Malam terasa panjang, jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 8 malam. Masih terbilang sore untuk kembali pulang terutama diIbukota. Jalanan terlihat dipadati kendaraan, Herman mendengus kasar melihat padatnya jalanan. Ia bahkan mematikan mesin mobilnya mengingat sudah hampir 30 menit kendaraannya tidak bergerak maju.
"Hujannya deras sekali"Herman menoleh kesamping melihat istrinya telah terbangun dari tidurnya.
"Kamu sudah bangun?"Ia menoleh kearah Herman, tersenyum kearahnya
"Apa terjadi sesuatu didepan? Kenapa begitu macet"Tanyanya kearah suaminya tersebut.
"Entahlah. Mungkin karena hujan"Balasnya, mengakhiri percakapan singkat mereka
***
"Aku pilih opsi yang kedua, tapi karena kembali ke masalalu itu gak mungkin. I had no choise"Jawab Yuki dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
Waktu jam pulang kantor telah tiba, hampir semua karyawan keluar dari ruangan mereka meskipun ada sebagian dari mereka yang harus bekerja tambahan. Ia merapikan mejanya dari berbagai dokumen sebagian ia masukan kedalam tas.
"Pulang cepat?"Tanya seseorang saat memasuki ruangan pria tersebut. Didepan meja pria itu tertulis nama Rich Farizha Manager Direktur
"Aku harus kesuatu tempat"Balas Rich tanpa melihat orang didepannya.
"Apa kamu akan pergi bersamanya pak?"Godanya. Rich menatap bawahannya yang juga merupakan sahabatnya itu
"Sepertinya aku terlalu memanjakanmu, bagaimana dengan beberapa hukuman"Ucap Rich menaikkan alisnya
"Hahaha.. baiklah aku akan pergi sekarang. Good luck"Ucapnya keluar dari ruangan dengan senyuman menggoda.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam Yuki masih tak bergerak dari tempatnya. Sebagian temannya telah pulang sedari tadi, mungkin saja beberapa dari mereka sudah sampai dirumah.
"Kamu belum pulang?"Tanya seorang wanita menghampiri Yuki dengan dua gelas minuman ditangannya. Yuki menggeleng tanpa melihatnya.
"Tadi kamu memperhatikan jam terus, aku pikir kamu ingin buru-buru pulang"Cibirnya. Yuki masih tak bergeming, ia kembali memainkan penanya dengan mengetukkannya keatas meja.
"Yuki lihat!"Ia menarik tangan Yuki berusaha mendapatkan perhatiannya. Kali ini Yuki memperhatikan wanita itu mengikuti arah pandangnya.
"Itu Profesor Alfa'kan? Perusahaan kita semakin maju semenjak ia bergabung"
"Bukankah itu bagus?"
"Kamu tahu rumor tentang dia. Aku dengar kalo dia sedang mem.."
"Hei, berhentilah bergosip. Daripada kamu gunakan untuk itu sebaiknya kamu bersihkan mejamu"Sindir Yuki melirik meja yang penuh dengan dokumen-dokumen. Wanita itu hanya menatap Yuki malas.
***
Semilir angin sesekali menerpa wajahnya, pria itu mengecek kembali dekorasi yang ia buat. Meja, kursi, makanan dan pakaian yang ia kenakan semua terlihat sempurna. Ia berjalan mendekati pagar pembatas, terlihat dari atas kerlap-kerlip lampu Ibukota yang membuatnya semakin terlihat cantik.
"Perfect night"Ucapnya menampilkan garis lesung pipinya. Setelah memastikan semuanya telah siap, Rich mengambil kunci mobil yang berada diatas meja pergi dari tempat itu untuk menjemput 'wanitanya'.
***
Akhirnya Yuki selesai setelah 30 menit dirinya berkutik dengan makeup. Ia memutuskan untuk tidak kembali kerumah karena waktunya tidak akan cukup. Beruntung ia selalu membawa baju cadangan yang sangat berguna disaat-saat seperti ini.
"Tinggal sentuhan terakhir"Ucap Yuki kepada dirinya sendiri seraya memoleskan liptint kebibirnya
"Cantik. Seperti mama"Lirihnya. Yukipun keluar dari toilet tanpa sengaja ia berpapasan dengan Alfa, karena terlalu sibuk dengan dunianya masing-masing merekapun saling bertabrakan. Kertas-kertas yang dibawa Alfa beterbangan kemana-mana.
"Maaf Prof, saya tidak sengaja"Ucap Yuki mencoba mengambil kertas-kertas yang berserakan
"Tidak apa-apa, saya yang salah. Saya tidak memperhatikan jalan"
Yuki berusahan mengumpulkan kertas yang terdekat darinya, sekilas ia membaca Return Machine. Belum sempat Yuki bertanya Alfa telah terlebih dahulu pergi meninggalkannya.
"Kembali ke masalalu itu adalah sesuatu yang mustahil Prof"
"Sebelum Neil Amstrong sampai kebulan, semua orang mengatakan 'mustahil, tidak mungkin' tapi lihat apa yang terjadi dia berhaasil membuktikannya"Balas Alfa
Samar-samar Yuki mendengar pembicaraan Alfa dengan seorang wanita
"Tapi itu berbeda konteks Prof, bagaimana bisa seseorang kembali ke masalalu melalui sebuah mesin?"Ucap wanita itu sengit
"Kita tidak akan pernah tahu jika kita belum mencobanya. Lagipula saya membutuhkan seorang yang bersedia untuk melakukan perjalanan ini"Balas Alfa sebelum ia meninggalkan ruangan tersebut.
Tertarik dengan pembicaraan singkat yang ia dengar, Yuki menghampiri Alfa yang berjalan keruangannya.
"Profesor!"Alfa menoleh kearah Yuki dengan garis kerut didahinya
"Kamu.."
"Perkenalkan saya Yuki dari bagian Black Box Testing*"Ucap Yuki menyela. Alfa tersenyum melihat Yuki, menunggu kalimat selanjutnya dari wanita tersebut.
"Saya bersedia menjadi relawan. Saya ingin kembali ke masalalu"Ucap Yuki tanpa ragu.