webnovel

Seutas Ucapan Kemenangan

"Woi minggir minggir! Kasih jalan dong Pak Bos mau lewat nih!!"

"Kasih jalan! Kasih jalan! Kalo mau kasih makan juga boleh hahaha!!"

"Hush mulut lo! Baru juga tadi makan, perut apaan lo nyet!"

"Perut gentong emang si Cakra hahaha!!"

"Tu mulut perlu dijait keknya nih!" Cakra menggulung lengan seragamnya sampai sesikut. Bermaksud menakut-nakuti Asep si bocil iblis yang suka mengejeknya. Dengan cekatan, Asep bersembunyi dibalik Satya yang bertubuh lebih tinggi darinya.

"Ampun! Jangan jait mulu gue kali, ntar gue gak bisa gombalin adek adek manis lagi!" Protes Asep tak terima. "Sat, liat noh Cakra jahat bener sama gue."

Satya menepis tangan Asep yang sedari tadi bergelatungan di bahunya. "Gue Satya elah! Sekali lagi lo bilang Sat Sat gue jahit juga tuh mulut!"

Merasa ngeri mendapat ancaman yang sama, Asep terkekeh pelan. Kedua tangannya terangkat menandakan ia mengalah dan meminta berdamaian. Tapi tetap saja ia menerima bogeman kecil dari mereka berdua. "Ih maap!!!"

Saka menggeleng pelan melihat tingkah teman-temannya itu. Setiap hari selalu ada yang diributkan walaupun cuman hal sepele. Apalagi tingkah mereka selalu menarik perhatian siswa siswa yang kini menatap mereka sembari tertawa kecil. "Ayok gas lah buruan! Ketawa mulu heran dah," titahnya.

"Siap Bos!!"

Tanpa berminat melanjutkan keributan, keempat lelaki itu pun berjalan memasuki gerbang SMA Aksara Bangsa yang langsung disambut dengan tatapan kagum setiap orang yang melihat mereka. Tidak heran jika setiap hari mereka selalu menjadi sorotan utama seantero sekolah. Siapa sih yang gak kenal sama most wanted sekolah ini?

Arshaka Samudra Mahendra, lelaki tampan bertubuh tinggi dan berwajah rupawan ini sih yang paling banyak diincar para perempuan. Ganteng? Iya. Tajir? Iya. Pinter? Engga terlalu sih. Tapi jabatan sebagai kapten tim basket yang penuh karisma tentunya sukses membuatnya terkenal di seantero SMA yang ada disana.

Selanjutnya, yang sedang berjalan di samping Saka yaitu Satya Putra Megantara. Lelaki tampan dengan hidung mancung ini mempunyai pesona yang tak kalah dari Saka. Ditambah lagi dengan sisinya yang baik hati dan murah senyum membuat setiap orang yang melihatnya bisa saja jatuh hati dalam waktu yang singkat. Namun inilah Satya, dia hanya menebar pesona tanpa mau bertanggung jawab. Baginya hanya Jihan, satu satunya pacar kesayangan yang ia sayangi .

Lalu ada juga Geovandra Cakra Damares dan Septihan Bima Syahputra. Dua sejoli yang tidak pernah akur kalau kata Saka. Setiap hari selalu saja ada keributan yang diciptakan. Dimana ada Cakra pasti ada Asep. Selain hobi berantem, mereka berdua punya hobi yang sama yaitu gombalin adik kelas yang lewat di depan mata mereka. Entah sudah berapa anak cewek yang kemakan jebakan gombalan maut dua orang ini.

Begitulah sisi kepribadian dari mereka yang membuat mereka dikenal seantero sekolah. Mereka mungkin meresahkan, tapi selagi ganteng dan rupawan serta tidak merugikan orang sekitar it's okay. 

"Woi! Berhenti lo berempat!"

Terdengar seruan yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Mereka serempak menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan label OSIS di lengan kirinya tampak datang mendekat. Terlihat juga beberapa ada anak-anak OSIS dibelakangnya. Sudah dipastikan akan ada pengecekan atribut seragam oleh mereka. Kegiatan seperti ini memang sudah rutin dilakukan setiap senin pagi. Dan mereka berempat selalu menjadi sasaran empuk anggota kedisiplinan karena selalu tidak mematuhi aturan.

"Wah ada musuh!" Cakra dengan wajah songongnya langsung menarik lengan bajunya, menampakkan ototnya yang gak seberapa itu dan berlagak layaknya bruce lee.

"Sialan kena mulu ya kita tiap senin pagi," umpat Asep yang sibuk merogoh tasnya untuk mengambil topi yang bahkan ia tau tidak mungkin ada di dalam sana. Suatu keajaiban kalau tiba-tiba topi langka milik seorang Septihan tersimpan di tasnya.

"Santai elah bro." Satya membuka jaket yang ia kenakan sedari tadi. Begitu dibuka, terlihatlah seragam rapi yang lengkap dan bersih, baju yang disetrika, dasi yang terpakai rapi, dan sabuk yang melingkar di pinggang nya sukses membuat Cakra dan Asep melongo—tidak percaya. Seorang Satya tiba-tiba menjadi serapi itu?

Bugh!

Pukulan ringan dilayangankan dengan mulusnya ke perut lelaki berhidung mancung itu. Bukan dari mereka berdua, melainkan dari Saka dengan matanya memicing tajam kearah Satya.

"Setan lo Sat!" desis Saka.

"Gue Satya kampret!" kesal Satya yang kesal karena namanya yang selalu diucap 'Sat' padahal nama dia Satya. Sebenarnya dia ingin melayangkan balik pukulan tadi ke Saka. Tapi dia urungkan karena matanya kini bertemu dengan sang doi yang berada di barisan para OSIS.

Satya pun menahan senyum, "Hai, manis," sapanya untuk Jihan, sang pacar.

Jihan melambaikan tangannya gemas sambil melompat kecil karena Satya yang ketutupan sama badan Reyhan—si ketua Osis terhormat di SMA Aksara Bangsa. Satya dan Jihan ini terkenal banget karena kebucinannya, bahkan gak jarang tiap siswa yang melihat kedekatan mereka malah jadi iri. Satyanya manis, Jihannya gemoy, sudah serasi banget jadi couple yang diidamkan banyak orang.

"Heh!" Kenzie menyikut lengan Jihan. Jelas ini bukan saatnya untuk sapa menyapa dengan pacar, sekarang mereka sedang tugas patroli atribut sebagai petugas keamanan sebelum upacara dimulai.

Rey menatap penampilan ketiga anak berandal yang tidak mematuhi aturan, kecuali Satya sih soalnya dia memakai seragam sesuai aturan. Dia bahkan sudah hafal betul dengan pemandangan manusia manusia dihadapannya kini. Baju yang tidak dimasukkan dengan rapi, dasi tidak dipakai, ditambah lagi gaya mereka yang urak-urakan. Cakra menindik telinga kirinya, Asep mengecat sebagian rambutnya. Dan si Pak Bos alias Saka ini mengucir rambutnya yang panjang itu, bahkan ia juga ikutan menindik telinga kanannya.

"Kalian niat sekolah gak sih?" tanya Rey tegas.

"Sebenernya sih enggak terlalu, cuman emak gue dah bayarin spp jadinya ya terpaksa deh diniat-niatin," sahut Cakra yang gak tau kenapa malah bangga dengan bualannya itu.

"Kalo terpaksa, mending gak usah sekolah." Ranting pohon yang tidak sengaja ia ambil tadi, refleks ia tepuk ke kepala Cakra karena terlalu greget. Cakra itu sosok manusia yang selalu saja ada alasan kalau ditanya, dan alasannya pasti ngawur.

"KDRT!!" Heboh Cakra sambil mengusak kepalanya heboh. Padahal timpukannya gak seberapa sakit, tapi hebohnya luar biasa. Melihat tingkahnya barusan membuat yang lain tertawa.

"Gak usah lebay, lemah amat lo jadi cowok," sindir Rey dengan sinis.

Atensi Rey kini berpindah ke Saka yang tampak acuh dengan tangan yang ia masukkan ke saku. Jujur ia tidak peduli dengan tingkah Saka dkk, hanya saja tugasnya sebagai ketua OSIS menuntutnya agar dapat mendisiplinkan anak anak yang melanggar aturan.

"Lo sama antek-antek lo, langsung ke lapangan baris paling depan," ujarnya .

"Buat apaan?"

"Dihukum lah goblok!" Satya menyenggol heboh bahu Saka. Kalau urusan ngomong kasar ke Saka memang cuman Satya yang berani. Jadi, jangan heran. Cakra sama Asep sampai angkat tangan kalo dua cowok itu sudah sampai baku hantam pakai tangan kosong. Mending menjauh daripada kena imbasnya.

"Siapa bilang kalian mau dihukum?" Rey menghela napas.

Tangannya terulur kearah Saka. Sedikit senyum tipis terukir dibibirnya. "Selamat buat kemenangan lo semua di pertandingan basket kemaren."

"Widih! Ternyata mau sukuran men!!" Asep mengusap rambutnya ke belakang. Berlagak sok keren lalu menepis uluran tangan Rey. "Ssstt, gak perlu basa basi."

"Langsung cus aja nih bos?" Satya membuka jalan dihadapan Saka dengan menyingkirkan para anggota OSIS yang berdiri dihadapan mereka.

"Gaslah sat!! Mau nyium Bu Kepsek nih!!" Cakra tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya sadar ada yang salah dengan ucapannya barusan.

"Gila lo Cak! " Asep merinding membayangkan temannya itu mau mencium Bu Markonah yang notabene nya udah punya suami.

"Cium tangan maksudnya hehe." Tanpa membuat rasa malunya bertambah, Cakra langsung ngacir lari duluan.

Satya yang malu karena punya temen modelan Cakra akhirnya ikutan ngacir. Jangan lupain Asep yang udah ngilang ntah kemana. Gerakan larinya bakal lincah banget kalo sudah menyangkut urusan harga diri. Sedangkan Saka hanya menghela napas berjalan santai.

"Yaudah pada masuk aja duluan, bentar lagi jam upacara." Rey membubarkan semua anggota OSIS-nya karena upacara senin pagi akan segera dimulai.

Namun Rey masih belum masuk. Ia menatap satu persatu siswa yang langsung terburu buru saat melihat kehadiran ketua OSIS-nya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.15 dan tandanya gerbang sekolah mau tidak mau harus segera ditutup.

"Pak Djarot! Gerbangnya langsung tutup aja ya!" teriaknya sambil memberi kode gerakan tangan ke arah satpam penjaga sekolah.

"Siap, nak Rey!" sahutnya cepat.

Rey memberikan hormat sekilas lalu tertawa. Kakinya baru saja hendak masuk melawati gerbang tersebut sebelum mendadak atensi matanya tertuju pada semak-semak di sampingnya yang bergerak perlahan.

Langkahnya terhenti untuk memastikan ada sesuatu yang aneh disana. Firasatnya sudah jelas mengatakan itu bukan ulah ular atau kucing pak Djarot—si penjaga sekolah—apalagi hantu karena ini masih pagi.

Rey tertawa saat mendapati ada sosok manusia disana. Berjongkok dengan memegang beberapa ranting ditangannya. Mata gadis itu terlihat terkejut akan kehadiran Rey.

"Heh! Kok lo disitu?! Ayo sembunyi sini! Ntar ketauan anak OSIS!" bisiknya heboh.

Namun, Rey hanya diam sambil menahan senyumnya. Kalo gadis itu tau dirinya ketua OSIS pasti langsung mati kutu. 

"Kerjain dulu deh," batinnya licik.

Sadar bahwa yang diajaknya sembunyi tidak bergerak atau bersuara, gadis itu pun langsung berdiri dari posisi jongkoknya dan  tanpa aba-aba dia menarik tangan Rey untuk memasuki area sekolah dengan berlari.

"Kalo lo gak mau ketauan OSIS, ikut lari dong! Gila apa mau nyerahin diri ke anggota jahanam itu?! Ck!" Gadis itu lalu merutuk panjang lebar tanpa Rey sela sedikitpun.

 

 ***