Dia melukai Nian Lie. Ning Qing benar-benar… telah melukainya.
Pikiran Ning Qing dipenuhi dengan tatapan mata Nian Lie barusan. Tidak ada jejak cahaya di matanya yang gelap. Matanya penuh dengan kesedihan, cinta, dan rasa sakit.
Angin di sebelah telinganya terasa sangat dingin. Terasa menusuk tubuhnya sampai ke inti.
Saat kesadarannya sudah kembali, entah sudah seberapa jauh dia berlari.
"Ada apa dengan orang ini? Kenapa banyak sekali darah di tubuhnya?"
"Apa dia dipukuli, atau dia membunuh seseorang? Ckck, menakutkan sekali."
"..."
Suara orang yang lewat dan menunjuk-nunjuknya datang dari sampingnya. Ning Qing menundukkan kepalanya dia menemukan bahwa luka di kakinya telah terbuka dan darah mengalir dari kain kasa. Dia gemetar dan menyentuh cairan di sebelah matanya. Warnanya sangat merah.
Ning Qing menutup matanya dia sudah tidak tahan. Akhirnya dia merosot di sisi jalan.
Beberapa menit kemudian, dia bisa menenangkan diri. Melihat keadaannya yang menyedihkan, Ning Qing tersenyum sedih. Dia tidak membawa ponsel dan juga tidak membawa uang satu peser pun.
Di kota sebesar kota Yan ini. Dia tidak tahu ke mana dia harus pergi. Kembali ke rumah keluarga Ning? Dia baru saja bertengkar dengan orang tuanya pagi ini.
Kembali ke… Yunjing nomor satu? Tidak, dia tidak bisa kembali.
Dia… bagaimana dia bisa menghadapi wanita semengerikan itu?
Luka di tubuhnya terasa sangat sakit. Ning Qing memperlambat langkahnya dan berdiri sambil memegang tiang telepon.
Sebuah mobil berhenti di depannya. Seluruh tubuh Ning Qing sekaku mayat. Ketika jendela mobil diturunkan di bawah tatapannya yang ketakutan, ternyata orang yang dia lihat bukan orang yang dia pikir.
Wajah pria itu tampan dan matanya seperti bintang. Ekspresi wajahnya lembut dan tenang, kelembutan di matanya membuat Ning Qing merasa sedikit familiar.
Matanya menatapnya, kemudian ketika dia bisa melihat wajahnya dengan jelas, mata coklatnya tiba-tiba menyala.
"Qingqing?"
Ning Qing tercengang.
Pria itu dengan cepat membuka pintu kemudian memegang pergelangan tangannya, "Apa yang terjadi? Bagaimana kamu bisa dalam keadaan seperti ini?"
Ning Qing tiba-tiba menarik tangannya ke belakang. Dia menatapnya dari atas ke bawah, akhirnya berkata, "Kamu salah orang, aku tidak mengenalmu."
Pria itu tidak marah, hanya terlihat tidak berdaya. "Nona kecil keluarga Ning, apa kamu sudah melupakan aku?"
Ning Qing menghentikan gerakan langkahnya, kemudian dia berbalik menatapnya dengan terkejut.
"Kamu… kak Sichen?" Yan Sichen tersenyum lembut, "Ya, ini aku."
Ning Qing menatap pria hangat dengan setelan putih itu, tiba-tiba rasa pahit langsung muncul di dadanya.
Dia dengan cepat menutupinya dan memaksakan senyuman, "Kapan kamu kembali?"
"Aku kembali belum lama ini. Dan aku masih belum terbiasa dengan semuanya, jadi aku di rumah menemani para tetua beberapa hari ini." Yan Sichen melepaskan jaketnya dan memberikannya padanya.
"Udaranya dingin. Pakailah ini dulu." Karena merasakan dingin di pundaknya, Ning Qing tidak punya pilihan lain. Dia mengambil jaket itu dengan malu lalu mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya mengenakan jaket itu.
Yan Sichen menatap wanita di depannya, matanya berkedip. Banyak kata yang menumpuk di tenggorokannya, tetapi hal yang akhirnya dia katakan adalah, "Apakah kamu mau pulang? Aku baru akan ke sana dan aku bisa mengantarkanmu."
"Tak perlu!" Ning Qing langsung menolak. Namun dia merasa bahwa dia terlalu terburu-buru, jadi tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya.
"Kak Sichen, aku…"
Wajah Yan Sichen masih tenang, "Apa kamu bertengkar dengan orang tuamu?"
Ning Qing terdiam.
"Kamu selalu seperti ini. Sudah beberapa tahun berlalu, tapi kamu masih belum berubah sama sekali." Dia mengangkat tangannya dan ingin menyentuh kepalanya seperti biasa. Ning Qing melangkah mundur, tidak dapat menerima kedekatannya.
Kegembiraan di mata Yan Sichen hilang. "Jika kamu tidak ingin pulang, kamu bisa menginap semalam di tempatku. Ini sudah malam. Tidak aman untukmu jika terus berada di luar."