webnovel

AndroMega

(Slow Update!) Seorang kapten dari Organisasi NEBULA menuntut Rickolous Dattora atas penyalahgunaan sebuah gelang bersistem AndroMega, yang dikenal dapat menyimpan senjata dalam bentuk virtual. Rick marah, karena gelang itu merupakan satu-satunya peninggalan ayahnya. Karena melihat ada peluang baik pada Rick, sang kapten memberi keringanan dengan menawarkan pekerjaan sebagai Agent organisasi. Walau ragu, Rick menerima tawaran itu. Di sana, ia bekerja bersama empat Agent lainnya sebagai tim. Apa saja yang dikerjakan Rick DKK di sana? Masih banyak hal yang perlu ia cari tahu, seperti tentang Virtozous, GIGAS, Sistem AndroMega, terutama masa lalu kelam ayahnya. (Catatan : Walau disebut Sistem AndroMega, cerita ini sama sekali tidak mengambil konsep Sistem pada umumnya, seperti karakter OP, dunia lain, dewa, DLL) ***** AndroMega by. Korona Noire

Korona_Noire · Ficção Científica
Classificações insuficientes
37 Chs

Chapie 6 : Nostalgia

"BANGSAT!!! DASAR BENCONG!!!"

Buru-buru Rick menarik tangannya dari pegangan tangan pria aneh itu. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetaran jijik ketika tahu jika pria ganjen ini duduk di samping satunya. Rick benar-benar tidak sudi dekat-dekat dengannya.

"Xeno! Tukeran duduknya…!" teriak panik Rick sambil mengguncang-guncang tubuh besar Xeno.

Xeno yang tidak mau bertukar tempat duduk mengeratkan pegangannya pada pegangan kursi. "Xeno enggak mau, Pyo! Xeno mau duduk dekat jendela!"

"Xeno kampret! Aku enggak mau dekat-dekat sama orang itu!"

"Pokoknya Xeno enggak mau, Pyo…!!!" rengek Xeno sambil menggelengkan kepalanya keras. Dia bingung mengapa Rick tiba-tiba hendak bertukar tempat duduk begitu.

"Hei, Ricky…. Jangan segitunya takut sama aku. Aku enggak gigit, kok."

Rick mendelik tajam pada si pria berponi tebal. Lihat saja dia, punya tatanan rambut poni manja ala-ala boyband -walau Rick akui tatanan poni itu hampir mirip dengan poni Xeno-, pakai syal hitam putih kotak-kotak, dan duduk dengan posisi punggung tangan menopang dagu. Kelihatan seperti mencoba merayu Rick.

Maaf saja, Rickolous Dattora masih demen yang 'berlubang'.

"Enggak gigit apanya?!" Berusaha memberanikan diri, Rick menunjuk pria itu. "Aku tahu tabiatmu semasa SMA dulu, Bajingan! Kau selalu berusaha merayu anak-anak cowok lainnya…. Aku tahu kalau kau itu Gay!"

Teriakan Rick sempat membuat mereka menjadi pusat perhatian para penumpang lain di dalam pesawat. Rick ngos-ngosan setelah berteriak sekencang mungkin, berusaha tuk menahan rasa gelinya pada pria yang diduga gay ini, sedangkan pria itu sendiri masih adem-anyem duduk di samping Rick.

"Ish! Rick kenapa, Pyo?! Berisik banget— Eh?"

Ucapan Xeno terpotong saat melihat pria di samping Rick. Berbeda dengan Rick, raut wajah imut Xeno begitu sumringah ketika mengetahui sosok itu. Sang pria juga sempat melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum bersahabat pada Xeno.

"Horu, Pyo?!" Buru-buru Xeno menyalami tangan pria itu. "Horu juga ikut jadi Agent di sini, Pyo?"

Xeno ingat betul pria ini. Namanya Horu, sempat menjadi teman satu sekolah Rick semasa SMA. Horu sering sekali berkunjung ke kosan mereka untuk belajar maupun bermain bersama. Tapi setelah kelulusan mereka, tidak ada kabar apapun dari Horu. Xeno pernah dengar dari Rick kalau Horu pindah kota setelah lulus SMA bersama ayahnya.

Dulu memang sempat ada kabar bahwa Horu ini adalah penyuka sesama jenis, tapi sebenarnya dia hanya suka menggoda para pria, tidak lebih. Itulah sebab mengapa Rick tidak suka dekat-dekat dengan Horu. Biar begitu, mereka tetap pernah memiliki hubungan pertemanan baik.

"Iya, Pyo," ucap Horu iseng-iseng mengikuti cara bicara Xeno, "Wah! Tak kusangka kita bakal bertemu sebagai sesama Agent organisasi di sini."

"Dalam mimpimu!" Rick menutup wajahnya menggunakan jaket merah. "Aku enggak mau bertemu dengan makhluk homo sepertimu."

"Ish! Ricky, enggak asik, deh." Horu sok-sok'an memayunkan bibirnya. "Aku 'kan sebenarnya masih normal. Masih suka yang punya bukit kembar."

"Pyo?" Xeno menoleh pada Horu dan Rick lalu memiringkan kepalanya. "Maksudnya bukit kembar itu apa, Pyo?"

Menyadari kepolosan Xeno yang masih terjaga, Rick buru-buru menyingkirkan jaket dari wajahnya. Segera Rick mengikat wajah Horu dengan jaketnya, membuat pria itu hampir kesulitan bernafas.

"Ri-Ricky…. Kenapa… kenapa kau melakukan ini padaku…?" sempat-sempatnya Horu bertanya sedramatis itu ketika nafasnya sudah di ujung.

"Kau jangan ngomong vulgar di depan Xeno," bisik Rick dengan nada mengancam, "Otak tuh bocah masih polos, tahu?!"

….

Pesawat antariksa NEBULA berhasil lepas landas hingga keluar dari atmosphere. Kini pesawat itu dijalankan melewati portal ruang dan waktu yang tersedia di stasiun luar angkasa agar bisa lebih cepat sampai menuju planet tujuan. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar lima jam menggunakan portal agar sampai di Planet Dinosaur.

Saat ini, Rick berusaha untuk tidur di dalam pesawat, tapi waktu tidurnya terganggu ketika mendengar suara percakapan antara Xeno dan Horu.

"Jadi, kau baru saja mendapatkan AndroMega dari Kapten Silver?" tanya Horu kagum pada Xeno. "Kau dan Rick beruntung sekali bisa direkomendasikan langsung oleh dua kapten pembimbing. Katanya, Agent-Agent yang mendapat rekomendasi dari kapten pembimbing enggak bakal ikut tes apapun, langsung dianggap lulus. Aku aja mau tembus ke organisasi harus lulus akademi dulu tiga tahun, ditambah ikut tes penerimaan pula."

"Hehe…. Begitu, Pyo?" Xeno menggaruk kepalanya malu-malu. "Tapi, kalau belajar di akademi 'kan lumayan ilmunya, Pyo."

"Memang, sih…." Horu bersedekap dan menyenderkan tubuhnya. "Tapi ngeselin juga harus belajar sistem, program, komunikasi, dan segala macamnya selama di akademi. Kepalaku serasa mau pecah, Xen…."

Walau Rick mendengar percakapan mereka, ia tidak mau ikut menyahut dan tetap fokus mencoba untuk tidur. Rick jadi ingat kalau dulu sewaktu SMA, Horu dikenal sangat berprestasi di sekolah. Walau kelakuannya mendayu-dayu macam Gay ngebet diboking om-om, Rick akui kemampuan Horu dalam program dan ilmu komputer sangatlah bagus, bahkan Horu juga mampu mengendarai berbagai macam transportasi, salah satunya pesawat.

Rick cuma bisa geleng-geleng kepala di balik jaket merah yang menutupi kepalanya itu. Kalau dipikir-pikir, ngeri juga segala kelebihan yang dimiliki Horu.

~*~*~*~

Setelah berjam-jam menempuh perjalanan menggunakan pesawat antariksa dengan dibantu portal teleportasi ruang dan waktu, akhirnya mereka sampai juga di salah satu kawasan wisata Dinosaurus.

Area Coritious, itulah nama daerah tersebut ketika Rick membaca tulisan yang berada di atas gerbang besar. Di sana, ia dan para Agent lainnya disambut oleh pemandangan banyak Dinosaurus raksasa yang tengah berjalan-jalan di sekitar hutan, apalagi Dinosaurus jenis-jenis berleher panjang yang paling mencolok. Rick sempat heran karena tidak menemukan wisatawan lain selain para Agent dan staff organisasi yang ada di area sini, padahal di sini adalah tempat wisata.

'Aku janji akan mengajakmu berlibur ke Planet Dinosaur. Kita akan melihat bagaimana T-Rex beraksi!'

Sejenak memori masa lalu tentang ayahnya terlintas kembali. Andai saja kejadian na'as di masa lalu tidak terjadi, mungkin mereka akan berlibur bersama ke planet khusus wisata alam ini.

"Eh?"

Lamunan Rick sirna ketika merasakan bahunya ditepuk Horu dari samping. Pria bersyal kotak-kotak itu sempat menyunggingkan senyum bersahabat pada Rick.

"Kita sudah sampai, Bung. Dan inilah Planet Dinosaur," jelas Horu sambil melihat pemandangan di depan mereka, "Rumah bagi para Dinosaurus dari berbagai planet. Bahkan Dinosaurus yang hampir punah pun dipindahkan ke sini."

Saat Horu hendak menjelaskan kembali, mereka melihat Xeno sedang melihat-lihat berbagai jenis Dinosaurus dengan riangnya sambil menunjuk-nunjuk beberapa jenis Dinosaurus tertentu.

"Wah! Yang ini punya cabang di punggungnya, Pyo. Oh, ini hidungnya besar. Kalau yang ini tanduknya banyak, Pyo! Wih! Wih! Wih! Yang itu mirip kelelawar raksasa, Pyo!"

Rick hanya menepuk kasar wajahnya, merasa malu dengan kelakuan Xeno, sedangkan Horu hanya tersenyum senang menanggapinya.

"Oke, sebaiknya kita pergi absen dulu sambil cari tahu pengumuman selanjutnya," ajak Horu, berjalan mendahului Rick.

Rick juga berjalan menyusul Horu sambil menarik kerah pakaian Xeno. Yang ditarik cuma bisa menjerit kekanak-kanakan, tidak terima jika kegiatan menganggumi berbagai Dinosaurus itu terganggu.

….

Ketiganya ikut mengantri dalam antrian dua baris untuk mengisi absen pada dua panitia yang bertugas. Sempat Rick mengintip di balik barisannya, melihat kedua panitia yang terlihat aneh menurutnya. Kedua panitia itu merupakan satu wanita dan satu pria, tapi mereka mempunyai guratan aneh di wajah dan sekujur tubuh, guratannya mirip seperti sirkuit elektrik yang biasa ia lihat di mesin-mesin.

"Virtozous, kah?" tanya Rick heran.

"Yep! Mereka Virtozous," jawab Horu di barisan sampingnya.

"Bagaimana bisa Virtozous menjadi panitia dalam lomba penentuan kelompok ini? Setahuku, Virtozous itu proyek manusia langka yang pernah dikembangkan dalam peradaban ini."

Horu pun menjelaskan, "Memang sangat langka kita bisa menemui Virtozous. Virtozous sendiri adalah proyek manusia modifikasi yang khusus dibuat oleh Organisasi NEBULA. Kudengar, ada empat Virtozous yang baru saja dikembangkan organisasi setelah mengembangkan Virtozous pertama sekitar lebih dari belasan tahun yang lalu. Kurasa, dua panitia itu adalah dua di antara empat yang kumaksud. Kalau dalam istilah game, mereka itu masih dalam uji Beta."

"Ooo…." Rick hanya mengangguk paham. Jujur, ia sama sekali tidak mengerti dengan perkembangan terknologi yang menurutnya berkembang dan tercipta dalam bentuk dan kegunaan yang tak wajar. Tapi itulah pikiran manusia, Rick harus mengerti jika setiap manusia memiliki pola pikir unik untuk memajukan peradaban dengan teknologi yang semakin mutakhir.

"Selamat datang di lomba pembagian kelompok NEBULA di Coritious, Planet Dinosaur," sambut ramah sang panitia Virtozous wanita pada Rick yang telah mendapat giliran mengisi absen. Wanita itu menyerahkan tab berisi tabel absen pada Rick. "Silakan cari nama Anda pada absen dan tandatangani di samping kolom nama Anda."

Setelah menemukan namanya, Rick langsung menandatangani absen lalu menyerahkan tab pada sang panitia wanita.

"Terima kasih, Tuan," ucapnya setelah mengambil tab dari Rick, "Setelah ini, Anda dipersilakan untuk menginap di penginapan yang tersedia sampai perlombaan dimulai besok. Kami telah mengirimkan alamat penginapan dan nomor kamar ke email masing-masing peserta. Anda bisa cek di email Anda."

"Tunggu dulu…." Rick menaikan sebelah alisnya heran. "Jadi, perlombaannya besok, bukan hari ini?"

Wanita itu sempat terkekeh sejenak, "Perlombaan dimulai besok pagi. Hari ini, para peserta dipersilakan untuk istirahat setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. Isi tenaga dulu sebelum beraksi esok hari, bukan? Apa ada yang ingin ditanyakan kembali?"

Rick berpikir sejenak mencari hal-hal yang mungkin ingin ia tanyakan. Namun ia menggeleng karena menurutnya semua sudah jelas.

"Baiklah. Silakan untuk berisitrahat di penginapan yang telah kami sediakan, Tuan. Terima kasih. Berikutnya!"

Setelah keluar dari barisan antrian, Rick segera mengecek email dari ponsel pintarnya, melihat di penginapan mana ia tinggal.

"Rick tinggal di penginapan mana dan nomor berapa, Pyo?" tanya Xeno yang sudah lebih dulu selesai mengisi absen.

Rick berhenti melangkah di samping Xeno, masih membaca email pada layar ponselnya. "Di penginapan Kalana, nomor 263."

"Wah! Kita sama, Pyo. Xeno juga menginap di Kalana nomor 263, Pyo."

"Hah?!"

Seakan tubuh ini retak bagaikan kaca, Rick benar-benar syok bukan main. Pria berambut pirang acakan ini tak menyangka jika dia bakal satu kamar dengan Xeno. Padahal, ia sudah sangat bosan bersama pria kekanakan ini dari dulu sampai sekarang.

Rick merasa bahwa mereka berdua adalah pasangan homo yang sulit tuk dipisahkan. Amit-amit, cabang tanduk iblis!

"Rick! Xeno!" Horu menghampiri mereka berdua setelah selesai mengisi absen. "Kalian tinggal di penginapan mana?"

"Di Kalana nomor 263. Kami satu kamar," jawab Rick terlihat bete karena merasa enggan untuk satu kamar dengan Xeno. Tapi, mau bagaimana lagi? mereka terdaftar di waktu bersamaan. Lagipula, Xeno teman dekatnya.

"Wah…. Sayang sekali, kita beda penginapan," ucap Horu sedikit sedih, "Kalau aku di penginapan Erlangga nomor 115."

"Yah~ Syukurlah, tidak nambah lagi homo di kamar kami," cibir pelan Rick ke arah lain.

"Kau bilang apa barusan?"

"Oh! Enggak apa-apa, kok! Cuma nemu nyamuk segede babon mau menggigit tadi." Rick mengibaskan tangannya ke sembarang arah seakan-akan mengusir nyamuk.

Padahal Horu tahu kalau Rick tadi mencibir sesuatu, tapi dia sama sekali tidak mendengarnya karena terlalu pelan.

"Ya, sudah. Mungkin kita pisah di sini," kata Horu, "Sampai ketemu besok. Moga-moga kita bisa satu tim, ya!"

"Sampai ketemu lagi, Pyo!" ucap Xeno riang sambil melambaikan tangan.

Horu berjalan menjauh menuju penginapannya yang berlawanan arah dari mereka, begitu juga dengan Rick dan Xeno. Dalam perjalanan, Rick tak henti-hentinya bersyukur dalam hati karena tidak harus satu kamar juga dengan Horu.

….

"263…. 263…. Yep! Ini dia, 263."

Sesampainya di Penginapan Kalana, Rick dan Xeno mencari-cari kamar mereka hingga menemukan kamar bernomor 263. Segera Rick membuka pintunya, cukup terkejut ketika menemukan satu penghuni kamar sedang mengotak-atik laptop sambil menyenderkan tubuhnya di senderan ranjang. Yang membuat mereka semakin terkejut lagi adalah sosoknya tidak asing bagi mereka.

"Hei…!" Rick memasuki kamar. Ia bersedekap sambil menatap sosok pemuda itu dengan sebelah alis dinaikan. "Kau cowok yang tadi sempat dibully Agent-Agent yang tampangnya macam preman pasar itu, bukan?"

Awalnya, sosok pemuda berkacamata itu terkejut ketika menyadari kehadiran Rick dan Xeno. Hanya memutar kedua bola matanya memaklumi, dia memang harus siap jika ditanyai perihal kejadian memalukan di bandara beberapa waktu yang lalu.

"Rupanya kalian melihatnya, ya? Hehe…." Pemuda itu terkekeh canggung sambil menggaruk kepalanya. "Iya, itu memang aku."

"Tak kusangka kami bakal satu kamar denganmu."

Rick mengambil ranjang tidur di samping pemuda berkacamata itu, sedangkan Xeno mengambil ranjang di seberang. Ia melempar asal ranselnya dan langsung membaringkan tubuh di ranjang. Rasanya nyaman dan sangat empuk ketika merasakan tekstur kasurnya. Seumur-umur, Rick baru merasakan tempat tidur senyaman ini, hampir saja langsung terlelap kalau saja tidak diganggu oleh suara kegirangan Xeno.

"Wow! Ini empuk sekali, Pyo! Seperti… seperti melompat di terampolin!"

Mata biru Rick membelalak lebar saat melihat Xeno melompat-lompat di ranjang. Bisa rubuh nanti ranjangnya jika dibiarkan dilompati begitu oleh tubuh Xeno yang sebesar banteng bongsor itu.

"Oi, Xeno! Jangan lompat-lompat di ranjang! Nanti kalau rubuh, gimana?!" omel Rick kesal.

Mendengar omelan Rick membuat Xeno langsung diam dan segera duduk manis di ranjang. Setelah menegur Xeno, Rick kembali fokus pada pemuda di ranjang sampingnya yang masih asik mengotak-atik laptop.

"Maaf kalau menganggu. Kawanku ini biar kelihatan jantan, tapi kelakuannya enggak lebih macam anak TK," kata Rick pada pemuda itu.

"Tidak apa-apa." Pemuda itu memperbaiki posisi kacamatanya. "Sepertinya, kawanmu itu tipikal orang yang asik diajak bergaul."

"Xeno memang asik bergaul, Pyo!" timpal Xeno mendadak membuat dirinya kena hantam bantal dari Rick.

"Menyebalkannya yang iya," kata Rick lagi. "Oh, iya! Omong-omong, kenalkan, aku Rick. Dan kawanku itu namanya Xeno."

"Senang bertemu denganmu, Pyo!" ucap Xeno riang setelah menyingkirkan bantal tadi dari wajahnya.

"Namaku Garuda. Senang bisa bertemu dengan kalian juga," sapa Garuda ramah. "Kebetulan sekali namamu mirip dengan mantan teman sekelasku. Dia juga dipanggil 'Rick'."

"Sungguh?" Rick bersedekap dengan santainya. "Memang nama 'Rick' terdengar pasaran. Tapi aku lebih suka dipanggil Rick daripada nama asliku."

"Memang nama aslimu siapa?"

"Rickolous."

Garuda mencoba untuk mengejanya, "Rick-ko-lous….? Namamu memang susah dieja oleh jenis lidahku. Sepertinya, memang kau lebih cocok dipanggil 'Rick' saja."

"Memang begitu, kan?"

Saat mereka asik mengobrol, pintu kamar kembali terbuka menampakan sosok pria berambut merah muda dengan postur tubuh besar yang terlihat hampir sama dengan Xeno.

"Hei, kawan sekamar!" sapanya riang sambil berjalan menuju ranjangnya.

"Halo, orang asing," sapa Rick iseng-iseng.

"Hai, Pyo!" sapa Xeno riang pula.

"Ya, elah! Dikatain orang asing aku." Pria itu duduk di ranjangnya yang berada di hadapan Garuda dan Rick, di samping Xeno. "Tak kenal, maka tak sayang 'kan? Kenalkan, aku Ozkov. Senang bertemu dengan kalian."

"Halo, Ozkov…. Aku Rick, dan ini Xeno," ucap Rick memperkenakan dirinya dan Xeno.

"Hai, Ozkov , Pyo!"

"Aku Garuda," sapa Garuda pula, "Senang bisa berkenalan denganmu."

"Senang bisa berkenalan dengan kalian pula. Aku harap di antara kalian ada yang bakal satu kelompok denganku."

"Ah! Kau ini bisa aja." Rick mengibaskan tangannya sesaat. "Sepertinya, kau orang yang asik jika diajak satu kelompok."

"Sungguh, Rick? Terima kasih."

Ya, inilah orang-orang yang satu kamar dengan Rick dan Xeno. Masing-masing kamar memang disediakan empat ranjang dan memiliki beberapa fasilitas. Untuk dapur sendiri memang tidak ada karena makanan akan disediakan di kafetaria setiap lantai.

Rasanya, Rick senang bisa ikut menjadi bagian dari Agent NEBULA. Merasakan mengenal banyak orang seperti ini membuat pengalaman barunya di luar area bawah semakin bertambah.

~*~*~*~

Malam sudah semakin larut, suasana di Penginapan Kalana juga semakin sepi. Hanya terdengar suara raungan keras dari berbagai jenis Dinosaurus di area penangkaran setempat.

Saat ini, Rick sedang memainkan game offline di ponselnya sambil berbaring di atas ranjang. Koneksi internet umum tidak disediakan di seluruh planet ini, rasanya cukup menyiksa bagi orang seperti Rick yang sudah terlanjur ketergantungan dengan internet. Tapi, dia heran juga dengan Garuda. Sejak tadi, dia terus saja mengotak-atik laptopnya. Kalau bukan internetan, lalu apa yang dilakukan Garuda?

"Ah! Sebenarnya kau lagi ngapain sih, Garuda?" tanya Rick penasaran sambil berusaha duduk di ranjang.

"Em?" Garuda menoleh sekilas ke arah Rick, lalu kembali fokus pada monitor. "Aku sedang memperbaiki senjata AndroMega-ku."

Awalnya Rick heran kalau ternyata senjata AndroMega bisa diperbaiki dengan cara seperti ini. Ia baru menyadari jika USB gelang AndroMega milik Garuda terhubung dengan USB laptopnya.

"Bisa diperbaiki dengan cara seperti ini, ya?"

"Senjata AndroMega 'kan berwujud virtual jika disimpan dalam memori AndroMega. Sebenarnya, lebih efektif memperbaikinya dengan cara manual. Tapi karena senjataku hanya perlu sedikit perbaikan, jadi memperbaikinya cukup dengan cara begini," jelas Garuda masih mengotak-atik laptop.

Karena tidak ingin menganggu Garuda, Rick kembali bersender di ranjang. Sudah larut malam, Rick merasa masih terlalu dini untuk tidur sekarang. Xeno sudah tertidur lelap sejak awal, tinggal Ozkov yang saat ini juga tengah memainkan game offline dari ponselnya.

"Lagi main game apa, Ozkov?"

Sekilas Ozkov melihat ke arah Rick, lalu kembali main. "Main game simulasi duel aja."

"Nyalakan Bluetooth-nya, kita mabar. Lagi bosen, nih."

"Oke."

Mulai besok, perlombaan penentuan kelompok akan segera dilaksanakan. Jujur saja, Rick sungguh tidak sabar menanti hari esok. Ia penasaran, nantinya bakal satu kelompok dengan siapa. Dan kalau tidak salah dengar, Rick ingat kalau kelompok yang sudah ditentukan akan bertahan lama sampai masing-masing dari anggota kelompok naik jabatan kelak.

Iya, walau sejak awal Rick bergabung ke Organisasi NEBULA hanya karena tergiur dengan gaji besarnya dan tidak ingin AndroMega milik mendiang ayahnya disita, tapi tak bisa dipungkiri jika mungkin Rick bakal menikmati profesi barunya ini.

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"Aku 'kan sebenarnya masih normal. Masih suka yang punya bukit kembar." ~Horu Avera, penerus Kakek cabul