webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · Urbano
Classificações insuficientes
264 Chs

Bab 16. Percobaan pembunuhan terhadap Alexa part 1

Drrrttt drrttt ....

Handphone Daniel bergetar, mata Daniel melirik sekilas ke layar Handphone untuk melihat siapa yang sedang meneleponnya. Pria itu langsung menghentikan mobilnya tepat di pinggir jalan setelah tahu yang meneleponnya adalah Indra.

"Daniel, kamu sekarang ada di mana?" terdengar suara Indra saat Daniel mengangkat teleponnya.

"Daniel sedang di jalan, Om. Ada janji dengan teman," jawab Daniel.

"Apa kamu sedang bersama Alexa?" tanya Indra.

"Daniel sendirian, Om. Memangnya ada apa dengan Alexa, Om?"

"Alexa menghilang!" jawab Indra.

"Apa? Alexa hilang?!" pekik Daniel.

"Tolong bantu Om Indra untuk mencari Alexa," pinta Indra.

"Baik, Om. Daniel mengerti!" telepon ditutup.

Daniel bergegas menjalankan mobilnya dan mencari keberadaan Alexa di sepanjang jalan. Wajah Daniel terlihat sangat khawatir, ia bahkan menelepon Rian dan menyuruhnya untuk mencari Alexa.

Ckiiiittt!!

Daniel menginjak Rem dengan kasar. Pria itu terlalu sibuk memperhatikan jalanan dan tidak sadar kalau lampu lalu-lintas telah berubah menjadi merah.

JDUKKK!!

"Aaawww!! Sakiiit!!"

Suara teriakan seorang wanita terdengar dari kursi belakang. Daniel terkejut, pria itu langsung menoleh ke belakang. Betapa kagetnya ia saat melihat kepala manusia berambut panjang tiba-tiba menyembul tepat di hadapannya.

"Hey .... Kira-kira dong kalau mau nginjek rem! Sakit, nie!!" omel Alexa sambil mengelus kepalanya yang terasa sakit.

Daniel mengelus dadanya yang berdebar. "Astagaa!! Alexa!! Bikin kaget aja! Kamu ngapain sembunyi di belakang mobil?!"

"Uh ...." Alexa memutar otak untuk mencari alasan. "Jalan! Itu lampunya sudah berubah jadi hijau." Alexa menunjuk ke arah lampu yang sudah berubah menjadi hijau.

Daniel segera menjalankan mobilnya, pria itu mencari tempat yang aman lalu ia menepikan mobilnya.

"Sejak kapan kamu bersembunyi di dalam mobilku? Apa kamu tahu, kalau orang-orang di rumah sangat panik. Karena kamu tiba-tiba menghilang?!"

Alexa hanya tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya. Wajah gadis itu terlihat santai dan seperti tidak punya dosa.

Alexa mendorong bahu Daniel ke samping. "Awas! Alexa mau pindah ke depan!" gadis itu berpindah dari kursi belakang menerobos ke kursi depan dan langsung duduk manis seraya mengenakan sabuk pengaman.

Daniel menatap kesal ke arah Alexa. "Alexa! Sekarang bukan waktunya untuk bermain-main! Banyak orang jahat di luar, kalau terjadi sesuatu denganmu, bagaimana?!"

Omelan Daniel memang beralasan mengingat Alexa kini sedang menjadi target pamannya. Daniel benar-benar sangat khawatir dari wajahnya saja sudah terlihat dengan jelas.

Alexa merasa bersalah, gadis itu menunduk. "Aku tahu itu, tapi ... tidak ada seorang pun yang bisa mengerti aku. Aku hanya ingin menghirup udara segar, sejak oma meninggal. Aku selalu merasa kesepian dan selalu diperlakukan seperti tahanan. Aku bahkan sudah lupa bagaimana rasanya hidup bebas. Kalau hidup begini terus, aku bisa gila," jelas Alexa.

Daniel menghela napas panjang, ia merasa iba dengan keadaan Alexa. "Terus .... Kamu mau pergi ke mana sekarang?" tanya Daniel.

"Apa?" tanya Alexa.

"Aku tadi tanya, kamu mau pergi ke mana? Aku akan mengantarmu." Daniel mengulangi ucapannya, tapi kali ini nada suara Daniel terdengar lembut.

"Benarkah?" tanya Alexa dengan muka berseri.

Daniel mengangguk pelan.

Alexa berpikir sejenak. "Aku mau ke taman," ucap Alexa.

"Taman?" Daniel mengulangi perkataan Alexa.

Alexa mengangguk semangat ....

Daniel mengangguk. "Baiklah," ucap Daniel tanpa membantah, pria itu lalu mengemudikan mobilnya menuju ke taman.

Sesampainya di taman, Alexa terlihat sangat senang dan matanya berbinar.

Alexa menunjuk ke area bermain anak-anak. "Ayo, kita main di sana." Alexa meraih tangan Daniel lalu menarik tangan pria itu menuju ke area bermain.

Alexa langsung duduk di atas ayunan, gadis itu terlihat sangat senang. Akan tetapi, ekspresi Daniel terlihat sebaliknya. Pria itu merasa sangat gelisah sambil terus memegang handphone.

"Alexa ... aku mau menelepon temanku dulu, tunggu di sini! Jangan kemana-mana!" ucap Daniel.

Alexa mengangguk cepat. "Iya, baiklah," ucapnya.

Setelah berpamitan, Daniel berjalan agak menjauh agar Alexa tidak bisa mendengar percakapannya. Daniel terus mengawasi Alexa dari jarak yang tidak seberapa jauh, Ia sedang menelepon Arkana pria bertopi yang ia temui tempo hari.

Daniel memberi kabar kalau ia tidak bisa datang ke tempat yang telah mereka sepakati, jadi Daniel mengatur ulang waktu untuk bertemu keesokan harinya.

Setelah menelepon Arkana, Daniel langsung menelepon Indra. Daniel memberi kabar kepada Indra kalau Alexa sedang bersama dirinya, ia juga memberitahu dimana posisi mereka saat ini supaya Indra tidak terlalu khawatir. Selesai menelepon, Daniel segera memasukkan Handphone-nya ke dalam saku celana. Pria itu berjalan mendekat ke arah Alexa.

"Sudah selesai meneleponnya?" tanya Alexa.

Daniel mengangguk mengiyakan lalu ia duduk di ayunan tepat di samping Alexa. Perasaan Daniel tidak tenang, mata pria itu terus saja mengawasi situasi di sekitar taman.

"Lex ... bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Daniel.

Alexa mengangguk cepat ....

"Kenapa kamu tidak terlihat bahagia saat papamu mengatakan ingin menjadikanmu seorang pewaris tunggal kekayaannya? Bukankah kamu seharusnya senang? Kamu bisa hidup bergelimang harta tanpa takut hidup susah," tanya Daniel penasaran.

Alexa berhenti mengayunkan kakinya, wajahnya terlihat murung. "Karena papaku hanya menginginkan seorang pewaris. Sedangkan ku hanya ingin kebebasan! Aku hanya ingin menemukan impian yang benar-benar ingin aku perjuangkan! Aku tidak takut hidup susah karena hal yang paling menakutkan buatku adalah, kegagalan!"

Daniel mengernyit. "Maksudnya?"

"iya ... aku takut gagal dalam memperjuangkan Impian dan juga cintaku, itulah ketakutan terbesarku!" Alexa mengungkapkan isi hatinya.

Daniel menatap ke atas langit sambil tersenyum. "Impian dan Cinta, bisa kamu dapatkan hanya dengan perjuangan! Bukankah itu adalah pesan dari mendiang nenekmu sebelum beliau meninggal?" Daniel mengulangi pesan terakhir nenek Alexa.

Alexa menatap wajah Daniel dalam-dalam ....

"Memang tidak mudah untuk mengalahkan seseorang yang hebat seperti Indra Prayoga, tapi aku yakin kalau kamu pasti bisa! Yang harus kamu lakukan pertama adalah menemukan impianmu kemudian berjuang! Bukankah begitu?" ucap Daniel.

Alexa terdiam, ia menatap lurus sambil memikirkan ucapan Daniel yang terdengar masuk akal.

"Percayalah kepadaku! Kamu akan bisa mendapatkan Impian dan cintamu tanpa harus memilih salah satu dari kedua pilihan tersebut," ucap Daniel.

Daniel berdiri dari ayunan, ia mengulurkan tangannya ke Alexa. Awalnya gadis itu terlihat ragu untuk menyambut uluran tangan Daniel. Namun, ketulusan hati Daniel membuat Alexa menjadi yakin.

Alexa tersenyum, lalu ia menyambut uluran tangan Daniel, gadis itu menggenggam tangan Daniel dengan erat dan memilih untuk mempercayai Daniel.

"Ayo kita pulang," ajak Daniel sambil menggandeng tangan Alexa erat menuju ke mobil dan membukakan pintu mobil untuk Alexa.

Sesampainya di rumah ....

Alexa melihat papanya sedang duduk di sofa dan wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi. Sangat menakutkan! Pikir Alexa.

"Alexa!! Kamu sudah pulang?! Masuk ke kamarmu sekarang!" tanpa menoleh dan bertanya macam-macam, Indra menyuruh Alexa masuk ke kamarnya.

Alexa merasa heran, tumben sekali papanya tidak marah dan malah menyuruhnya langsung masuk ke dalam kamar. Tanpa banyak berpikir, Alexa segera berlari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.

****

PLAK!!

Roger menampar pipi Daniel sangat keras. Pipi Daniel merah dan terasa sangat panas, sudut bibir Daniel mengeluarkan darah segar. Roger terlihat sangat emosi, lelaki itu menumpahkan semua emosinya kepada Daniel.

"TIDAK BERGUNA!! Kalau kamu tidak becus membalas dendam kepada keluarga Indra Prayoga! Paman sendiri yang akan membantai habis keluarga Indra!" bentak Roger penuh amarah.

"Daniel sudah bilang, kalau Daniel tidak mau menyakiti orang-orang yang tidak bersalah! Putri Indra tidak ada sangkut pautnya dengan kematian ayah! Jadi Daniel minta, jangan pernah menyentuh Alexa!" Daniel menatap mata Roger, pria itu berharap agar pamannya tidak melibatkan Alexa.

Roger tertawa lantang. "Apa kamu mau melawanku?! Apa kau mencoba untuk menghentikan aku?" Roger kembali tertawa lantang. "Jangan pernah bermimpi, Daniel!" Roger menepuk-nepuk pipi Daniel dengan kasar.

Tapi, Daniel hanya diam. Ia tidak melawan.

"Kamu atau Indra sekali pun, tidak akan pernah bisa menghentikan rencana balas dendamku!! Ingat itu baik-baik! Sekarang, pergilah! Aku tidak mau mendengar omong kosongmu!" Roger membuang muka, lelaki itu tidak mau memandang wajah Daniel.

Tanpa berkata apa-apa, Daniel segera pergi meninggalkan Roger.

Di sisi lain ....

Bel pulang sekolah berbunyi, artinya kegiatan belajar dan mengajar sudah selesai.

"Sekian untuk pelajaran hari ini, ibu harap kalian bisa belajar lebih giat karena sebentar lagi kalian akan menghadapi ujian! Selamat siang," pesan Hana lalu pergi meninggalkan kelas.

Alexa segera merapihkan semua bukunya yang berada di atas meja dan mengecek semua barang-barang miliknya supaya tidak ada yang ketinggalan. Melly–teman Alexa berjalan mendekat ke meja Alexa, gadis itu berdiri di depan Alexa.

"Lex .... Nge-mall, yuk?" ajak Melly tiba-tiba. "Banyak tas branded lagi di obral, barangnya bagus-bagus, loh" Melly mengiming-iming Alexa.

"Sorry, Mell. Aku nggak bisa, papaku bisa ngamuk kalau aku pulang telat," tolak Alexa.

"Sebentar aja, kok! Ayo dong, Lex!" Melly memaksa.

"Lain kali aja, ya." ucap Alexa sambil tersenyum.

"Beneran, loh. Lain kali kita ke mall bareng-bareng," ucap Melly.

" Iya ... oh iya. Aku pulang dulu, ya." Pamit Alexa segera pergi meninggalkan kelas.

Gadis itu berjalan menuju ke loker untuk menyimpan buku-buku pelajarannya. Setelah itu Alexa berjalan menuju ke tempat parkir mobil diikuti oleh pengawalnya dari belakang.

Alexa mengeluarkan handphone dari dalam tasnya, gadis itu memeriksa semua pesan masuk lalu ia menghapus pesan yang tidak penting. setelah berhasil membantu papanya memenangkan tender. Indra mengembalikan Handphone Alexa, pria itu juga membelikan handphone keluaran terbaru sebagai hadiah karena telah membantunya.

Handphone Alexa tiba-tiba bergetar. Seperti biasa, Indra selalu menelepon Alexa saat jam pulang sekolah. Pria itu ingin memastikan kalau putrinya tidak keluyuran dan menyuruh Alexa untuk langsung pulang ke rumah.

"Halo, Pa." Alexa menjawab teleponnya.

"Kamu di mana sekarang?" tanya Indra.

"Alexa sedang di jalan, Pa." jawabnya.

"Baiklah kalau begitu, langsung pulang ke rumah! Jangan pergi kemana-mana," suruh Indra.

"Iya, Pa." Alexa menurut.

"Kita sedang diikuti! Ada mobil mencurigakan yang mengikuti kita dari arah belakang!" ucap salah seorang pengawal seraya mengawasi dari spion mobil.

Alexa terdiam.

"Apa!!" seorang pengawal yang duduk di samping Alexa menoleh ke belakang.

"Hati-hati! Lewat jalan yang ramai, jangan di jalan yang sepi!" instruksi pengawal di sebelah Alexa.

Alexa menoleh ke belakang untuk melihat mobil yang sedang mengikuti di belakang, gadis itu tidak sadar teleponnya masih tersambung dengan sang papa.

Mobil yang ditumpangi Alexa melaju kencang mencoba mencari jalan yang agak ramai. Tapi tiba-tiba ada pengendara motor yang melempar kaca depan mobil Alexa dengan cairan hitam pekat sehingga mobil menjadi oleng.

Pengawal Alexa yang sedang menyetir mobil langsung menginjak rem mobil dengan kasar.

"AWAS!! LINDUNGI NONA ALEXA!!" teriak sang pengawal.

"AAAAKKHH!" Alexa berteriak.

Ckiiiit!! BRAAKK!!

Mobil berhenti setelah menghantam pohon, handphone Alexa terlempar ke depan. Salah satu pengawal Alexa yang menyetir mobil tidak sadarkan diri.

Sedangkan pengawal satunya lagi dengan sigap melindungi Alexa dengan memeluknya erat-erat, meskipun terluka. Tapi untungnya tidak terlalu parah dan mereka berdua masih dalam kondisi sadar.

"Nona tidak apa-apa, 'kan?" tanya sang pengawal kepada Alexa.

Alexa mengangguk pelan.

Para penjahat yang mengikuti mobil Alexa langsung keluar dari mobil, total ada 5 orang. Mereka berjalan menghampiri mobil Alexa dengan membawa senjata.

"Nona bisa berlari, 'kan? Kita harus segera pergi dari sini!" instruksi pengawal Alexa.

"Tapi .... Kita tidak bisa meninggalkannya?!" Alexa menunjuk kepada pengawal yang tidak sadarkan diri.

"Dia akan baik-baik saja! Karena target mereka adalah Nona Alexa," ucap sang pengawal.

"Apa pun yang terjadi, jangan pernah menoleh ke belakang! Mengerti!"

Alexa mengangguk cepat.

Alexa dan pengawalnya membuka pintu mobil dan bergegas keluar. Pengawal itu menggenggam erat tangan Alexa dan menariknya. Keduanya berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri, akan tetapi para penjahat itu malah mengejar Alexa dengan membawa senjata tajam.

"Cepat! Kejar mereka!" para penjahat itu berteriak dan terus mengejar dari arah belakang

"Jangan menoleh ke belakang!!" teriak sang pengawal.

Tangan penjahat itu berhasil meraih baju seragam Alexa.

"Akkkkkhh!!" teriak Alexa.

To be continue