Memory Alexa kembali terlempar pada kejadian 13 tahun yang lalu, saat dirinya masih berumur 5 tahun. Pada saat itu dengan mata kepalanya sendiri ia melihat pembunuhan yang papanya lakukan.
Suara letusan pistol, bayangan sang papa yang telah membunuh banyak orang pistol miliknya sedang menari-nari di kepala Alexa. Juga saat Alexa diculik dan hampir dibunuh oleh musuh sang papa, rupanya menjadi trauma yang berkepanjangan baginya.
Alexa terlihat sangat ketakutan setiap mendengar suara letusan pistol, memang sangat manusiawi karena Alexa hanyalah manusia biasa yang punya rasa takut di dalam hatinya.
Alexa!"
Daniel dan Indra berteriak bersamaan. Daniel segera berlari mendekati Alexa yang sedang menangis ketakutan sambil menutup kedua telinganya dengan tangan yang gemetar.
"Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa, 'kan?"
Mata, hidung serta wajah Alexa merah, air matanya terus mengalir dari pelupuk matanya. Daniel memperhatikan wajah Alexa yang terlihat ketakutan tersebut lalu menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
"Jangan takut! Ada kak Daniel di sini yang akan selalu menjagamu," ucap Daniel lalu memapah tubuh Alexa yang masih gemetaran untuk berdiri.
Tapi, pandangan mata Alexa seketika menjadi gelap dan gadis itu pun tidak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian ....
Tubuh Alexa tiba-tiba tersentak kaget, matanya gadis itu juga terbuka namun tubuhnya masih menggigil, raut wajahnya masih terlihat ketakutan.
"Alexa! Kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Daniel dengan raut wajah penuh kecemasan.
Alexa menatap nanar di setiap sudut ruangan seraya memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing sekaligus berdenyut.
"Alexa! Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?" tanya Harri yang juga berada di kamar Alexa.
"Alah! Itu pasti akal-akalan Alexa saja untuk mencari perhatian, atau dia hanya ingin menghindari pertandingan saja karena takut melawanku." lagi, Shella hanya bisa berbicara omong kosong untuk menyerang Alexa yang benar-benar sedang tidak berdaya.
"Shella! Tutup mulut kamu! Jangan buat papa marah karena omong kosongmu," bentak Harri yang membuat putrinya itu semakin kesal.
Shella mendengus kesal. "Kenapa papa malah membela Alexa, sih? Putri papa 'kan Shella, bukan Alexa!"
"Shella! Alexa sedang sakit, tidak bisakah kamu bersimpati kepadanya?"
"Tapi, Pa–"
Harri yang sudah jengah karena kelakuan sang putri seketika melotot ke arah Shella sebagai balasan atas ketidaksopanan yang ditunjukkan oleh Shella terhadap tamu kehormatannya. Gadis itu pun menghentakkan kakinya kesal lalu segera pergi keluar dari kamar Alexa entah kemana.
"Minum dulu, Lex." dengan penuh perhatian, Daniel membantu Alexa duduk dan membantu gadis itu minum.
"Alexa, apa perlu om Harri panggilkan dokter?" tawar Harri yang juga ikutan cemas.
Alexa menggeleng pelan saat ini bibirnya tidak mampu berkata-kata lagi, kemudian ia kembali berbaring di ranjang.
Dari tadi Indra hanya terdiam, lelaki itu masih ingat betul penyebab sang putri mengalami trauma yang mendalam seperti ini. Ya, ini semua karena kesalahannya sendiri.
Indra adalah orang yang menyebabkan trauma pada Alexa, dan Indra pula yang menyebabkan Alexa selalu menjerit setiap malam karena mimpi buruk yang dialami putrinya selama 13 tahun terakhir.
"Om Indra dan tuan Harri sebaiknya beristirahat saja, biar Daniel yang menemani Alexa di sini," pinta Daniel yang direspon dengan anggukan setuju oleh Indra dan Harri.
"Tolong jaga Alexa," pinta Indra seraya menepuk bahu Daniel pelan, lalu ia keluar bersama-sama dengan Harri.
Daniel memeras handuk kecil yang sebelumnya ia basahi dengan air dingin, lalu ia mengompres dahi Alexa yang sedang demam tinggi. Tubuh gadis itu menggigil, tangannya terasa sangat dingin bagai es dan yang bisa Daniel lakukan saat ini hanyalah menyelimuti tubuh kekasihnya itu dengan selimut tebal agar terasa hangat.
Pria yang kini memakai kaus berlengan panjang warna biru gelap itu dengan penuh perhatian menjaga dan merawat Alexa ketika gadis itu tertidur.
Daniel menatap lekat-lekat wajah Alexa, ia lalu menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi wajah cantik Alexa. Dengan tangannya Daniel mengelus lembut pipi mulus Alexa lalu mengecup kening gadis itu.
"Kenapa semesta begitu kejam terhadapku dengan menghadirkanmu ke dunia ini sebagai putri dari seorang lelaki yang telah membunuh Papaku," lirih Daniel.
"Bukankah aku terlihat seperti serigala bodoh yang telah jatuh cinta kepada anak domba sepertimu, yang seharusnya menjadi mangsaku?"
Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Alexa, pria itu kemudian menempelkan dahinya ke wajah Alexa, sehingga ia bisa merasakan hembusan napas Alexa menerpa wajahnya.
Hari demi hari berlalu dan rasa cinta Daniel kepada Alexa juga semakin tumbuh membesar dan membuat Daniel tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya.
Sedangkan di tempat lain ...
"ALEXA! ALEXA! SELALU SAJA ALEXA!!"
Shella berteriak dengan penuh kemarahan dengan mengobrak-abrik jerami yang digunakan sebagai makanan semua kuda peliharaan papanya.
"Kenapa selalu saja Alexa! Bahkan papa sekarang juga memihak Alexa dari pada aku!"
"Aku benci Alexa! Aku benci Alexa!!"
Napas Shella memburu, sesekali ia melanjutkan mengobrak-abrik jerami hingga berserakan dimana-mana.
Setelah lelah, Shella menjatuhkan tubuhnya di atas tumpukan jerami yang tersisa dan meratapi ketidakmampuannya untuk merebut Daniel dari pelukan musuhnya–Alexa.
Obsesi Shella yang begitu besar terhadap Daniel telah membutakan mata dan hatinya.
"Aku harus merebut Daniel! Apapun caranya akan aku tempuh untuk merebut Daniel dari pelukan Alexa, lihat saja nanti."
"Kalau perlu, aku akan menyingkirkan Alexa dari muka bumi ini, agar aku bisa mendapatkan cinta Daniel sepenuhnya." sorot mata Shella terlihat sangat tajam dan penuh dendam.
Kali ini tidak akan ada satu pun orang yang bisa menghalanginya, kalau ia sudah berkehendak maka tidak akan ada satu orang pun yang bisa menghentikannya. Karena Shella telah jatuh cinta kepada Daniel saat pertama kali ia menatap wajah pria itu di pesta.
Tapi ... kenapa Shella begitu terobsesi kepada Daniel? Padahal Shella bertemu dengan Daniel baru sebentar.
***
Hari sudah semakin gelap, hawa dingin pegunungan semakin menusuk kulit hingga tulang. Daniel yang baru selesai mandi, mengenakan kaus ketat warna merah yang kemudian ia lapisi dengan jaket berwarna hitam yang menutupi lengan kekarnya.
Wajah Daniel terlihat sangat tampan dan modis, tak heran kenapa banyak sekali perempuan yang tergila-gila kepadanya dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan cintanya, termasuk Shella, tapi sayangnya Daniel telah menjatuhkan pilihannya kepada Alexa.
Saat ia keluar dari kamar yang kebetulan juga ia berpapasan dengan Indra yang juga baru keluar dari kamarnya.
"Om Indra," panggil Daniel dan membuat Indra seketika menghentikan langkahnya. "Om Indra mau kemana?" tanyanya kemudian.
"Om mau ke kamar Alexa untuk melihat keadaannya," jawab Indra.
"Bagaimana kalau kita bersama-sama? Kebetulan Daniel juga mau ke sana," ucap Daniel.
Indra mengangguk perlahan, keduanya pun berjalan beriringan menuju ke kamar Alexa. Namun, betapa terkejutnya Daniel dan juga Indra saat mengetahui kamar Alexa sudah kosong. Alexa yang tadinya sedang tertidur pulas kini telah menghilang.
Dimana Alexa? Kemanakah gadis itu pergi?
Daniel dan Indra kembali mencari-cari keberadaan Alexa, namun bukan hanya Alexa saja yang menghilang saat ini. Ternyata Shella juga sedang menghilang, sehingga Harri pun mengerahkan anak buahnya untuk mencari Shella ke setiap sudut Villa.
"Ada apa Harri? Apa yang sedang terjadi?" tanya Indra kepada Harri yang juga terlihat sangat panik.
"Shella ... Shella menghilang sejak tadi sore, aku tidak bisa menemukan keberadaannya." ekspresi wajah Harri nampak sangat cemas.
"Alexa juga menghilang," timpal Indra.
"Apa?! Apa kamu yakin? Apa kamu sudah memeriksanya di kamar?" Harri balik bertanya dan memastikan.
Indra mengangguk cepat sebagai tanggapan atas pertanyaan Harri.
"Apakah Alexa dan Shella sedang bersama-sama? Bagaimana mungkin mereka bisa menghilang bersamaan seperti ini?" tanya Daniel.
Indra dan Harri saling memandang.
"Bisa jadi," ucap Indra.
"Tapi ... Alexa dan Shella saling bermusuhan, apa yang sedang mereka lakukan kalau saat ini memang sedang bersama?" tanya Daniel.
Berbagai asumsi buruk langsung menghinggapi pikiran Daniel, Indra dan juga Harri. Bayangan kedua gadis yang bagai kucing dan tikus saat keduanya dipertemukan itu sukses membuat kecemasan ketiga lelaki terhormat tersebut memberontak dan ingin sesegera mungkin menemukan Alexa dan Shella agar tidak terjadi kejadian yang buruk.
"Bagaimana kalau kita cari bersama-sama," ajak Indra kepada Daniel dan Harri yang disambut anggukan cepat dari kedua pria beda generasi itu.
Ketiga lelaki itu bersama-sama dan saling bahu membahu mencari keberadaan Alexa dan Shella, mereka berteriak memanggil nama kedua gadis yang sedang menghilang saat ini.
Kini Daniel dan yang lainnya sedang mencari di sekitar kandang kuda, dan tiba-tiba langkah kaki Daniel, Indra dan Harri seketika terhenti saat mendengar suara keributan dari dalam kandang kuda tersebut lalu ketiga orang tersebut berjalan mendekati kandang kuda dan mendengarkan pembicaraan antara Alexa dan Shella secara diam-diam.
Hanya dengan menguping diam-diam, ketiga lelaki itu nantinya bisa tahu pembicaraan kedua gadis remaja itu.
"Tutup mulutmu, Shella!" bentak Alexa kasar sambil menunjuk muka Shella yang kini berada dihadapannya. "Aku sudah tidak bisa bersabar lagi denganmu." imbuhnya.
"Lalu? Kamu mau apa, hah! Cepat katakan kepadaku! Asal kamu tahu, aku tidak akan pernah menyerah untuk merebut Daniel dari pelukanmu, Alexa Prayoga!"
"Termasuk dengan cara licik dan kotormu itu? Iya? Kamu pikir aku tidak tahu, siapa pelaku yang sudah mencelakaiku dengan mendorongku dari tangga? Aku tahu siapa pelakunya," ucap Alexa marah yang disambut dengan senyuman sinis Shella.
"Itu kamu, Shella! Kamu yang sudah berusaha mencelakaiku dengan mendorongku dari tangga! Kamu melakukan ini semua karena ingin menyingkirkanku, demi merebut kak Daniel dari sisiku!"
Sontak ... Daniel, Indra dan Harri sangat terkejut mendengar pengakuan Alexa.
To be continued.