Rini Liu sedang termenung di atas mobil, setelah melihat ada telepon dari Steven Qiao, dia langsung mengangkatnya.
"Direktur Liu, proyek 4 miliar RMB (sekitar 8 triliun rupiah) itu, baru saja aku menyuruh bawahkanku untuk membahasnya lagi, dan semua setuju untuk memberikan proyek ini pada perusahaan Foursea, dan sekarang kamu sudah bisa menyuruh orangmu untuk datang mengurusnya."
Aaa! Rini Liu terdiam, seketika tidak tahu bagaimana cara membalas Steven Qiao, jadi dia hanya tidak berhenti mengucap terima kasih.
Steven Qiao dengan tawa berkata: "CEO Liu, jangan berterima kasih padaku, orang yang harus kamu terima kasih adalah asistenmu. Ohh ya, kapan kalian akan menikah, kalian harus memberitahuku ya."
Rini Liu sangat canggung, Steven Qiao menganggap serius kata-kata dari orang gila itu.
Reza Qiao yang berada di samping hanya tertawa.
Setelah menutup telepon Steven Qiao, Rini Liu hanya memandangi Reza Qiao.
"Rini, kamu jangan seperti itu melihatku, hatiku bisa tergerak."
Rini Liu sama sekali tidak mempedulikan godaan dari Reza Qiao, dia langsung bertanya: "Reza Qiao, sebenarnya apa hubunganmu dengan walikota Qiao?"
"Berasal dari keluarga yang sama."
"Hubungan keluarga seperti apa?"
"Bermarga sama."
"Di dunia ini sangat banyak orang yang bermarga sama, apakah hubungan darah kalian sangat dekat?"
"Mungkin 100 ribu tahun yang lalu adalah keluarga dekat."
"Kenapa walikota Qiao harus begitu menghargaimu?"
"Karena aku adalah pacarmu, sebenarnya walikota Qiao ingin memberikan muka untukmu."
"Kenapa walikota Qiao harus memberikan muka untukku?"
"Karena kamu adalah pacarku, sebenarnya walikota Qiao ingin memberikan muka untukku."
Rini Liu dibuat pusing oleh kata-kata dari Reza Qiao, bagaimana iblis ini dalam sekajab bisa membuat walikota Qiao mengubah keputusannya, apakah mungkin jika Reza Qiao ini berasal dari latar belakang hebat?
Tidak mungkin, jika memang hebat tidak mungkin menjadi sopir di perusahaan.
Tapi kenapa hanya dengan teleponnya bisa membuat walikota menuruti kata-katanya?
Rini Liu dengan bingung memandangi Reza Qiao.
Reza Qiao tertawa: "Rini, hebat kan kemampuan pacarmu ini, bangga tidak?"
Rini Liu tidak memiliki minat mendengar godaan dari Reza Qiao, dia saat ini tidak tahu harus berbuat seperti apa.
Awalnya hari ini dia berniat bagaimanapun harus mengusir iblis ini, tapi saat dijalan muncullah masalah seperti ini, dengan sekejap mata proyek 4 miliar RMB ini menghilang, dan yang membawa kembali proyek ini adalah iblis ini.
Sangat jelas jika iblis telah berjasa besar pada perusahaan, jika berdasarkan cara bekerjanya, orang yang berjasa tidak boleh dikeluarkan, tapi harus diberi hadiah.
Tapi bagaimanapun Rini Liu masih tidak bisa menerima, untuk membiarkan iblis yang telah merebut pertama kali dirinya berada di perusahan, ini sangatlah menakutkan.
Rini Liu tidak tahu harus berbuat apa, hatinya sangat kebingungan.
Setelah melalui pemikiran yang berat, akhirnya Rini Liu bisa dengan baik berpikir.
Di satu sisi, Reza Qiao memanglah iblis mesum; tapi di sisi lainnya, iblis ini adalah orang yang berjasa untuk perusahaan, meskipun dia hanya seorang sopir, tapi jasa yang dia buat telah melebihi eksekutif perusahaan. Dan dia adalah seorang CEO, harus dengan jelas membagi masalah perusahaan dengan masalah pribadi, untuk iblis ini yang ingin menjadi pacarnya, itu seperti mimpi di siang bolong.
Memikirkan hal itu, kendali yang ada di hati Rini Liu akhirnya terlepas, tapi dia kembali menghela napasnya.
Saat sampai di perusahaan, Reza Qiao langsung memarkirkan mobil, setelah itu memberikan kunci mobil tersebut pada Rini Liu.
Rini Liu terkejut: "Kenapa?"
"Bukannya kamu ingin mengusirku, jadi sekarang aku harus pergi,"
Dengan wajah yang memerah Rini Liu berkata: "Kamu jangan pergi."
"Kata-kata CEO merupakah perintah, bagaimana bilang ganti langsung ganti?"
Rini Liu menjadi lebih tidak enak, saat ini iblis ini tidak boleh pergi, jika tidak dia akan dicap sebagai orang yang membunuh pahlawan perusahaan.
"Tidak bisa, kamu tidak boleh pergi." Kata Rini Liu dengan nada serius.
"Aku tidak mau." Jawab Reza Qiao dengan tenang.
"Kamu tidak boleh pergi sama sekali."
"Aku tidak mau."
Melihat Reza Qiao yang begitu keras, Rini Liu mulai panik, brengsek, jika iblis ini pergi sekarang, maka dia akan dicap pembunuh pahlawan, pasti akan mempengaruhi perusahaan karena akan menyebabkan tercorengnya nama besar CEO.
Jadi harus bagaimana? Rini Liu sangatlah panik.
Reza Qiao melihat Rini Liu mengedipkan matanya: "Sebenarnya bisa jika ingin aku tetap di sini, asalkan....."
"Asalkan apa?" Melihat Reza Qiao membuka mulutnya, Rini Liu merasa ada harapan dan langsung bertanya.
"Asalkan membiarkan aku melihat ketulusanmu."
"Bagaimana caranya melihat ketulusanku?"
"Menurutmu?" Kata Reza Qiao sambil menjilati bibirnya.
Rini Liu akhirnya mengerti, iblis ini ingin aku menciumnya, dengan begitu dia bisa memperlihatkan ketulusanku.
Kepala Rini Liu seakan mau pecah, Iblis ini sangatlah rakus, pasti tidak hanya sebatas ciuman, tapi saat ini tidak tidak ada jalan, jika tidak memperlihatkan ketulusannya pada iblis ini, dia akan pergi, jika dia pergi, nama baik CEO bagaimana?
Hati Rini Liu sangat panik, brengsek, cium sekali juga berciuman, jika lebih dari sekali ya sudahlah, lebih baik menahannya terlebih dahulu, dan menjaga nama baik CEO.
Untung saja di dalam mobil, jadi tidak akan ada yang melihatnya.
Menarik napas dalam-dalam, Rini Liu memajukan wajahnya ke depan...
"Aiii, aii, Boss, apa yang ingin kamu lakukan?"
Brengsek, memangnya kamu tidak tahu aku mau berbuat apa? Rini Liu mulai marah, sambil menutup matanya, bibir kecil Rini pun menuju ke arah Reza Qiao.....
Baru saja bersentuhan, lidah lembut Rini Liu sudah dihisap masuk.
Plap plap, terdengar suara yang mendebarkan dari dalam mobil....
Sekali berciuman Rini Liu sudah kehilangan dirinya, lidah lembutnya itu dihisap selama 2 menit.
Setelah itu barulah dengan puas Reza Qiao melepaskan Rini Liu sambil mengelap mulutnya: "Iya, hebat, CEO memanglah sangat tulus."
Rini Liu mengambil tisu dan mengelap mulutnya, dan melototi Reza Qiao: "Tidak pergi kan?"
"Aii, kamu adalah pacarku, bagaimana aku rela meninggalkan orang kaya cantik seperti kamu, sebenarnya bahkan jika kamu mengambil tongkat mengusirku, aku tetap tidak akan pergi."
"Kamu--" Rini Liu merasa dia telah tertipu.
"Sebenarnya tadi aku berkata ingin melihat ketulusanmu, tidak harus cium dibibir, jika saja kamu dengan tegas berkata agar aku tidak pergi, aku sudah percaya dengan ketulusanmu, tapi siapa sangka kamu dengan kasar telah menodaiku."
Rini Liu tiba-tiba menggila, brengsek, dia kembali tertipu.