webnovel

Gelisah akibat dinner

Aku hanya terdiam, tanganku tak hentinya memainkan benda kecil tipis itu. Kadang ku putar, kadang ku diamkan, bikin pusing kepala andai ada yang memperhatikan. Cara duduk tidak terhormat seperti biasa, kakiku bertumpu pada kaki yang lain, kursi ku buat membelakangi pintu supaya tidak ada yang melihat ku. semua orang tahu jika saat ini, moodku sedang tidak baik. Tidak akan ada yang berani mengganggu, atau bahkan menyapaku.

Andai itu terjadi, maka sebuah benda akan melayang mengenai wajah mereka tanpa ampun. Mereka pasti akan membiarkan aku berteman dengan lamunan, sebab takut aku marah.

Di sisi lain, terlihat pula Jojo yang masih sibuk dengan segudang aktivitas nya.

Biasanya dia suka bercanda dengan ku untuk menghilangkan kepenatan nya. Tapi kali ini, dia fokus saja dengan pekerjaan nya, walau kadang dia menoleh ke arahku.

Gelengan di kepala sering dia lakukan, mungkin terheran dengan sikap ku yang akhir-akhir ini sangat berubah. Namun setelah itu, dia kembali melakukan pekerjaan nya tanpa melakukan apapun terhadap ku.

Trok…trok…

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan ku, sedikit terkaget karena pikiranku sedang melayang di angan. Ku putar kursi kebanggaan ku ini, untuk menghadap depan.

"Masuk!" Pintaku pada orang di luar sana.

Seorang wanita yang tadi menyambut ku di depan, berjalan menghampiri ku. Namun sengaja dibuat seksi, berlenggak lenggok bagaikan seorang model yang sedang berjalan di Catwalk. Ah, sangat membosankan melihat wanita ini. Jika aku bisa, akan ku tendang wanita ini hingga keluar. Sebel banget apalagi ketika dia mencoba merayuku, seperti ingin mengeluarkan seluruh isi perut ku saja.

Ku lihat dari sudut mata, Jojo cekikikan di ujung ruang ku. Mungkin dia ikut geli melihat cara Aurora berjalan menghampiri ku, apalagi saat melihat ku sudah memerah bagaikan tomat yang masak akibat menahan kemarahan.

"Katanya mau makan bareng, mana? Bohong lagi, kan?" Ucap Aurora dengan wajah kesalnya.

"Aku sibuk." Jawabku singkat.

"Sibuk apanya, kamu sudah selesai bekerja? si Jojo kali yang sibuk, bukan kamu. Katanya mau nyusul aku setelah selesai meeting, tapi malah diam saja di sini. Padahal aku nungguin kamu sampai kelaparan kaya gini." Aurora mengelus perutnya, dengan raut wajah yang sedikit asam.

'suruh siapa nungguin aku?' membatin.

"Aku tidak akan mau bicara, sebelum kamu tepati janji mu." Aurora melangkah pergi menjauh dariku, lalu duduk di samping Jojo.

Dia kesal padaku karena tidak temui janjiku tadi. Emang iya aku punya janji dengan nya? Ah, ternyata benar aku berjanji akan menemui nya setelah meeting. Tapi aku lupa, mungkin karena terlalu fokus mikirin tentang Elmeera, yang pasti sedang sibuk saat ini.

Dia sedang mempersiapkan untuk dinner malam nanti, saat perayaan hari yang spesial untuk nya. Dan aku, aku di minta pulang olehnya. Walaupun dia tahu aku tidak akan pulang. Hanya 30% kemungkinan aku akan pulang, namun bagi Elmeera harapan itu sangat besar.

"Mas! Mas Raka! Kau dengar aku bicarakan?" Aurora menepiskan tangannya di hadapan wajahku, untuk meyakinkan bahwa aku menanggapi nya.

"Eh…emm..iya. saya dengar kok, kamu ngajak saya dinner kan? Ayo kita pergi dinner, malam ini!" Jawabanku sangat ngawur.

Saking kacaunya pikiran ku, aku berpikir bahwa Aurora adalah Elmeera.

"Wah, serius mas? Kamu ngajak aku dinner? Malam ini, di mana?" Aurora meloncat kegirangan saat mendapati jawaban dari ku.

"Dinner malam! Seru tuh? Dalam acara apa nih?" Tembal Jojo dari sampingnya.

Seketika aku terkejut mendengar ucapan Jojo, apa yang aku katakan tadi bukan untuk Aurora melainkan untuk Elmeera istriku. Kenapa malah aku sampaikan pada wanita ini, sih? Seharusnya Elmeera yang mendengar ini, karena dia yang ingin aku ajak dinner nanti malam. Hah, mengesalkan. Mana Aurora sudah kegeeran lagi, dia pasti akan ngambek andai aku batalkan dinner nya.

Apa yang harus aku lakukan, sedangkan Elmeera butuh kehadiran ku di acara ulang tahun nya. Bingung jadinya jika sudah seperti ini, tetapi tak bisa ku ungkapkan pada siapapun. Hanya bisa mengusap wajah ku dengan kasar, sebagai obat untuk menghilangkan kejenuhan ini.

"Jam berapa dinner nya di mulai, apa aku bisa ikutan? Siapa tahu aku dapat pasangan di sana, supaya tidak jomblo terus. Tenang saja, aku tidak akan mengganggu kalian berdua. Anggap saja aku tidak ada kalau kalian mau bermesraan!" Jojo menepuk pundakku, ikut nimbrung pembicaraan kami.

"Hey, kenapa malah menatap ku seperti itu? Gak boleh ikut?" Jojo menurunkan tangannya yang tadi menempel di pundakku.

"Pelit." Umpitnya kesal.

Dia melengos setelah melihat aku menyoroti tajam wajahnya. Sebenarnya aku bukan marah karena dia ingin ikut pada dinner malam itu, tapi aku marah karena wanita itu bukanlah Aurora. Aku sama sekali tidak menyukai nya, hanya ingin memanfaatkannya saja untuk memanas-manasi Elmeera.

Jika bukan karena itu, sangat malas berada di dekat dia. Apalagi harus melakukan dinner malam dengan nya, sangat tidak mungkin bagiku. Akan tetapi gara-gara mulut ini yang tidak bisa diajak kompromi, ceplas-ceplos seenak jidat ku saja membuat masalah semakin runyam saja.

Apalagi Jojo malah memanfaatkan keadaan ini, dengan meminta nya untuk ikut di acara dinner malam ini.

Drt….

Suara gawai terdengar berbunyi, sepertinya ada seseorang yang sedang menghubungi ku. Segera kulihat, ternyata istri ku Elmeera yang menghubungi. Aku yakin, dia mau menanyakan tentang kesiapan ku nanti malam.

Kuhela nafas panjang, untuk memulai percakapan dengan nya. Semoga saja aku tidak bicara yang menyakiti hati nya. Hanya tidak ingin membuat dia bersedih di hari ulang tahunnya nanti.

"Ada apa?" Tanyaku setelah ku jawab telepon nya.

"Aku sudah sampai di kantor mu, untuk mengantarkan makan siang ku." Ujar Elmeera yang seketika mengejutkan ku. Jantung ku mendadak berhenti berdetak, aliran darahku membeku, syok karena nyatanya Elmeera datang ke kantor ku.

"Kamu di kantor saya? Ngapain?" Ku beranjak dari tempat dudukku, berjalan menghampiri jendela kaca ruangan ku. Untunglah ruanganku mengarah tepat pada parkiran, sehingga aku bisa langsung melihat Elmeera di sana.

Ku cari keberadaan Elmeera diantara berjajar nya mobil-mobil yang terparkir. Sangat teliti sekali namun tidak kutemukan keberadaan nya. Jika dia tidak berada di parkiran, itu artinya Elmeera sudah masuk ke dalam bangunan ini. Segera ku berlari menuju pintu, untuk mencari kendaraan Elmeera.

"Cari siapa, dan siapa yang tadi menghubungi mu? Apakah dia orang penting bagimu?" Aurora mengikutiku dari belakang. Dia merasa penasaran dengan sikapku kali ini, sebab baru Sekarang aku terlihat panik.

Bagaimana tidak panik, aku belum siap untuk bertemu dengan nya. Serba salah, dan entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Jika aku tidak bersikap ramah pada Aurora, maka Elmeera akan tahu kalau aku hanya pura-pura. Akan tetapi jika aku melakukan itu pada Aurora, kasihan wanita itu. Padahal aku sudah berniat untuk tidak menyakiti nya hari ini. Kalau dia melihat ada Aurora di ruanganku, sudah pasti dia akan terluka.

Perlahan ku genggam pegangan pintu, untuk membuka nya. Dalam pikiran ku terus berdoa, semoga saja Elmeera berbohong. Dia tidak ada di kantor, untuk menemui ku.

Ceklek.

Kunci sudah terbuka, perlahan ku buka pintu ini. Makin lama pintu nya makin terbuka lebar. Sesaat aku terdiam kala mendapati Elmeera sudah berdiri di depan pintu masuk.

"Elmeera! Ngapain kamu ke sini?"

"Bukankah aku sudah berjanji untuk membawakan mu makan siang? Ini, aku sudah masakin makanannya." Jawab Elmeera seraya tersenyum padaku. Di tangannya menenteng sebuah wadah makanan, yang dia tunjukkan kepada ku.

"Maaf, tapi mas Raka mau makan bersama ku. Kita sudah berencana untuk pergi bersama ke restoran mahal, bukan lagi makanan kampungan kaya gini." Aurora menepikan wadah yang dibawa Elmeera, dengan memicingkan tatapannya. Tangannya bergelayut manja padaku, menunjukkan bahwa kita adalah pasangan yang serasi.