webnovel

1

Flashback sesion ::

Diana terlihat gelisah sembari menunggu seseorang mengangkat panggilannya.

"halo kak.. " sapa Diana lega "lo kemana aja sih? Gue telfonin dari tadi ga di angkat" ucap Diana kesal. Diana sedang menelfon kakak sepupunya Naura yang memang senior kampus

"selaw sist..." sahut yang di telfon sembari tertawa "gue lagi sibuk jaga stand ini, kenapa nelfon?" tanyanya

"gue mau balik kak, tapi gue gatau pintu keluarnya dimana. Ini gue kayanya malah ke belakang kampus. Gimana dong? Pusing gue!" jawab Diana panik

"tenang.. Tenang.. Lo ga bakalan ilang di kampus sendiri. Pesen grab aja sih, repot banget"

"kalo gue bisa pesen grab gue gak akan nelfon lo kak!” sahut Diana gemas “Batre gue low, gak bisa ngaktifin data. Ini aja udah mau mati. Lo jemput gue, gue di bawah pohon besar deket tugu fakultas teknik" ucap Diana terburu-buru lantaran takut batrai ponsel nya keburu habis total

"oke, lo tunggu sebentar.. Nanti gue kesana, tapi gue harus..... " dan benar saja, belum selesai Naura berbicara baterai ponsel Diana keburu habisa total dan panggilan terputus begitu saja

"duh mati lagi.. Gimana dong?" Diana makin panik

Diana langsung terduduk lemas di bawah pohon. Rasanya Diana mau nangis aja sekarang.

Kalo gue ilang gimana, batin Diana

Lantaran panik sendiri, Diana gak sadar kalau sedari tadi sebenarnya ada seorang pria yang sedang memperhatikannya. Dari awal Diana muter-muter di dekat tugu fakultas teknik, terus Diana nelfon, Diana marah-marah, sampai Diana duduk di pinggir jalananan kampus kaya anak ilang! Pria ini memperhatikan semuanya.

"ngeliatin apa sih lo?" tegur temannya yang baru saja datang

"dari mana aja sih lo? Lama amat! Kalo nyuruh orang jaga stand jangan lama-lama dong. Kelamaan disini nanti gue dikira gabung di UKM ini juga" ucap sang pria kesal

"lah? Sewot! Lagi datang bulan lo?" tanya temannya heran

"udah, gue mau balik" ucap sang pria pergi begitu saja

Sementara temannya hanya geleng-geleng kepala.

"heran gue kenapa banyak yang suka sama anak satu itu" komentar nya sembari menatap kepergian si pria

Sang pria berjalan menuju parkiran mengambil motor besarnya. Setelah mengeluarkan motor, ia langsung melajukan motornya. Tapi perjalanannya berhenti di depan gadis yang sedari tadi ia perhatikan.

"mau balik lo?" tanyanya dingin sembari membuka helm full face nya, aslinya ia merutuki nada bicaranya yang terdengar amat jutek.

Diana mendongak melihat motor besar berhenti di hadapannya. Dia melihat seorang pria mengenakan helm full face persis seperti penjahat, tapi siapa kira setelah helm itu dibuka seorang pria teroris berubah menjadi pria tampan.

Iya, tampan!

Hanya saja nada bicara pria tersebut terdengar sangat dingin, bahkan terdengar galak. Hal ini membuat Diana takut.

"iya kak" jawab Diana pelan. Diana sih yakin kalau pria ini pasti senior kampus.

"ayo gue anter" ajaknya "..Gausah takut, gue mahasiswa sini juga. Nama gue Brian" sambungnya.

"gausah kak, nanti saya di jemput" tolak Diana buru-buru. Gak bisa bohong kalau Diana takut sama senior satu ini. Yagimana gak takut! Tiba-tiba nawarin pulang bareng tapi suaranya kaya maksa.

"gusah sok nolak, hp lo low kan? Udah buruan naik" potong Brian songong

Paham gak sih, Diana kesel banget sama ini Senior. Beneran deh ngomongnya kaya mau ngajak ribut. Tapi entah setan apa yang merasuki Diana, Diana malah mengangguk! Sepertinya Brian punya pesona tersendiri yang membuat orang untuk susah menolak.

Akhirnya dengan ragu Diana naik ke atas motor Brian. Mengingat ini pertama kali Diana menaiki motor besar, membuat Diana bingung sendiri.

DIANA BINGUNG HARUS PEGANGAN KEMANA INI HEYYY???

"pegangan pinggang gue" ucap Brian seakan tau pikiran Diana

"gausah kak.. " Diana terkejut tapi buru-buru menolak

"kalo lo mental gue gak tanggung jawab ya" ancam Brian, memang seorang Brian Pranata ga pernah gagal bikin orang bimbang karena ucapannya.

Mendengar ucapan Brian, Diana langsung buru-buru memegang pinggang Brian.

"saya pegangan ya kak" Diana meletakkan tangannya di baju Brian

Brian tertawa di balik helm full face nya. Dia tertawa melihat tingkah Diana yang plinplan tapi menggemaskan. Brian melajukan motornya dengan kecepatan sedang, khawatir aja anak orang mental beneran.

"lo maba ya?" tanya Brian masih dengan motor yang melaju sedang

"APA KAK?" teriak Diana lantaran tidak mendengar ucapan Brian. Angin lebih kencang dibanding suara Brian. Walau sebenarnya motor Brian gak ngebut-ngebut amat.

"LO MABA YA?" Brian ikut berteriak

"oh, iya kak" jawab Diana setelah mendengar dengan jelas pertanyaan Brian

"FAKULTAS APA?" tanya Brian lagi dan tidak lupa berteriak

"FAKULTAS SENI, JURUSAN MUSIK" jawab Diana

"gue ga tanya jurusan" ucap Brian sembari tertawa

"APA KAK? KURUSAN?" Diana balik bertanya "KAK, SUARANYA BESARIN! SAYA GAK DENGER" sambung Diana

"lupain aja, ini rumah lo dimana?" tanya Brian

"oh, jalur dua, trus kanan, trus lurus, naik fly over, trus masuk perumahan nusantara kak" jelas Diana teriak

"oke, pegangan yang kuat. GUE MAU NGEBUT" jawab Brian

"APA KAK? KECUT?" Diana balik bertanya

Sepertinya pendengaran Diana memang perlu di periksa :))

Brian hanya tertawa dan memacu motornya menjadi dua kali lipat lebih cepat.

-----

Brian tertawa jika mengingat kejadian awal masuk tersebut. Bisa dibilang karena kejadian awal masuk itulah Brian jadi sering memperhatikan Diana. Tapi yang membuat Brian kesal, Diana sama sekali tidak mengenalinya, mengingatnya pun tidak.

Padahal Brian sudah senang saat tau mereka satu Jurusan

Jadinya sekarang serba salah. Mau nyapa gengsi, ga nyapa tapi pengen kenal deket.

Saat Brian sedang asik melamun, seseorang membuyarkan lamunannya.

"permisi, boleh pinjem tip-ex?" tanya seorang perempuan.

Brian terkejut melihat Diana duduk di sebelahnya. Sejak kapan? Mengapa iya sedari tadi tidak sadar?

Saat ini Brian memang sedang mengikuti kuliah umum. Sebenarnya ini dilakukan di tingkat 2, hanya saja waktu itu Brian tidak masuk dan dia butuh sertifikatnya. Alhasil saat ini Brian terpaksa mengikuti kuliah umum bersama adik tingkat. Dari tadi para adik tingkat yang imut-imut sibuk banget nyamperin Brian, sekedar menyapa atau memberi minuman kaleng. Untungnya kuliah umum segera dimulai, jadi Brian bisa duduk dengan tenang. Tapi sejak kapan Diana duduk di sebelah Brian? Kok Brian gak tau?!!

Brian mendadak gugup, dan kebiasaan buruk Brian jika sedang gugup adalah…

"gak punya" jawab Brian dingin, ini kebiasaan buruk Brian. Dalam hati, Brian merutuki kebodohannya. Padahal Brian tidak pernah ada niat untuk menjadi dingin seperti ini.

"kamu..." Diana terlihat berfikir sembari memperhatikan Brian

"jangan bilang dia inget gue? Dari dulu kek! Lama amat ingatannya muncul" pikir Brian dalam hati sembari tersenyum bangga

"lo tingkat 2 juga?" tanya Diana penasaran

Mendengar pertanyaan Diana membuat Brian kesal. Ternyata Diana belum mengingatnya!

"gue tingkat 3" jawab Brian jutek, kali ini memang beneran jutek. Soalnya kesel sama Diana.

"oh kakak tingkat, maaf kak. Saya gak tau, saya pikir tingkat 2. Maaf ya kak" ucap Diana panik

Melihat ekspresi panik Diana membuat Brian jadi ingin mengerjainya.

"kalo gue gak mau maafin?" tanya Brian jahil tapi dengan ekspresi serius

Diana terdiam mendengar pertanyaan Brian, konon katanya cari masalah dengan senior kampus sama saja dengan cari mati. Diana bingung banget asli. Antara panik tapi gak tau juga harus merespon gimana.

“sekali lagi maaf ya kak” akhirnya hanya itu yang bisa Diana ucapkan

“maaf-maaf mulu, kaya lagi lebaran aja” Brian akhirnya tertawa kecil

“terus saya harus apa dong kak?” tanya Diana polos

"lo punya id line?" tanya Brian

"punya kak, kenapa?"

"apa namanya?"

"Diiansfelc" jawab Diana

"ha? Gimana tulisannya? Ribet banget" Brian menyerngitkan keningnya mendengar id line Diana

“D-i-i-a-n-s-f-e-l-c” Diana membantu Brian mengeja id nya

Brian membuka line dan mencari user name Diana

"ting.. " bunyi notifikasi masuk ke ponsel Diana

"itu line gue, kalo gue line bales. Kalo lo bales baru gue maafin" ucap Brian sambil pergi meninggalkan Diana.

Diana hanya melongo melihat tingkah laku Brian.

"kak kuliahnya kan belum selesai” panggil Diana

“buat lo belum selesai, buat gue udah” sahut Brian cuek lalu pergi begitu saja

“kenapasih tingkah senior aneh-aneh” gumam Diana