webnovel

Nikah Muda

*BAB 2*

Harapannya tuan Aldo nanti membuka proyek di situ tak ada yang dirugikan baik dari pihak masyarakat setempat maupun dari perusahaan.

Ya kali ini tuan Aldo terjun langsung ke lapangan untuk melihat sejauh mana perkembangan proyek minyaknya nanti.

Tak banyak yang ia lakukan di sana hanya melihat dan mengecek saja. Setelah selesai acara sambutan dari presiden direktur itu kemudian tuan Aldo diajak berkeliling pedesaan oleh pejabat setempat seperti pak lurah, pak kades serta jajarannya.

Mereka berkeliling desa itu hingga menjelang waktu makan siang. Waktu makan siang mereka disambut makan makanan khas desa itu yaitu nasi putih, sambel lalapan, ayam goreng, ikan asap dan menu penutup lainnya seperti es buah, es campur, serta buah-buahan hasil panen desa itu.

Sebelum itu perangkat desa itu telah menyiapkan penyambutan hidangan makan siang untuk tamu-tamunya seperti tuan Aldo dan rombongannya.

Makan siang itu dia adakan di rumah pak lurah di desa itu. "Mari tuan kita makan siang di tempat saya" ajaknya pada tuan Aldo itu

"Istri saya telah menyiapkan berbagai hidangan dirumah"

"Benarkah" tanya tuan Aldo

" Iya tuan jauh-jauh hari sudah menanyakan kapan tamunya itu akan datang kemari" kata pak lurah itu

"Baiklah ayo kita sekarang menuju rumahnya pak Kisno" ajaknya pada pak lurah yang bernama pak Sukisno itu

mereka berjalan melewati persawahan yang kanan kiri di tanami buah melon, yang buahnya itu sangat lebat. sangat elok jika di pandang mata

"Wahh tanah di sini subur juga iya pak" tuan Aldo

"Iya pak kalau di sebelah sini petani pada tanam buah-buahan, kadang iya buah semangka, belewah kalau sekarang ini musim buah melon pak dan kebetulan musimnya panen"

Kebetulan sekali sawah yang mereka lewati itu milik pak lurah sehingga pak lurah turun sebentar dan memetikkan buah yang masih segar itu.

Jika ditengah ditanami buah maka di pinggiranya ditanamani sayuran seperti kacang, panjang, cabe dan terkadang pohon talas ada juga pohon kemangi.

"Wahh sepanjang sejarah baru kali ini aku sepertinya makan buah melon yang metik langsung dari pohonnya" canda tuan Aldo itu sambil menerima buah melon dari tangan pak Kisno itu

"Kalau anda tinggal di sini mungkin bisa makan buah melon setiap hari tuan, yang dipetik langsung dari pohonnya" pak carik menimpali

"Iya juga ya sepertinya sangat menyenangkan jika tinggal di desa yang tenang dan sejuk seperti ini" Rio sang asisten juga menimpali

Tuan Aldo menganggukkan kepalanya sambil meneruskan perjalanan mereka yang sebentar lagi akan sampai pada rumah pak lurah itu.

***

Dirumah, istri pak Kisno sudah menyiapkan berbagai hidangan itu sedemikian rupa hingga hampir selesai yang di bantu cucunya bernama Via itu.

"Sudah selesai semua nek" Ya pak Kisno dan istrinya masih belum terlalu tua tetapi sudah memiliki cucu sekitar usia dua puluh tahun yang di titipkan pada pak Kisno karena orang tua Via tinggal di kota lain.

Semua bukan tanpa alasan, Via di titipkan kepada neneknya ada sebab lain yang mengharuskan tinggal bersama nenek dan juga kakeknya itu. Meski begitu nenek dan kakeknya itu sangat menyayanginya dan selalu merawat cucunya itu dengan baik dan penuh kasih sayang.

Ya Via merupakan anak bungsu dari pasangan Gunawan dan juga Rania. Mereka tinggal di kota dan memiliki anak pertama bernama Dyvan. Via memiliki kulit putih pucat, dengan rambut hitam legam, dagu lancip wajahnya yang tirus menambah kesan cantiknya terlihat alami, alis yang tebal dengan mata bulat dan tinggi badan semampai dan ramping.

Sepertinya dari kejauhan sudah terlihat para rombongan tamu yang dimaksud neneknya itu. "Nenek tamunya sudah datang"

Via berlari kedalam rumah dengan berteriak memanggil neneknya itu. "Benarkah" neneknya menyambut dengan antusias para tamunnya itu. Iya neneknya Via adalah orang yang murah hati suka berbagi pada orang yang tak punya dan sangat menghargai orang lain. Itulah yang menyebabkan kakeknya Via dipilih sebagai kepala desa, mereka merupakan orang yang dermawan dan selalu menyambut dengan tangan terbuka siapa saja yang bertamu ke rumahnya dan terpenting lagi tak memandang kasta.

"Bu Assalamualaikum" salamnya pak Kisno dari luar

Nenek nya yang semula mengambil sesuatu dari dalam keluar dengan tergopoh-gopoh dan menjawab salam dari suaminya itu.

"Walaikum salam, wah tamunya sudah pada datang mari-mari pak di ajak masuk sini". Mereka mempersilahkan tamunya itu untuk masuk. Nenek dan kakek Via merupakan orang terkaya dikampung itu, mereka memiliki lahan berhektar-hektar dan juga memiliki usaha peternakan ayam, serta sapi dan juga kambing.

Rumahnya luas dengan khas suasana desa yang dindingnya terdiri dari kayu yang memiliki pilar besar dan menjulang tinggi, di samping rumahnya neneknya itu juga terdapat aula para pemuda atau jika ada rapat desa berkumpul. Aula itu juga terbuka dan dipinggir aula itu terdapat tanaman berbagai buah-buahan seperti mangga, sawo, jambu biji merah, sirsak, srikaya, belimbing dan ada berbagai macam sayuran. Sehingga menambah suasana desa yang khas dan sangat sejuk.

Siapa saja yang tinggal di sana pasti akan betah. Neneknya itu mempersilahkan tamunya masuk. Perjamuan makan siang itu di adakan di aula di samping rumah nenek Via. Via juga iku membantu menata hidangan itu.

"Via ada tamunya kakek ayo beri salam" perintahnya pada cucunya itu. Via yang awalnya enggan menyapa tamunya kakeknya itu akhirnya menurut juga memberikan salam satu persatu pada tamunya itu.

"Kakek saya permisi kedalam mau bantu nenek dulu"pamit Via setelah menyalami tamu-tamunya itu

Sedetik kemudian pandangan Via dan tuan Aldo bertemu, entah mengapa Via merasa canggung dan buru-buru masuk kedalam rumah.

Sedangkan tuan Aldo seperti terhipnotis pada gadis yang terbilang masih sangat muda itu. Tuan Aldo segera mengalihkan perhatiannya yang sempat mengagumi kecantikan Via itu.

Terlebih lagi perempuan itu sangat sopan di matanya. "Mari kita makan bersama tuan, dan semuanya" Pak Kisno itu langsung mempersilahkan tamu-tamunya mencicipi hidangan buatan istrinya itu

"Ini semua istri saya sendiri yang memasak" pak Kisno

"Wah istri bapak sangat hebat bisa memasak segini banyaknya" tuan Aldo

"Iya tuan tentu saja juga di bantu cucu saya"

"Wahh anda masih muda begini sudah punya cucu saja, umur berapa dulu anda menikah pak" Sepertinya tuan Aldo itu sangat penasaran

"Wah kalau jaman dahulu mah berbeda dengan sekarang tuan, dulu saya masih umur enam belas tahun sudah di nikahin sama bapak saya"

"Akhirnya nikah muda itu turun temurun dari kelurga saya" jelasnya lagi

Tuan Aldo menganggukkan kepalanya, Via keluar dengan membawa aneka buah-buahan yang tadi sudah di tata rapi dari dalam untuk disajikan sebagai hidangan penutup itu.

dan

bersambung