webnovel

Andai Takdir Sedikit Mengalah

Sore itu hujan turun dengan derasnya, entah berapa lama aku sudah menunggu di emperan toko. Perasaan bosan mulai datang menerpa, "Eh....." desahku. "Sampai kapan aku harus menunggu??", gumamku. Beberapa lama kemudian, orang yang aku tunggupun akhirnya datang. "Hai ...." sapanya. Senyum simpulnya terlintas di bibirnya. "Sudah lama menunggu y?" tanyaknya, "maaf tadi ada rapat guru kelas dengan wali murid, aku kira tidak berjalan lama, ternyata aku salah, ada beberapa wali murid yg protes tentang kebijakan kepala sekolah.... dst" dia terus saja bercerita tanpa henti tanpa aku gubris karena terlalu lelah menunggu dan sangat lapar. Entah apa yg dia bicarakan, tidak terlalu aku hiraukan. Melihat ekspresi yang nanar menatapnya akhirnya dia berhenti bercerita. Tiba-tiba dia memegang tanganku dan dengan lembut berkata "maaf y sayang, jangan marah, ayo aku traktir makan siang!", katanya sambil tersenyum manis. Akupun jadi tidak berdaya, kupandangi mata coklat kekasihku itu, ada rasa tenang di hatiku. Akhirnya hatiku luluh melihat senyum dan kata-kata manisnya. "Baiklah, aku maafkan, tapi lain kali kalau telat datang tolong SMS aku, jangan buat aku menunggu dan kawatir seperti ini" kataku. "Iya sayang, aku berjanji tidak akan membuatmu menunggu lagi". Jawabnya singkat. Kami pun pergi dari emperan toko itu menuju warung makan terdekat, hujanpun sudah reda sehingga kami tidak perlu menggunakan jas hujan yg sedari tadi sudah dia siapkan. ************** Namaku Nita, usiaku 27 tahun, usia yang sudah layak untuk menikah. Teman - temanku sudah menikah semua, tapi aku sampai usia 27 tahun belum kunjung mendapat jodoh. Hatiku mulai gelisah dan galau, belum lagi pertanyaan dari keluarga, teman dan handai tolan yang selalu bertanyak "Kapan nikah.....?" itu sering membuat Stress. Hingga suatu hari aku bertemu dengan Herri. Herri seorang guru SMP, secara finansial Herri sudah mapan, dan sudah layak untuk berumahtangga. Dia memiliki segalanya tapi entah kenapa dia belum mau menikah. Usia Herri 28 tahun, tampan dan sangat baik hati. Awal kami bertemu di kampus tempatku bekerja. Herri hendak melanjutkan kuliahnya kejenjang yang lebih tinggi yakni S2. Ketika hendak pulang, secara kebetulan kami bertemu di tempat parkir dan mungkin ini yang namanya jodoh, aku kesulitan mengeluarkan motor dari tempat parkir dan Herri datang menolongku. Dari sanalah perkenalan kami bermula, dari awalnya cuma teman, kemudian teman curhat, sahabat dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Hari - hari kami lewati dengan tawa canda, kesal, marah, cemburu dan segala perasaan yang biasa di alami oleh sepasang kekasih. Hubungan kami berjalan mulus dan baik - baik saja, aku memperkenalkannya dengan orang tua dan keluargaku, begitu juga dia, dia memperkenalkanku dengan kedua orang tua dan keluarganya. Semua berjalan lancar, hubungan kamipun semakin serius, rencana pernikahan pun sudah mulai sering di bahas. Disetiap doaku selalu ada namanya, semoga Allah menjodohkan kami, mempersatukan kami dalam bahtera rumah tangga. Bulan - bulan berlalu, kata orang, setiap pasangan yang hendak menikah selalu ada cobaan, tidak terkecuali hubunganku dengan Herri. Satu persatu cobaan mulai menerpa hubungan kami, akupun lebih sering meneteskan air mata bila bersama dari pada tertawa. Keyakinan ku akan cintanya mulai goyah dengan hadirnya perempuan lain di hatinya. Perempuan yang merupakan cinta pertamanya dan sampai saat ini belum bisa dia lupakan. Hatiku hancur, perih rasanya mengetahui laki-laki yang aku cintai dan hendak aku nikahi ternyata masih memendam rasa di hatinya untuk wanita lain. Setiap malam aku menangis, bingung untuk membuat keputusan. Haruskah aku melanjutkan rencana pernikahanku dengan Herri? atau aku harus mengakhirinya dengan segala konsekwensinya?

Warni_3016 · Adolescente
Classificações insuficientes
7 Chs

BAB 3

Hari mulai gelap, suasana pantai semakin romantis, semakin banyak saja pasangan sejoli yang datang, aku jadi baper melihat mereka.

Tiba - tiba Herri menggandeng tanganku seolah - olah dia mendengar isi hatiku,

"Nit, pulang yuk, sudah malam, tidak enak sama orang tuamu kalau kita pulang terlalu malam" .

"Iya...." jawabku sedih. Kenapa kalau kita lagi senang waktu begitu cepat berlalu?

Sepanjang jalan menuju tempat parkir mobil Herri menggenggam tanganku tanpa sedikitku dilepas, "mungkinkah Herri memiliki rasa yang sama denganku?" batinku.

Kami meninggalkan tempat wisata itu dengan diam seribu bahasa, entah apa yang ada dipikiran Herri saat itu. Jelang beberapa saat tiba - tiba Herri berhenti di depan sebuah masjid, dengan suaranya yang lembut, dia berkata,

" Nit, kita salat magrib di sini dulu y sebelum pulang, mau kan?"

"iya, aku mau" jawabku.

Kami bergegas masuk ke dalam masjid, Herri ketempat wudhu laki - laki dan aku ke tempat Wudhu perempuan. Kebetulan waktu kami sampai ke masjid, orang - orang sudah selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah. Suasana masjid masih ramai oleh orang - orang yang melaksanakan sholat sunat. Waktu aku selesai wudhu, aku segera mengambil mukenah yang memang sengaja di taruh oleh pihak pengurus masjid. Ketika aku selesai memakai mukenah tiba - tiba Herri menghampiriku....

"salat berjamaah yuk..." ucapnya pelan.

"iya...." jawabku.

Herri ternyata sangat fasih dalam membaca ayat - ayat suci Al - Qur'an, dan dari tata caranya meng-imamin aku sholat sudah bisa di tebak kalau dia sering menjadi imam sholat berjamaah. " Ya Allah, semoga Herri akan menjadi imamku kelak, Aamiin".

Selesai sholat berjamaah kami segera melanjutkan perjalanan pulang ke rumahku. Sepanjang jalan aku cuma diam, dalam hati aku berkata "ni cowok benar - benar sempurna, udah ganteng, kaya, baik, alim lagi, tidak mungkin dia belum punya pacar atau calon istri, masak Herri Gay....?.".

"Hai non, ngelamun aja...." suara Herri menyadarkan ku dari lamunanku.

"Oh.... enggak kok, cuma lagi fokus lihat jalan aja" bohongku.

"masah sih..... orang dari tadi aku perhatikan kamu melamun kok" jawab Herri.

Aku jadi tersipu malu, ternyata Herri dari tadi memperhatikanku.

Mobil Herri memasuki pekarangan rumahku, kulihat Mamaku sudah menunggu di depan pintu. Begitu Herri mematikan mesin mobilnya, aku segera keluar dari dalam mobil dan di ikuti oleh Herri.

"Assalamualaikum..." Salamku hampir serempak dengan Herri.

"Walaikumsalam..." sahut mamaku.

"Ayo masuk nak Herri"

"Iya Emak....." jawabnya.

Malam itu Herri makan malam bersama aku dan Mamaku karena kebetulan Bapakku lagi ke luar kota untuk mengurus kerjaannya.

Setelah selesai makan malam Herri berpamitan untuk pulang, aku mengantarnya sampai depan rumah. Waktu hendak memasuki mobilnya tiba - tiba Herri berbalik secara mendadak, kamipun bertabrakan karena aku tidak sempat berhenti ketika Herri tiba - tiba menghentikan langkahnya. Aku jadi salah tingkah akibat insiden itu.

"Malam Minggu besok kita keluar y....." ucapnya tiba - tiba.

"Serius nih mau ajak aku keluar? Emangnya gak wakuncar (waktu kunjungi pacar)?".

"Aku gak punya pacar kok, calon pacar sih ada" jawabnya.

Jawaban Herri sukses membuat hatiku berbunga - bunga, membuatku merasa melayang sangking bahagianya walaupun calon pacar yang dimaksud belum tentu aku. Tapi bolehkan aku berharap....?????.

"Iya, aku juga gak punya pacar...." jawabku asal.

"Udah tahu.... makanya berani aku ajak" kata Herri sambil berlalu dan bergegas meninggalkanku yang berdiri bengong.

"Dari mana dia tahu kalau aku belum punya pacar?, jangan - jangan dia mencari informasi tentang aku? Tapi kepada siapa dia bertanyak tentang aku? Perasaan dia tidak tahu dan tidak kenal sama teman - temanku?" semua pertanyaan itu tanpa sengaja keluar dari mulutku. Melihat anaknya komat kamit tanpa jelas, mamaku langsung berucap

"Hai sayangku, ngapain komat kamit baca Matra kayak dukun gitu, ayo cepat masuk, dah malam!!!".

"Idih.... Mama ini, masak anak gadisnya disamain ama dukun, samainnya sama bidadari kek gitu" ucapku sambil bersandiwara seolah - olah lagi ngambek.

Mama merangkulku dan kami berduapun masuk ke dalam rumah.

Sepeninggal Herri aku langsung masuk kamar, mengganti pakaianku kemudian ambil air wudhu untuk melaksanakan sholat isya. Aku tersenyum - tersenyum sendiri seperti orang gila mengingat magrib tadi aku salat berjamaah dengan Herri, "Mudah - mudahan jodoh" ucapku tanpa sadar.

Selesai sholat isya, aku mengambil Hp ku dari dalam tas, dan aku melompat kegirangan waktu melihat siapa yang mengirimkan SMS, ternyata Herri mengirimin aku SMS.

"Hai non, lagi ngapain?"

"Baru selesai sholat nih..." jawabku.

Kamipun akhirnya saling berbalas SMS.

"Aku belum sholat nih, cz baru sampai"

"Ya udah, sana sholat dulu"

"Makasih y tadi"

"Makasih apa?"

"Karena mau jalan sama aku, dan ajak

aku makan malam juga"

"Sama - sama"

"oke deh, aku sholat dulu y"

"oke.." jawabku mengakhiri percakapan kami via SMS.

Malam semakin larut, tapi aku tidak kunjung bisa memejamkan mata, kejadian demi kejadian yang merekam kebersamaanku dan Herri terus berkelebat dalam ingatanku, seperti sedang menonton sebuah film cuma yang jadi tokohnya cuma aku dan Herri. Aku meraih Hp ku, ingin rasanya aku SMS Herri untuk bertanyak apa yang sedang dia lakukan sekarang, tapi aku ragu dan merasa malu. Masa cewek yang mulai sih. Rasa gelisah dan galau semakin berkecambuk di hatiku, ada apa denganku?

Setelah terjadi perang batin antara sisi baik dan sisi jahat dalam diriku, akhirnya sisi jahatku pun menang, aku memberanikan diri untuk meng SMS Herri terlebih dahulu.

"Hai, lagi apa...?" SMSku.

Aku menunggu balasan dari sebrang sana dengan perasaan harap - harap cemas. Tidak beberapa lama, Herripun menjawab SMSku.

"Lagi nungguin SMS dari kamu"

Aku tersenyum - senyum sendiri seperti orang gila membaca SMS dari Herri.

"Dasar GeRr....."

"GeRr dari mana? ini buktinya. Hehehe..."

"Serius nih, lagi ngapain sih, kok belum tidur?"

"Kamu juga kok belum tidur?"

"Idih, ditanyak kok malah balik nanyak"

"biarin aja"

"Serius nih, lagi ngapain sih...."

"Hehehe... mau tahu aja, atau mau tahu banget?"

"Ya udah deh, aku mau tidur aja"

"Begitu aja ngambek, jangan ngambek donk, y.... plis"

"Makanya jawab donk kalau orang lagi banyak"

"lagi mikirin kamu, sambil ngerjain tugas"

"oh gitu y, jadi kalau ingat aku, berarti ingat tugas dari dosen gitu???" aku tiba - tiba kesal dengan jawaban Herri.

"enggak gitu, cuma kebetulan sekarang aku lagi ngerjain tugas" SMS Herri. Sebenarnya maksud Herri mungkin baik, hendak menjelaskan maksudnya tapi aku sudah terlanjur kesel.

"Ya udah, aku tidur dulu y, dah malam, met kerjakan tugas y", SMSku bernada kesel.

"Ya udah, met tidur y, mimpi indah", itu bunyi SMS Herri dan aku tidak membalas SMS itu. Sepanjang malam aku cuma melihat Hp ku tanpa tahu harus apa. Rasa kantuk tidak kunjung menghampiriku, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.