cerita ini adalah tentang kisahku dan kekasihku (kenzie dan zie) dan di tengah-tengah kami ada seseorang yang hadir juga yaitu istriku kaila
Ini adalah pertemuan kita yang kesekian kalinya entah apakah ini pertemuan kita yang terakhir ataukah pertemuan kita yang akan membawa kita semakin dekat dan tak terpisahkan. aku bingung, apakah ini cinta sejatiku ataukah ini karna keegoisanku yang hanya ingin memiliki dia seutuhnya dan tak mau merelakannya dimiliki lelaki yang lain. aku takut ini adalah pertemuan kita yang terakhir dan hanya akan meninggalkan banyak kenangan di kota istimewa ini tapi aku berharap ketika dia kembali dari kampungnya, aku hanya ingin memeluknya erat, mencium keningnya, dan mengusap air matanya yang selama ini tersembunyi dibalik handphone dan selalu ku dengar setiap ku tanya jawaban yang sama "aku baik-baik saja" . akupun tak peduli dengan perasaan istriku, bahkan tak menganggapnya ada yang aku pedulikan adalah kekasihku, aku tak tau apakah ini salah ataukah tidak? yang ku tau hanyalah dia telah membuat kami terluka dan pantas dapat perlakuan seperti itu dariku, aku hanya sibuk dengan zie dan tak memperdulikan kaila setiap hari setelah pulang kantor aku sibuk sama teman-temanku aku dan kaila pun tak tinggal serumah kami pisah dia tinggal dirumah orang tuanya dan aku tinggal dikontrakan sungguh aneh bukan? bagaimana tidak, aku tidak bisa memaksakan perasaanku dan aku tidak bisa tidur sekamar atau serumah dengan wanita yamg telah menghancurkan harapan kami, menghancurkan impian kami, jangankan tinggal serumah dilayani makan pun aku tak pernah ingin aku selalu memikirkan perasaan zie wanita yang sangat aku cintai dan aku sayangi dia yang selalu di hatiku dan selalu dipikiranku, meskipun kaila minta temanin belanja atau jalan bukber aku temanin tapi aku selalu chating sama kekasihku dan telvon dengannya. ketika keluar dengan kaila pun aku izin sama zie aku mungkin jadi pria yang egois, pria yang tak memikirkan perasaan istrinya tapi bagaimana lagi? jika aku memikirkan perasaannya bagaimana dengan kekasihku zie? siapa yang akan memikirkan perasaannya? setelah duka dan luka yang ku berikan? aku hanya ingin menjadi sosok pria yang mencintainya dengan tulus dan menemaninya disaat terluka, bagaimana nanti aku pertanggung jawabkan ketika orang tua zie bertanya? bagaimana hubungan kami kedepan? bagaimana nasib anaknya? yang selama ini kami berdua jalin kasih orang tuanya pun tau, aku tak ingin kecewakan mereka dan tak ingin mereka marah dengan sikapku.
istriku selalu bilang kepadaku ketika ketemu " berapa kali aku mencari perhatian untuk sekedar ditatap matamu lebih lama saja, aku hanya berakhir sebagai angin lewat tak terasa". aku tak bisa berkata seketika aku takut mengatakan hal yang akan membuatnya terluka dengan perkataanku aku hanya bisa mampu mengatakan padanya " maaf aku tak bisa" tapi hatiku ingin berkata "bagaimana bisa kamu meminta sesuatu yang tak pantas kau minta? bagaimana bisa kau meminta sesuatu yang bukan milikmu? aku hanya ingin menatap orang yang aku cintai dan sayangi yang kau rebut kebahagianya tapi mulutku terasa berat mengatakannya karena aku takut, aku takut dia terluka dengan perkataanku. setelah mendengar jawabanku dia hanya menjawab " selama beberapa minggu ini aku telah membuang waktuku hanya untuk menebak-nebak apakah aku sedikit saja ada terlintas dibenakmu." aku hanya tersenyum dan pergi menghindar dari setiap pertanyaannya. tapi perkataannya masih terdengar jelas dia mengatakan "seharusnya kamu tak egois mengerti diri sendiri atau tak yakin dengan diri sendiri, hidup memang pilihan yang kadang membuat serba salah entah kapan benarnya. keadaan seperti ini berakhir pada saling menyalahkan untuk siapa sebagai yang menyakiti atau tersakiti, walau pasti aku (istriku) yang mengalah."
aku terdiam dan bertanya pada diriku, pantaskah dia berbicara seperti itu setelah semua yang telah dia lakukan menjebakku dengan keadaannya? membunuh hubungan kami yang dulu bahagia menjadi kutukan? dan bagaimana bisa di benakku terlintas dirinya? sedangkan dibenakku telah penuh dengan zie. saat ini aku hanya menunggu zie kembali dan memeluknya erat kadang aku ingin memutar waktu kembali dan keluar dari zona waktu itu takan ku sakiti hatinya dan takan ku sakiti hati istriku kaila, tapi mau bagaimana lagi aku tak bisa meninggalkan zie cintaku padanya terlalu dalam sehingga mengiklaskannya pun tak mampu dan tak mudah aku pun tak tau jika istriku tau aku ingin ke jogja menemui kekasihku, apakah dia membiarkanku pergi ataukah menahanku? tapi jika dia menahanku pun dia tidak punya hak karena aku tak mencintainya bahkan tak mencintainya aku tak peduli dengan apa yang dia rasakan yang aku peduli hanya bagaimana aku mengobati luka yang akan kembali ke jogja , luka itu cukup dalam bagaimana aku akan mengobatinya. aku hanya ingin membuatnya bahagia berada dekatku, meski hanya untuk beberapa hari. tapi aku ingin membuatnya bahagia dan melupakan permasalahan yang kami hadapi, meski ketika ku kembali luka itu muncul lagi tapi setidaknya aku bisa membuatnya tersenyum bahagia ketika berada dekatku. setiap hari di telvon hanya aku bertanya kapan dia kembali dan menemuiku? aku hanya bertanya bagaimana kabarnya? tapi aku tak pernah berani bertanya padanya bagaimana hatinya?aku takut dengan pertanyaanku akan membuat moodnya tak bagus, aku takut dia akan cuek dan dingin terhadapku karena aku tak mau komunikasi kami terhenti.