"Mereka datang!"
Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Karabin Waraney yang mengejar mereka berjarak kian dekat dengan mereka berempat.
Waraney itu melompat ke samping mereka, melewati sisi yang terlindungi oleh perisai sihir. Moncong senapannya bercahaya kian pekat, seakan api yang hendak keluar darinya bersifat kental sepanas lahar.
*Dadadadadarr!!*
Puluhan peluru melesat, kian mendidih menerjangkan diri mereka ke arah Gumara, dihantui rasa lapar yang mendorong mereka untuk melahap pemuda Air itu.
"Dindiang!"
Damian menghentakkan kakinya, dan sebongkah tanah yang termat tinggi bangkit menghalangi peluru-peluru itu untuk meraih teman-temannya.
*!!!*
Waraney itu tersentak, ia terlalu fokus pada para Pelukis yang diburunya, sampai dirinya tak sadar kalau seorang Ambawak turut hadir untuk menhadangnya.
Namun begitu ia akhirnya siuman, ia melihat raksasa tengah berlari menerjang ke arahnya, dengan bahunya tertodong ke depan.
"Ack!"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com