webnovel

Empat Putri

Mbok Warni, itulah nama seorang janda paruh baya dengan empat orang anak perempuan. Suaminya telah meninggal hampir sepuluh tahun lalu. Sejak lahir Mbok Warni dan keluarga tinggal di kabupaten yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Anak pertamanya, Rahayu, sudah menikah dengan mandor bangunan yang bernama Trisno. Sesuai namanya Trisno memang penuh dengan cerita asmara. Rahayu dan Trisno memiliki dua putra yang beranjak remaja. Anak kedua Mbok Warni namanya Yuli Aryanti. Beruntung, Yuli dipersunting pria asal Jakarta yang merupakan juragan kontrakan. Yuli dan suaminya Roni pun telah memiliki satu putra. Berbeda dengan kedua kakaknya, Arini Prastiwi memilih karyawan pabrik sebagai pendamping hidupnya. Arini dan Yudho menetap di Semarang. Putri terakhir Mbkk Warni adalah Dewi Kurniasari. Hingga usia ke dua puluh tujuh tahunnya Dewi tak kunjung menikah. Hal itu membuatnya digunjing warga.

Sore ini, seperti biasa Mbok Warni ikut menjual gaplek bersama warga lainnya. Walaupun ia janda dengan usia hampir lanjut, ia masih semangat mengais rezeki. Rekan - rekannya menanyakan kabar Dewi. Mungkin Mbok Warni juga sudah jengah ditanya kapan Dewi nikah ?

" Mbok, aku dengar dari Nunik, katanya Dewi suka sama Budi anaknya Minah itu terus ditolak sama Budi. Apa benar ? "

" Dewi tidak pernah cerita. Tapi kemarin anakku kasih kabar ke mbakyunya, Rahayu, kalau bulan depan mau mengenalkan pria yang bakal jadi suaminya, " tukas Mbok Warni yakin.

Mbok Warni merapal dalam hati semoga saja Rahayu tidak membohonginya. Siapa tahu anak sulungnya itu hanya menyenangkan hatinya saja. Jujur saja, ia kesal. Dewi sering menolak lamaran perjaka desa dahulu karena masih ingin bekerja membantu perekonomian keluarga. Sebenarnya Dewi tidak salah juga, hanya ia bosan ditanya warga sekitar.

Setelah gapleknya habis diangkut pada tengkulak, Mbok Warni segera pulang menuju rumahnya yang masih bersatu tembok dengan rumah anak sulungnya. Bukan rahasia umum lagi, rumah tangga Rahayu dan Trisno sering bermasalah. Banyak yang memuji sekaligus menghina kebodohan Rahayu bertahan dengan Trisno. Sebenarnya Rahayu cantik, badannya masih ideal walaupun memasuki kepala empat. Tapi dasar Trisno yang kucing garong, pria itu tak puas dengan satu wanita.

Mbok Warni sudah kenyang pusing sebagai mertua dari Trisno. Beberapa tahun lalu, Trisno dipergoki tetangganya tengah malam keluar rumah seorang janda yang rumahnya tak jauh dari sini. Bahkan salah satu anak si janda menghajar Trisno berkali - kali. Konon, Trisno sering meniduri janda itu. Mbok Warni inginnya tak percaya tapi mendengar kesaksian dari putra si janda rasanya mustahil kalau bohong.

Tak lama, terdengar gosip lagi Trisno menjual motornya karena dimintai ganti rugi telah meniduri anak gadis orang. Sebenarnya banyak gosip yang mengarah kepada kegilaan Trisno tapi selalu disikapi sabar oleh Rahayu dan Mbok Warni.

Mbok Warni segera masuk ke dalam rumah sang anak begitu mendengar suara isak tangis Rahayu. Ia menghela napas kasar. Masalah apa lagi yang menimpa putri sulungnya. Segera ia berjalan mendekat ke arah Rahayu.

" Ada apa lagi, Ndhuk ? " tanya Mbok Warni pelan.

Rahayu segera menoleh begitu mendengar suara ibunya. Ia segera menghambur ke dalam pelukan sang Ibu. Ia menumpahkan segala kesakitannya.

" Uang Ayu habis, Bu. Dipakai buat main judi sama Mas Trisno. Padahal itu uang buat Tegar masuk SMK bulan depan. "