webnovel

Bagian 1

Kringggggggg....

Aku berusaga membuka mataku perlahan, mengerjapkannya menyesuaikan cahaya yang masuk dari jendela yang berada tepat di samping ranjangku. Tatapan mataku lama tertuju pada jendela itu. Perlahanku kuasai diriku, beranjak dari tempat tidur dan menuju meja belajarku.

"Dimana buku tulis itu?" gumamku sendiri mencari buku tulis yang biasanya ku gunakan untuk membuktikan sesuatu yang berputar di dalam otak konyolku. Akhirnya ku temukan juga. Tapi tunggu apa ini? Buku Novel? Tanganku membuka perlahan buku itu, terlihatlah bagian awal dalam cerita itu.

"KEBO UDAH BANGUN BELUM?!" suara gedoran pintu kamar yang membuatku terkejut.

"Udah kok bang, ini lagi mau mandi. Babang kangen sama Mona?" sahutku terkikik geli di akhir sahutan yang kuberikan untuk menjawab abangku, Abay.

"Amit-amit jabang bayi! Ditunggu Bunda di meja makan noh, cepetan. Bunda mau ngantor juga soalnya." aku segera menyelesaikan beberapa kekusutan pikiran yang ada dalam otak pagiku. Terbukalah buku tugas fisika dan ku coba untuk menyelesaikannya sendiri. Pengsil kecilku beradu ganas dengan kertas bersih tak berdosa.

"Ah lagi-lagi zonk.Sudahlah  Mona, sekarang mandi dan bersiap datang ke sekolah barumu. Abang Abaymu pasti sudah cemberut menanti tuan putri pemalas ini, Semangat 45!"

OooO

Harum. Pikirku pertama kalai ketika mencapai anak tangga terakhir lantai dasar. Hari ini sepi sekali, pikirku sembari mengamati penjuru rumah bernuansa Jawa. Ya, rumahku bernuansa Jawa pada lantai dasarnya. Sesuai permintaan ibu negara, Bunda, lantai dasar rumah kami disulap yang awalnya rumah bergaya minimalis menjadi rumah bergaya klasik.

"Selamat pagi Bunda," sapaku mencium pipi kanan wanita cantik ketika telah sampai ke meja makan yang berada berhadapan dengan dapur mini di balik tangga. Terlihat Bunda sedang memakan sarapannya dengan setia membaca berkas di samping piringnya. Bundaku adalah wanita karir. Beliau adalah sekertaris dari Ayahku, Panji Admaja. Bundaku itu sebelas dua belas sama seperti iblis bertampang malaikat (Maafkan Mona Bunda sudah berkata demikian. Namun itu benar adanya wkwkwk... Piss). Bunda sangat menghargai waktu dan sangat membenci kebohongan.

"Pagi Ayah," kecupan manis mendarat telak di pipi ayahku. Kini ayahku bukan hanya pahlawan melainkan hidupku. Ayah adalah segalanya di hidupku. Dulu Ayahlah yang sangat menyayangiku, berbalik dengan bunda yang sangat menyayangi abangku, Abang Abay, meskipun sama aja sih beliau juga menyayangiku. Namun Ayah nomor satu titik.

"Pagi gorila," kali ini sengaja kukecup abangku tepat di samping bibirnya. Sengaja memang, abangku ini sangat tidak suka kalau aku mencium wajahnya. Lihat beberapa detik lagi dia pasti akan berteriak memanggil Bunda. Dasar tukang halu! Abangku seorang penulis dari salah satu penerbitan terkenal di indonesia, mungkin sih aku nggak perduli sama abangku wkwkwk.

"Bundaaa! Adek cium-cium abang di bibibir bun. Abang jijik Bundaa!" tuh kan benar. Aku tertawa melihat sikap manja abangku terhadap bunda.

"Adek, duduk di bangku kamu! Kasihan abangmu kalau sampai terlambat sekolah. Bisa repot Bundamu ini kalau sampai abangmu terlambat sekolah." Bunda menyudahi pertengkaran antara aku dan Bang Abay. Memang bunda sangat menyayangi Abang Abay. Namun dapat ku rasakan Bunda juga tak kalah menyayangiku. Sarapanpun berlanjut dengan lelucon yang di berikan Bang Bian serta cerita Bunda maupun ayah mengenai saham perusahaan yang kurang ku pahami.

Hampir saja lupa, perkenalkan namaku Mona, Mona Panji Admaja, anak kedua dari dua bersaudara. Cowok cool tapi manja di sampingku adalah abangku, Abay Panji Admaja, anak pertama dari Bapak Panji Admaja dan Ibu Tias Admaja, alias abangku. Aku baru pindah ke kota ini. Awalnya aku tinggal bersama nenek. Namun nenek kini telah tiada jadi, disinilah aku. Bersama keluargaku. Bukan Ayah dan Bunda tak mengharapkan aku hadir. Namun nenek sangat menyayangiku kala itu. Cucu perempuan satu-satunya. Hingga kekayaan yang awalnya atas nama nenek berpindah menjadi atas namaku. Ya, aku bukanlah remaja seperti kebanyakan teman-temanku. Kini aku memiliki tanggung jawab besar, sebuah perusahaan yang besar milik almarhumah nenekku. Sebelum aku lulus sekolah dan mendapat gelar sarjanah, perusahaan akan diambil alih sementara oloh Bundaku. Selamat menikmati kisah hari-hari membosankan miliku kawan.

OooO