webnovel

Ardy & Erza

[!]Warn : Gaya penulisan Non-Baku Kisah klise tentang seorang anak remaja bernama Ardy yang diam-diam suka Erza sang sahabat dari SD, berparas lembut dan manis dengan sifat yang rapuh membuat Ardy ingin melindungi dan mencintainya. Sulit bagi Ardy untuk mewujudkannya terlebih karena hubungan sesama jenis itu dilarang, perasaannya bersembunyi dibalik kebadungan masa remajanya. Selain Ardy dan Erza, ada pula selingan kisah dari teman-teman mereka dengan berbagai masalah dan konflik masa remaja, bagaimana mereka bisa menghadapinya? dan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kisah Ardy & Erza ini? bisakah Ardy mengungkapkan perasaannya pada Erza atau akan tetap ia kubur selamanya dan terlupakan? Tapi... mampukah Ardy melupakan perasaannya itu? [!]Bab baru setiap hari kamis.

wholoveya · LGBT+
Classificações insuficientes
208 Chs

Cowok yang ditaksir Hendri

Erza senang karena Ardy nggak apa-apa, kelihatannya Ardy nggak dapat hal-hal yang mendalam karena dia ceria seperti biasa. Ardy, Erza, Rendy dan Hendra makan siang bareng di kantin, ceritanya sih Erza mau traktir Ardy sebagai permintaan maafnya karena ngaduin dia ke orang tuanya kemarin, tadinya cuma mau traktir Ardy sama Rendy doang tapi tamu tak diundang datang dan langsung gerak cepat denger kata 'traktir'.

Hendra, dia ini adiknya Hendri, bukan adik dan kakak kembar tapi nama mereka kembar karena ibu mereka ngebet pengen punya anak kembar. Wajah Hendri dan Hendra ini nggak bisa dikatakan kembar, Hendri punya paras yang tegas layaknya ayahnya dan bukan hanya diparas tapi juga sifat dan sikapnya mirip-mirip sedangkan Hendra ini campuran ibu dan ayahnya dengan sifat dan sikap yang dominan ke ibunya, kalau Hendri lebih kelihatan kalem dan dewasa, Hendra kebalikannya dengan mulutnya yang terkadang pedes dan nggak tahu situasi persis banget sama ibu mereka.

Seharusnya Hendra masih kelas sepuluh tapi lagi-lagi karena saking pengen punya anak kembar, tante Citra; ibu mereka masukin mereka ke sekolah secara bersamaan, Hendri diumur ideal masuk SD sedangkan Hendra diumur yang kurang ideal karena masih kecil, sekitar umur lima tahun. Bahkan sewaktu beda kelas pernah ibu mereka sampai protes kepihak sekolah minta disatuin kelas dan bangkunya, iya ibu mereka terlalu terobsesi sama anak kembar.

Ketika Ardy udah balik sekolah seperti biasa hari ini, Hendri masih belum kelihatan batang hidungnya, Rendy dan Ardy penasaran dong kenapa Hendri bisa kayak gitu. Hendra dateng bawa mie rebus pesanannya sama minuman teh kemasan, duduk di samping Erza tanpa peduli dengan Ardy dan Rendy yang pasang wajah pengen tahu pake banget alias kepo.

"Abang lo kok kagak masuk juga kayak Ardy, Dra?" tanya Rendy penasaran.

"Dia minta pindah sekolah dan gue nggak tahu alesannya," jawab Hendra langsung tanpa natap wajah si empunya pertanyaan dan seenteng itu, dia pengen nyeruput kuah merah mienya makanya dia jawab langsung. Sebenarnya Hendra bisa beli apapun yang dia mau tanpa berburu traktiran, tapi dengan berburu traktiran bisa bikin dia akrab dan punya teman baru.

Ardy paham kenapa Hendri bisa sampai begitu tapi Rendy yang udah tahu masalah Hendri nggak, Rendy ini orangnya nggak cukup peka dan lelet. "Lah anjir kenapa?!" tanya Rendy, dia syok seketika.

"Kok bisa kak Hendri minta pindah sekolah? Masa iya Cuma gara-gara dikeluarin dari OSIS bisa sampai segitunya?" Erza jadi kebawa kepo, sebenernya dia sering diem kalau Ardy lagi kumpul bareng temen-temennya soalnya takut garing kalau dia ikut ngobrol tanpa diajakin.

Hendra angkat bahunya nggak tahu kemudian lanjut makan mie pedesnya. Ardy langsung kepikiran soal Hendri, Hendri itu temen yang paling care sama dia sampai hutangnya aja nggak pernah dicatat sampai lupa Ardy udah hutang berapa duit dan akhirnya malah jadi lunas, Ardy mana inget sama hutang kalau nggak ditagih. Dilihat dari gerak-gerik Hendra, kayaknya dia nggak tahu apapun soal kakaknya itu, mungkin Hendri masih belum bisa mengungkapkan tentang dirinya pada keluarga dan malah lebih percaya sama temen deketnya aja; Ardy sama Rendy.

Ardy ini kalau ada masalah belum kelihatan titik terangnya suka mendadak jadi detektif apalagi masalah temennya, dia pasti bakal nggak tenang. "Ke kelas IPA kuy? Temuin bang Deni sama si Rizky?" Ajak Ardy.

Butuh beberapa detik sebelum Rendy paham apa yang terjadi. "Ah! Ho'oh bener Dy! Anjing baru ngeh gue—"

"Heh goblok jangan ngomong kasar!" Bisik Ardy ngingetin Rendy soal nilai sikap mereka yang udah nggak bisa ketolong lagi dirapot nanti. "Emangnya kapan sih lo loading-nya cepet kayak WIFI yang baru dibayar?" lanjut Ardy mencibir kemudian.

"Ardy kamu juga jangan ngomong kasar..." Erza ikut ngingetin sembari berbisik soalnya Ardy tadi juga kebablasan ngomong kasar, dia takut Ardy kena masalah lagi.

"Oh iya gue lupa Za, maaf." Ardy cengengesan setalah itu.

"Gue sama Erza nggak ikut ya," sahut Hendra kemudian.

Erza nggak setuju sama Hendra, emangnya kapan dia bilang nggak mau ikut? Perasaan apapun itu dia selalu ikut asal bareng Ardy. "E-eh? aku mau ikut Ardy," ralat Erza.

"Elah Erza, bisa kagak sih lo pisah sehari aja sama Ardy? Temen lo kan bukan cuma Ardy," Cibir Hendra.

Hendra memang benar, temen Erza bukan cuma Ardy tapi temennya itu rata-rata adalah temen-temen Ardy juga soalnya yang ngenalin mereka sampai jadi temenan sama dia kan Ardy, dalam kata lain temen Erza yang bener-bener dia sendiri yang dapat itu ya Ardy.

Erza gelengin kepala. "Ta-tapi aku selalu sama Ardy, aku juga baru ketemu lagi sama Ardy setelah seminggu," jelas Erza keukeuh nggak mau ditinggal Ardy. Dia kangen banget sama Ardy karena baru ketemu lagi, dia ini nggak pernah ditinggal sampai seminggu lamanya sama Ardy tanpa alasan.

Hendra berhenti makan kemudian natap Erza. "Pantes lo digosipin—"

"Udah ah, kuy," Ardy motong Hendra dan buru-buru narik tangan Erza pergi.

"Heh bayar dulu mie gue katanya gue ditraktir!" Teriak Hendra.

Ardy, Erza dan Rendy nggak ketemu sama Deni dan Rizky di kelas mereka, Deni sama Rizky sama-sama dari jurusan IPA. Mau ke auditorium takut ketemu guru sekaligus Ardy baru aja bebas dari penjara bapaknya, juga dia takut guru-guru nanyain atau nyindir dia kayak bu Resti minggu lalu perihal gosip dia sama Erza. Tapi Rendy ngusulin mereka buat nyari ke auditorium soalnya OSIS biasa pada ada di sana mana Erza ikut lagi, kalau Erza nggak ikut sih Ardy nggak masalah mau disindir guru juga, dia lumayan jago kok sama yang namanya ngeles.

Soal gosip yang tersebar di seluruh sekolah... Ya itu benar, Ardy mungkin gay. Ardy nggak tahu kapan tepatnya dia rasa kalau dia mungkin aja gay tapi yang jelas ini muncul setelah sikapnya ke Erza tampaknya cukup kelewatan untuk sebatas teman, Ardy nggak merasakan perasaan ini dari orang selain Erza, perasaannya ke Erza terasa lebih kuat dari pertemanan biasa bahkan kepada lawan jenis pun Ardy belum pernah rasain perasaan seolah ditarik oleh pesona seseorang.

Ardy nggak tahu apakah Erza punya perasaan yang sama karena dia terlalu polos dan banyak hal yang ditakutinya. Jujur, bersama terus sama Ardy bikin Erza nyaman sama pertemanan mereka sampai dia nggak kepikiran sama yang namanya punya pacar bahkan dia cenderung takut kalau dimasa depan nanti Ardy punya pacar dan melupakan pertemanan mereka, yah memang banyak takutnya sih dia.

"Heh! Ngapain ngelamun?" Tegur Rendy karena Ardy diem di deket ruang auditorium.

Rendy juga pikir-pikir kalau mau ke sana soalnya dia juga buronan kemarin cuma dia nyerahin diri dan nerima hukuman buat bersihin WC kelas sebelas, lebih ke males doang dengerin guru bak ngerap sih alasan Rendy pikir-pikir soalnya udah capek di rumah nyokapnya ngerap mulu udah kayak Cardi B, untung nyokap dan bokapnya sayang anak nggak sampai tuh kayak Ardy yang nggak dikasih duit jajan buat hukumannya, masih mending lah bersihin WC daripada nggak dikasih duit.

"Lo ngelamun jorok ya Dy?" Tukas Rendy.

"Anjing, gue bukan lo!" sahut Ardy sembari geplak kepala Rendy dan keceplosan untuk yang kesekian kalinya.

"Ayo ih kalian ini kenapa? Katanya mau ketemu kak Deni sama kak Rizky?" Tanya Erza dengan polos soalnya nggak tahu apa masalahnya, ya main ayo-ayo aja kalau Erza mah asal sama Ardy meskipun nggak tahu buat apa tujuan mereka ke sini.

Ardy sama Rendy melongo begitu Erza main nyelonong masuk ke ruang auditorium mana pake salam segala lagi, Ardy dan Rendy nepuk kening mereka reflek secara bersamaan setelah lihat kelakuan Erza yang super duper polos itu. Beberapa saat setelah biarin Erza masuk, si polos nan unyu ini keluar lagi sembari pasang wajah yang pengen kelihatan galak tapi jatuhnya malah imut, dia langsung tarik tangan Ardy sama Rendy buat masuk bareng.

Tapi sewaktu mau masuk, Deni sama Rizky keburu keluar. "Udah nggak usah masuk lo berdua suka malu-maluin kalau masuk," cibir Rizky pedes tapi memang bener adanya.

Adera Rizky, dia cowok yang ditaksir Hendri, sekretaris kepengurusan OSIS alias sekretarisnya Deni. Alasan Hendri ngebet masuk OSIS itu karena dia sering lihat Rizky bareng terus sama Deni, Hendri sampai lupa alasan Rizky bareng terus sama Deni itu karena dia adalah sekretarisnya. Karena nggak tahan akan kedekatan Rizky dan Deni, Hendri sampai nekad confess tentang perasaannya sama Rizky. Karena terkejut sama pengakuan Hendri, Rizky keceplosan bilang hal yang cukup kasar dan nyakitin perasaan Hendri dan alhasil si cowok yang naksir dia itu nggak hadir di sekolah sampai sekarang.

"Ky, gue pengen ngomong soal bang Suh—"

"Kagak usah ngomong apapun lagi, Lo berdua udah tahu kan soal dia?" potong Rizky menolak buat dengar penjelasan Ardy yang menurutnya nggak perlu itu.

"Ta-tapi Ky, Hendri, dia..." Ardy langsung diem sewaktu lihat raut wajah Rizky, kelihatannya dia beneran nggak mau ngebahas Hendri.

"Tapi Ky, bisa nggak lo ngomong atau seenggaknya minta maaf atas kata-kata lo yang nyakitin Hendri?" Ardy memberanikan diri buat bicara membela sahabatnya itu yang sampai sekarang nggak diketahui keadaannya kayak apa pasca dapat hal yang nggak enak di denger dari orang yang ditaksirnya. "Lo kalau nggak suka sama apa yang Hendri akuin ke lo, ya lo nggak usah nyakitin hatinya," Lanjut Ardy.