semua menghadap ke depan yang awalnya mereka saling berhadapan.

Taeyong menahan tawanya setelah melihat Viona yang menatapnya tajam dengan bibir mengerucut.

Kegiatan ospek hari pertama berjalan dengan lancar, ya walaupun Viona dan Nada mengeluh setelahnya karena kakinya kram. Perasaan setelah pulang ospek mereka selalu ngeluh deh, heran.

"Assalamu'alaikum," ucap Viona dan Doyoung sesampainya dirumah.

"Wa'alaikumsalam," sahut seorang laki-laki paruh baya. Viona bergegas menghampiri setelah tau siapa orang yang menjawab salamnya.

"Ayah," sahut Viona girang sambil menyalami tangan ayah dan bundanya, begitu pula Doyoung yang berada dibelakangnya.

"Udah lama yah?" Tanya Doyoung lalu duduk disamping ayahnya.

"Baru juga beberapa jam yang lalu, gimana kak ospeknya." Jawab ayah dan segera beralih pada anak perempuannya yang sedang menyeruput susu, yang sudah dibuatkan oleh bunda Sooyoung beberapa saat yang lalu.

"Tuh abang kalo ngasih tugas suka ngadi-ngadi," adu Viona sambil mendongakkan dagunya ke arah Doyoung.

"Yeee itu mah nggak seberapa dek, coba nanti kalo udah aktif kuliah lebih parah lah," sanggah Doyoung.

"Yahhh besok beneran loh ya," ucap Jisung yang baru datang dari kamarnya.

"Apaan dek?" Tanya Doyoung.

"Ya yah ya," lanjut Jisung, kini sudah duduk disebelah ayah dan abangnya, ngedusel-dusel tangan ayahnya. Sang ayah pun hanya mengangguk.

"Itu bang, adekmu minta dibeliin PS 5 gara-gara kemarin dia dapet rangking pertama," sahut bunda Sooyoung.

"Widihh mau juga dong yah," rengek Doyoung.

"Ihhh iri an abang mah, kalo ana mau backpacker aja yah buat hiking entar hehe," ucap Viona tersenyum sampai memperlihatkan dimple-nya.

"Kok pada ikutan minta sih, kan yang dapet rangking adek," sahut sang ayah sambil tertawa.

"A small gift for being accepted at the institute," ucap Viona.

"Heleh ikut-ikutan aja lu kak," sahut Jisung, tangannya masih setia bertautan dengan lengan ayahnya.

"Yeee biarin, iri bilang bos." Sungut Viona.

"Dah ah sana abang sama kakak mandi dulu, ahsan bantuin bunda nyiapin makanan," ucap bunda Sooyoung melerai.

Sore itu kepala keluarga Hammid pulang dari perantauannya di kota seberang, ayah Hammid sangatlah dekat dengan anak-anaknya karena tipikal seorang pria yang humble, kindly, dan humoris. Apa yang diinginkan anak-anaknya selalu beliau turuti sekalipun anak sulungnya Arsasena Doyoung.

Apalagi dengan anak bongsornya itu sering sekali bermanja-manja dengannya, makanya antara anak dan ayah sangatlah dekat. Walaupun jarang berada di rumah tapi keluarga Hammid itu selalu tentram dan hangat.

Malam harinya ayah dengan kedua anak laki-lakinya sedang heboh menonton sepak bola, bunda Sooyoung sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya beliau seorang apoteker di sebuah rumah sakit dekat dengan perumahan rumah Hammid, kemungkinan Doyoung dan Viona mengikuti jejak dari bundanya itu.

Sedangkan Viona dia sedang mengerjakan tugas yang diberikan teman-teman Doyoung, beberapa kali dia bolak-balik keluar rumah untuk membeli beberapa keperluan untuk ospek selanjutnya, bisa jadi dia akan bergadang.