webnovel

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasia
Classificações insuficientes
413 Chs

Side Story : Lived by Music, Bounded by Love

A story told by husband and wife

♦ Pencerita Kegelapan

◊ Pencerita Cahaya

♦ Kami dikutuk, oleh mereka yang fana. Terperangkap di hutan gelap, bersama mahkluk-mahkluk nista dan mayat hidup yang telah kami bunuh. Tak bisa keluar, sebelum mencapai satu tujuan.

Carilah cahaya katanya, namun apa yang bisa kami cari di jurang yang hanya berisi kegelapan. Dia merusak tubuh kami, menjadikannya buruk rupa dan mengerikan. Kini, tak satu pun tangan ingin menggapai kami, mereka terlalu sibuk berlari bersama ketakutan.

Oh Tuhan, ini kah yang aku dapatkan setelah menghabiskan waktu hidupku menjalankan perintah-Mu? Di mana istana yang Kau janjikan? Di mana sungai susu tempat kami menghabiskan keabadian bersama mereka yang kami cintai? Yang terlihat hanyalah suram dan penderitaan. Tolonglah hambamu ini ya Tuhan.

◊ Kami, hidup bersama cahaya. Sejauh mata memandang semuanya begitu cerah dan menyilaukan. Kami tinggal di sebuah istana putih yang begitu megah, menjalani hari-hari berhanyut ria bersama musik.

Namun sang pengunjung akhirnya mendatangi hari-hari ini. Sebuah kaum tak berwarna mengunjungi kami, mengaku bernamakan pesuruh Tuhan, dan datang membawa perdamaian, kami menyebut mereka Guardian. Sebagai wanita-wanita yang menjalankan perintah Tuhan seumur hidupnya, tentulah kami membukakan pintu selebar-lebarnya untuk mereka.

Namun yang datang hanyalah kebohongan. Mereka memanfaatkan cahaya kami untuk kesembuhan, keberkahan, perlindungan, bahkan untuk meruntuhkan musuh-musuh mereka.

Mereka mendatangkan mahkluk-mahkluk keji, lalu bersemu ria melindungi kami darinya. Tak ada yang bisa kami perbuat, ilmu kami diciptakan untuk membangun, bukan merusak. Kami hanya bisa bertahan tanpa melawan balik. Mereka tahu akan hal ini dan memanfaatkannya hingga butir terakhir.

Mereka melarang kami bermain musik kecuali untuk memberi mereka cahaya. Katanya, Tuhan membenci musik, mereka ingin kami tidak pernah memainkannya lagi tanpa persetujuan mereka.

Kaum tak berwarna mengubah kami menjadi pengemis, rela melakukan apapun demi mendengar satu nada saja. Namun sebanyak apapun kami meminta, suara pun tak kunjung tiba. Katanya musik itu perangkat iblis, dan tak boleh dimainkan.

Sebagai wanita yang taat, kami akhirnya mematuhinya, dan hidup tanpa musik di istana putih kami. Namun tak banyak dari kami yang tahan hidup tanpanya, termasuk ratu kami, Karissa. Dia mulai meminta iblis untuk membawanya pergi dari penderitaan ini.

Sang ratu mulai mencari-cari kegelapan, mengecek setiap sudut dan sisi tanah Ratmuju. Sampai dia menemukan sebuah hutan hitam, yang ditumbuhi pohon-pohon bambu.

♦ Kami akhirnya berhenti membenci satu sama lain, dan berkerja sama demi mencari cahaya. Sebagaimana semestinya, DiVarri menjadi pemimpin kami. Kami mulai bergantian menelusuri setiap sisi hutan gelap ini, lalu berbagi informasi tentang apa yang kami temukan di sana.

Karena kami kini sudah berhenti membenci satu sama lain, kami mulai membangun beberapa bangunan dan hal-hal yang akan membantu kami mencari cahaya, layaknya menara, perangkap, pelacak dan sebagainya.

Salah seorang dari kami memberikan teori tentang kemampuan pohon bambu menyerap cahaya, lalu memancarkannya di saat gelap. Kami pun mulai menumbuhkan mereka dengan musik kegelapan, lalu menaruh mereka di seluruh hutan.

Bertahun-tahun kami mencari dan menunggu kedatangannya, sampai akhirnya beberapa bambu mulai bercahaya. Tanpa memberitahu siapapun, DiVarri langsung mengikuti jejak bambu tersebut. Ia takut cahayanya akan pudar jika dia tak bergerak cepat.

DiVarri menemukannya, cahaya yang selama ini kami cari-cari. Lihatlah, sang ratu cahaya, Karissa, berdiri bersinar terang, di tengah hutan yang kian gelap gulita, menggigil ketakutan, dihantui mahkluk-mahkluk mati, leceh lagi hina.

DiVarri mendatanginya, dengan jubah hitam yang hanya memperlihatkan mata ungunya. Dengan biola suci dia mengulurkan tangannya pada sang ratu, meminta dirinya untuk memainkan instrumen tua yang sakti lagi anggun itu, Stradivarius.

Sang ratu, tergoda dengan keindahannya, ia pun mengambil biola itu dan hendak memainkannya. DiVarri pun membentuk biolanya sendiri, kini berduetlah mereka, bermain biola bersama, saling memanjakan telinga dengan melodi musik yang merdu, menciptakan nada-nada yang indah nan mesra.

"Con Amore…"

Namun sang ratu masih ragu. Ia takut para Guardian akan menghukumnya bila mereka mengetahuinya bermain musik. Ia pun melempar biola itu dan berlari, kabur menuju istananya. DiVarri menyelamatkan si biola lalu mengejar sang ratu keluar dari hutan Kegelapan.

Dan ia berhasil menggapai pundaknya, namun sang ratu menjadi panik dan memunculkan dinding cahaya tinggi, yang menjadi pemisah antara mereka berdua. DiVarri pun terpaksa harus berhenti mengejar sang ratu dan kembali ke hutan yang gelap.

"What just happened? Did you got it? Our light of course."

"I did, yet she escaped."

"Wonderful, now what?"

"We chase her."

"How? We can't get out from this forsaken prison!"

"We can, she paved a way for us."

Musik yang dimainkan DiVarri mengandung sihir cinta (spiritual), dan sang ratu, baru saja termakan olehnya. Kini suku kegelapan dapat keluar dari hutan, dan berjalan ke setiap tempat yang telah tercemar cahaya sang ratu. Dari sana ia pun berkata pada kami.

"Shadow me! Into darkness!"

DiVarri membawa kami, para pria Kegelapan, menyerbu istana putih wanita Cahaya. Kami membunuh setiap Guardian yang menjaga tempat itu, lalu bersembunyi di dalam bayangan yang tumbuh di sana.

◊ Ratu kami menjadi gelisah semenjak dia kembali dari hutan yang gelap. Ia duduk di singgahsananya, merobek gaun di pundaknya, dan terus menerus memandanginya, menghirup aromanya. Pipinya begitu cerah merona, ketika ia melakukannya.

Hari ini terasa begitu sepi dan janggal, sang ratu meminta kami untuk berkumpul di depan istana, tapi tak sepatah katapun terlontar pada kami setelahnya. Hingga langit menjadi gelap gulita, udara terasa begitu mencekam dan tubuh serasa dirayapi oleh ketakutan. Kegelapan datang bertamu kemari.

Suara biola melengking di udara, ketukan perkusi terus mengguncang tanah kami berpijak, musik-musik kelam yang mengerikan tak henti-hentinya menghantui kami. Dari kegelapan, sekumpulan pria berpakaian hitam keluar dan menerjang kami. Seorang dari mereka, bermata ungu, menghampiri ratu kami, dan mendekatkan wajahnya ke muka sang wanita suci, mengelus rambut dan wajahnya dengan mesra. Beliau terlihat begitu ketakutan, dan jatuh cinta pada saat yang sama. Pria itu mulai bernyanyi di atas bisikan banyangan.

"Come and follow me anywhere, take my soul, I'll lead you there"

"Don't be scared, I can kill them all"

"Come and follow me to the end, take my heart, my love and then…"

"I'll lead you into darkness!"

Mereka pun pergi, menghilang ke dalam kegelapan. Sang ratu berlutut dan menggigil, mulutnya terus bergetar dengan mata menciut ketakutan. Namun di saat yang sama, ia mulai termakan rasa iri akan mereka, yang mampu bermain musik, kapanpun, sesuka hati. Tak lama hingga ia berdiri dan memerintahkan kami untuk mengikutinya, agar berserah diri pada kebebasan dalam kegelapan.

Kami pun keluar dari gerbang istana. Mayat-mayat Guardian bergelimpangan di sepanjang jalan kami, seluruh wanita cahaya terlihat ketakutan, tetapi sang ratu terus berjalan dengan mata terpaku pada tujuannya.

Akhirnya kami sampai di sebuah hutan yang gelap gulita. Dua orang pria tinggi lagi menyeramkan menyambut kedatangan kami dan membawa kami masuk ke dalam hutan.

Setiap dari kami mulai bersinar terang, terlahap rasa takut. Di sana terlihat mahkluk-mahkluk keji dan menyeramkan berkeliaran di sepengunjung hutan, namun sang ratu terlihat tidak terpengaruh sama sekali. Seorang pria berjubah hitam menyambut kami, wajahnya tertutup oleh kain gelap, sehingga yang terlihat tak lain hanya mata ungunya. Dialah pria yang bernyanyi untuk ratu kami.

Kami dibawa ke tempat yang dipenuhi bangunan suram, di tengahnya terdapat sebuah panggung dengan seorang pria berpakaian hitam berdiri di atasnya. Pria yang menyambut kami meminta sang ratu untuk naik ke atas panggung bersamanya. Lalu mereka menggelar upacara pernikahan antara sang ratu dengan dirinya. Dan sayangnya, kami terlalu takut untuk berkata-kata.

Setelah pernikahan selesai sang penghulu turun dari panggung, mereka meminta kami berbaris berduaan dengan tiap pria berpakaian hitam di sana, saling berpasang-pasangan. Karena takut, kami mematuhi keinginan mereka.

"Maidens of the light, from today onward, we shall become one as a unity, neither as darkness nor luminance, but as the Kingdom of Music, the Ratmuju Orchestra!"

Suami sang ratu membuka kain yang menutupi wajahnya, menampilkan rambut hitam dan kulit kelabunya yang hancur dan berantakan. Ia menggapai tangan ratu kami, lalu mencium bibirnya.

Sepasang sayap hitam dan putih pun tumbuh, terkembang dari punggung mereka. Sayap itu lalu hancur, dan bulunya lekas bertaburan di udara. Tersentuh oleh mereka, kulit kami yang semula putih bagai cahaya, kini mulai memiliki sedikit warna dan terlihat lebih manusiawi. Kami merasa seperti hidup kembali, seluruh indra di tubuh kami rasanya baru saja tercipta, badan kami mulai terasa terbentuk dari tulang dan daging, bukan sekedar cahaya berbentuk manusia. Kami merasa bahagia pada saat itu, namun ketika kami melihat pada mereka yang berpakaian hitam di samping kami…

Para pria kegelapan berubah menjadi rapih dan tampan, dengan rambut hitam, mata ungu dan kulit kelabu. Pakaian kelam mereka kini tertata modis, menjadi jas dan kemeja hitam, dengan dasi ungu menempel pada kerahnya. Kemudian di tengah rasa terkesima kami, mereka menyihir kami dengan sihir cinta, tanpa menyadari satu hal ketika melakukannya.

♦ Terlepas dari kutukan, kami berniat menghabisi kaum Guardian sesuai janji kami. Lagipula, mereka mungkin akan menjadi gangguan jika mereka tahu kami membunuh orang-orang mereka di Ratmuju, dan mencuri para wanita Cahaya dari mereka.

Kami pun berangkat menuju Tarauntalo untuk membantai mereka. Para wanita Cahaya membantu kami dengan berkah cahaya, menjadikan kami kuat melebihi apa yang bisa terbayangkan. Bersama mayat-mayat hidup, kami menyapu bersih seisi Tarauntalo.

Kini kami sudah terbebas dari kutukan, dan pengganggu juga sudah dibereskan, tinggal menunggu durasi sihir cinta kami untuk habis, serta para wanita cahaya untuk pulang ke istana mereka.

Namun, sebuah kejanggalan pun terjadi.

Durasi sihir akhirnya habis, tetapi mereka masih bernaung di sini, mungkin kami terlalu berlebihan menyihir mereka, sehingga durasinya belum juga habis. Akan tetapi beberapa minggu pun berlalu, dan mereka tetap tak kunjung pulang. DiVarri menjadi resah dan mendatangi Karissa di rumahnya.

"Please enlighten me, the magic runs out, why are you still here?"

"What magic, Conductor?"

"The love magic, you foolish woman! We cast a spell on you, all of you!"

"Oh that magic, i think you misunderstood us my wilted love, we, the Ladies of the Light, already trapped inside the blackheart prison even before the spells whispered."

"Cease your nonsense upon me, Love doesn't exist in this world, she's already downed with the Shattered World!"

"You just don't see it 'cause you lived too long in the abyss of darkness with all the hatred mushroomed beneath it."

"Then proof it to me, white one."

"You are looking at it."

"Please, don't twist your words on me..."

"Then what about you o darken sweetheart? Aren't you in love with the light?"

"What do you mean?"

"Aren't you happy having me here in your little kingdom?"

"Well, I do, but…"

"Aren't you happy with us creating wonderful melody together?"

"Indeed, but…"

"Aren't you sad knowing that I'm going to leave you when your spells run out?"

"Y-yes…"

DiVarri pun terdiam, tak sepatah katapun keluar dari mulut kelabunya. Tak lama hingga ia berjalan mengambil batonnya dan hendak keluar dari rumahnya.

"Where are you going, love?"

"Come, my dear, let's build our kingdom! Together." DiVarri mengulurkan tangannya.

Karissa terkejut mendengar ucapan DiVarri, lalu penuh terkesima menggapai tangannya, menjawab panggilannya, dengan senyuman manja terlukis di wajahnya.

"Lead me there then, My King."

DiVarri dan Karissa lalu pergi ke pusat hutan dan memanggil semua pria Kegelapan dan wanita Cahaya. Mereka pun berdatangan dalam keadaan bingung, DiVarri terlihat berbeda hari ini.

"Why did you call us here, Conductor?"

"My brothers and sisters, today we're going to build our kingdom, our legacy, beneath the light and above the dark."

Para pria kegelapan dan wanita cahaya saling memandang satu sama lain di tengah kebingungan.

"Let's make seven castles for the families and a tower in the centre for us to be drowned in music, hence in the outer part, build lots of houses for the living dead to live in."

"Why so sudden, Conductor?"

"We've been cursed, brother."

"By whom?"

"Love."

Kind reminder: Para musisi itu bicara dalam bahasa unity (inggris)

PolarMuttaqincreators' thoughts