webnovel

AndurA

Dua sosok berbeda dalam satu tubuh. Itulah aku! Gelap, kelam, dan tak tersentuh! Itulah sisi lain dar bayangan tergelapku. Lalu sisiku yang lain seakan tersingkir sejak aku kehilangan semua hal yang kusayangi. Mereka, para Pangeran Iblis itu, menghancurkan hidupku! Hingga aku harus melenyapkan mereka semua dalam satu sentuhan hingga lenyap bagai debu!

Ellina_Exsli · Fantasia
Classificações insuficientes
16 Chs

5. Evard Xion Damien

"Kau baik-baik saja?"

Sebuah sapaan halus tedengar dingin menyapa telinga Axelia. Axelia tergagap dan langsung sedikit menjauh saat sadar tangan seseorang yang menolongnya masih memegang pinggangnya. Axelia sedikit mendongak dan menatap orang yang telah menolongnya. Untuk beberapa saat mata mereka saling bertemu dan sama-sama terpaku.

"Aku baik-baik saja dan terimakasih telah menolongku," jawab Axelia pendek.

Sedangkan lawan bicaranya masih terpaku dengan tatapan tak percaya. Perlahan tangannya terulur dan menyingkirkan rambut di pipi Axelia. Setitik air mata itu jatuh dari pipinya dengan tatapan rindu yang mendalam.

"Kau masih hidup. Kau-"

"Maaf, mungkin kau salah mengenali orang." potong Kay cepat dengan raut tidak suka. Kay menatap Axelia yang bingung. "Axelia, kita harus cepat." Kay menggengam tangan Axelia dan berlalu dengan cepat.

Evard hanya bisa terpaku dan menoleh menatap kepergian gadis yang menabraknya. Tatapan rindu itu masih terlihat jelas disana. Evard dengan cepat mengalihkan tujuannya. Langkahnya kini mengikuti Axelia dan Kay meski dengan pelan.

Sedangkan tak jauh dari mereka semua. Arven membeku dengan amarah yang ia tahan. Dengan cepat Arven menatap tajam pada setiap pergerakan Evard yang mengikuti langkah Axelia. Arven benar-benar tak menyangka jika pertemuan Ratunya dengan musuhnya akan secepat ini.

"Semua terjadi terlalu cepat. Sial!" rutuk Arven kesal.

Kay dan Axelia menjauh dari keramaian dan menuju jalan pintas. Jalan setapak dengan pohon-pohon rindang yang teduh dengan suara gemericik air yang terdengar. Kini langkah mereka kembali normal saat berpikir bahwa tak ada lagi yang mengikuti langkah mereka. Kay menatap Axelia sesaat dan berhenti sesaat.

"Kau lelah? Maaf aku terlalu cepat melangkah."

Axelia tersenyum lebar dan menggeleng. "Bukankah kau dari dulu seperti itu? Kau selalu menarik tanganku sesukamu."

Kay tersenyum tipis dan kembali berjalan. Kali ini langkah mereka sejajar menuju sungai kecil untuk dilewati. Di atas sebuah pohon, Evard memperhatikan Axelia dan Kay dengan teliti. Ada rasa tak percaya bahwa sosok gadis yang menabraknya begitu mirip dengan tunangannya. Evard masih terpaku dan melihat setiap pergerakan yang Axelia lakukan. Entah kenapa hal itu semakin membuatnya rindu dengan tunangannya.

"Kay, sungainya cukup deras." Axelia menatap sedikit cemas melihat aliran sungai kecil di depannya.

"Aku akan menggendongmu, agar bajumu tak basah. Jangan takut, kau akan baik-baik saja." Kay berjongkok di depan Axelia dan menunggu Axelia naik keatas punggungnya.

Dengan malu-malu Axelia naik dan merangkul bahu Kay kuat dari belakang. Kay tersenyum dan kembali berjalan dengan menyanggah kedua kaki Axelia yang berada di sisi tubuhnya. Lalu mulai memasuki aliran sungai dan berjalan hati-hati.

"Kay, apakah dalam?" tanya Axelia lembut.

"Sedikit lebih deras dari biasanya. Dan itu membuat sungai ini jadi sedikit dalam,"

"Kay, aku takut." Axelia menatap derasnya air yang ia lewati.

"Tenanglah, aku akan selalu bersamamu. Lagi pula salah siapa kau tak bisa berenang?"

"Hei, aku sudah belajar. Tapi setiap melihat derasnya air itu membuatku takut," jawab Axelia lirih.

"Baiklah, baiklah. Kau tak perlu bisa berenang karena aku akan terus bersamamu untuk menggendongmu." jawab Kay dengan tawa tipis.

"Ugh, kau menyebalkan!" Axelia memukul punggung Kay dan menggerakkan kakinya.

"Axelia, kau harus-"

Ucapan Kay terputus saat kakinya di bawah sana menginjak batu yang tak rata. Gerakan dari kaki Axelia membuat tubuhnya oleng hingga akhirnya mereka berdua jatuh.

"Kay...!" teriak Axelia saat menyadari pegangan kedua tangannya terlepas. Tubuh Axelia terseret arus dengan cepat meski Kay berusaha menggapai tangan Axelia.

Arven yang melihat itu semua membelalakan kedua matanya dan melangkah untuk menyelamatkan Ratunya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Evard lebih dulu terjun ke dalam sungai dan menggapai tubuh Axelia. Evard meraih tangan Axelia dan memeluk tubuh Axelia agar mendekat pada tubuhnya. Lalu membawa tubuh Axelia ke pinggir sungai dengan cepat.

Evard menatap wajah Axelia yang masih menangis ketakutan dan memeluk tubuh Axelia dalam. "Aku begitu takut akan kehilanganmu."

Kay yang baru saja menepi segera menghampiri Axelia dan Evard. Dengan cepat menarik tubuh Evard agar menjauh dari Axelia.

"Siapa kau dan kenapa kau juga mengikuti kami?" tanya Kay tajam.

Kay menatap tubuh Axelia yang masih menangis. Memeluk tubuh Axelia erat dan menenangkan Axelia. "Kau baik-baik saja? Maafkan aku, maafkan aku. Jangan menangis."

Axelia memeluk tubuh Kay erat. "Kay,"

Untuk sejenak Evard tertegun. Ingatan tentang tunangannya seakan menyadarkannya. Tunangannya yang tak akan tenggelam dengan air sungai yang menurutnya bukan apa-apa. Tunangannya yang juga berdarah iblis tak akan mungkin selemah wanita yang tak jauh darinya. Lalu bayangan meleburnya tubuh tunangannya terbayang jelas di mata Evard.

"Kau, bukan dirinya. Tidak, kau memang bukan dia!" ucap Evard dingin dengan penuh penekanan.