webnovel

Chapter 8: Sang Raja, Sang Iblis, dan Sebuah Naratif

"AKAN KUBUNUH KAU SETAN!!!! "

menyambut pedang yang diayunkan ke arahnya, Andrian telah dapat memblokirnya dengan bunganya namun bunga-bunga tersebut membakar bunganya dengan mudah seperti memotong tahu. Bunganya mampu menahan serangan dari pria ini namun, serangan tersebut masih akan mengenainya. Dia harus menemukan jarak di antara mereka sesegera mungkin.

tak ingin melewatkan kesempatan ini, Andrian mulai lompat ke udara dan menerima gaya dorong yang dihasilkan serangan tersebut. Gaya tersebut mendorongnya keluar dari gedung tersebut menuju sebuah dinding dari gedung sebelahnya.

*BOOM*

Dentuman keras berbunyi saat tubuhnya bertabrakan dengan dinding. Andrian hanya bisa menahan rasa sakit pada belakang tubuhnya. Melihat sosok Dylan, Andrian mulai menyeringai.

'Oh ho ho…sepertinya Dunia ini pandai menguntai tali takdir.'

Setelah membaca jiwa Dylan, Andrian telah mencapai kesimpulan dimana dunia telah memutuskan untuk menyingkirkan dirinya sejak awal.

Bagi Cynthia dan Bianca senyumnya ini bermakna dia telah mempersiapkan sesuatu. Namun bagi Dylan, seringaian Iblis di depannya memiliki arti yang berbeda..

" BERANINYA ENGKAU MENERTAWAKAN MEREKA YANG TELAH ENGKAU BUNUH!! "

Tersinggung, Dylan kini memunculkan aura api biru di tangannya. Bola sihir ini terus membesar seolah menyerap kekuatan dari matahari. Rekan-rekannya berupaya menghentikannya. Tapi apalah yang bisa mereka lakukan saat tubuh Dylan kini telah dipenuhi api.

Wujud api biru menarik perhatian Andrian. Dia tidak peduli Dylan yang mencaci atau berusaha membunuhnya. Dia bahkan tidak perlu melawan Dylan sama sekali.

Suara dentuman tadi telah mencapai seluruh bagian benteng, penjaga-penjaga lainnya yang tengah menjaga benteng kini bermunculan untuk mengamati keributan apa yang telah terjadi. Disisi lain, dua orang telah datang menuju lokasi Andrian dan Dylan .

" Hentikan keributan ini sekarang juga!"

Suara seorang pria tua bermonekel menghentikan `penyerangan sepihak` yang dilakukan oleh Dylan.

Bersamaan dengannya adalah seseorang bertopi jerami besar yang menutupi seluruh tubuhnya dari pancaran matahari.

"Dylan hentikan apimu."

"....Baiklah guru"

Melihat Dylan yang menerima perintah gurunya dia menghentikan api di sekitar tubuhnya dan bahkan menyarungkan pedangnya. Namun Dylan masih memiliki wajah marahnya pada Andrian yang kembali ke tempat Volpa berada.

"hais…Dylan aku tahu apa yang telah terjadi, untuk itu aku mengundang gurumu ke gedung pemerintahan ini. namun hari ini juga merupakan saat penting. kerajaan kita kini tengah bernegosiasi dengan Kekaisaran Houten."

suara dari dentuman tadi sangat keras bahkan sempat mempengaruhi jalannya negosiasi. untungnya Sang Raja mampu mengembalikan keadaan dan negosiasi berjalan dengan baik menghasilkan hubungan non-agresi antara Kerajaan Apatura dan Kekaisaran Houten selama 18 tahun.

"Kamu akan menghadapi hukuman pendisiplinan setelah ini"

Ungkap pria tua ini sebelum kembali menghadap ke arah Volpa dan rombongannya.

"Jenderal Volpa Feltros, anda datang tepat waktu. mari ikuti saya."

.

.

.

Andrian sampai di balairung besar.

di depannya terdapat sebuah tahta diatas lantai yang ditinggikan. Di Kedua sisi terdapat bangsawan dan ksatria sihir yang meratapi Andrian dengan beragam ekspresi.

Semua orang langsung berlutut saat sesosok pria datang dari sisi lain ruangan. semua orang kecuali Andrian.

Sebelum seorang bangsawan hendak memerintahkan andrian untuk berlutut, mereka terkejut melihat penampilan dari pria yang datang. pria tersebut cuma mengenakan pakaian yang 'biasa' bagi tiap bangsawan. Beberapa bahkan mengenakan pakaian yang lebih mewah dari padanya.

"Oh! Maafkan aku cuma mengenakan ini, agenda kegiatan sebelumnya membuat badanku sedikit gerah. Aku heran kenapa kalian bisa mengenakannya seharian"

"tidak apa-apa Yang Mulia. "

para bangsawan mulai memuji sang raja atas penampilannya yang 'sederhana' ini. meskipun sederhana, ini masih relatif mewah bagi orang-orang biasa.

Sambil berpura-pura batuk, Metis duduk di atas singgasananya dan mulai membaca dokumen yang telah Ia Terima.

"Jadi Engkau telah melakukan semua ini? "

Tanya Metis melihat semua perbuatan yang telah Andrian lakukan. Namun, sebelum dia dapat menjelaskan apa yang dia perbuat-

"Sayang sekali itu semua benar Tuan Metis"

Jawab Andrian yang menatap ke Metis. Metis mengangkat

'Kenapa dia bisa…-oh begitu'

menyadari pikirannya telah dibaca

"jika seperti ini hukuman yang bisa kau terima adalah hukuman mati."

Banyak orang setuju dengan apa yang dikatakan rajanya. Andrian adalah gabungan jiwa. Banyak hal yang belum diketahui dari Andrian di depan mereka ini. mereka tidak berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengetahuinya.

"Tapi kita tidak bisa melakukan itu. Iya kan?"

Semua orang di ruangan mengikuti pandangan Metis yang melihat Andrian. Mulut Andrian mulai melengkung ke atas.

'Kenapa hukuman mati tidak bisa dilakukan? '

Rasa tegang mulai muncul pada setiap orang. Beberapa penjaga bahkan mulai memegang senjatanya. mereka pikir.

'Kenapa Metis berkata demikian?'

Metis mengalihkan pandangannya ke Volpa

"Volpa seharusnya engkau lebih percaya pada dirimu sendiri, engkau pikir dia akan mengikuti semua 'penangkapan' ini tanpa memiliki rencananya tersendiri. "

"Membawanya ke sini adalah sebuah ke salahan besar. "

Mata Volpa dan Cynthia membuka mereka lebar. Mereka bersiap melepaskan sihir mereka. Dua pedang dibaluti listrik kini bersiap untuk menyerang Andrian yang hanya menatapi Metis.

Cynthia telah terlalu terbiasa dengan sikap Andrian yang lugu mungkin terlalu naif , tidak dia telah lupa bahwa didalamnya adalah Kian yang nyaris membunuhnya.

'Benar, semua Yang Mulia Metis katakan adalah benar. Andrian tidak akan datang begitu saja…

Cynthia tidak bisa melawan Andrian di perjalanan karena kondisinya saat itu.

Sementara Volpa tidak bisa menyerang Andrian karena tidak ingin mengecewakan kepercayaan putrinya.

Namun kini, meskipun ratusan penyihir di ibukota mungkin dapat melawannya bahkan kekuatan misterius lain yang dia miliki, kini dia dapat menargetkan keluarga kerajaan.

Sang iblis telah menyandera negara mereka.

"" HAHAHA ""

Andrian dan Metis mulai tertawa mencengangkan semua orang

"Nah…Itu adalah skenario yang menarik Tuan Metis. Sayang sekali tujuanku kali ini berbeda. "

Bagi Metis dia tidak tahu apakah Andrian berkata jujur atau Tidak. Dia tidak berani mengambil resiko jika jawabannya adalah tidak.

"Baiklah.. Baiklah karena kita tidak bisa 'mengeksekusimu' Aku telah memutuskan engkau akan menerima hukuman penjara seumur hidup."

Pernyataan ini mengejutkan semua orang. Beragam pertanyaan bermunculan dari setiap orang namun tidak ada yang berani mengatakannya. Penjara yang dapat menampung Iblis? Penjara macam apa itu? Anda yakin dia tidak akan kabur?

"Anda tidak bisa melakukan ini yang mulia!"

Salah satu bangsawan kini berdiri dan menyetarakan ketidak-setujannya. Dan dari itu, beragam pertentangan mulai bermunculan.

"Anda tidak bisa memenjarakan seorang Iblis yang dapat saja kabur dan mendatangkan malapetaka Yang Mulia.!"

" Saya juga tidak setuju yang mulia. Semua Iblis mesti dihancurkan Yang Mulia. Kita tidak bisa membiarkan kerajaan kembali ke masa kelamnya! "

"Pengajaran Agama Dewi Aia tidak menyetujui keputusan ini Yang Mulia."

"Aku telah memutuskan!"

dari satu kalimat tersebut mereka tidak berani menentangnya. Mereka semua kembali terdiam tidak berani menyulut amarah Raja di depannya. Metis menyerap kembali energi sihir ungu yang dikeluarkannya. Sebelum menatap ke penasihatnya.

"Aku bukan seperti Freyer, Ernest. Aku tidak seperti dia. "

Jawab Metis sambil menatap ke semua orang disekitarnya. Dia berhenti untuk menatap ke Bianca selama beberapa saat sebelum kembali melihat ke seluruh orang di ruangan. Di saat dia hendak memutuskan hukuman yang akan diterima Andrian,

"Aku tidak bisa menerima ini Yang Mulia!"

Ujar Dylan yang memasuki balairung secara tiba-tiba.

Dibelakang Dylan adalah rekannya yang berada di lantai.

"Maafkan saya Tuan Ernest saya gagal menghalanginya. "

Ernest melihat kembali ke Dylan.

"Dimana gurumu, aku sudah memintanya untuk menghentikanmu. "

"Aku telah menerima Ajaran terakhirnya Tuan Ernest. Dia bukan lagi guruku. "

Ujar Dylan yang kemudian menunjukkan aliran sihirnya. Aliran sihir ini jauh lebih deras daripada aliran sebelumnya yang Andrian rasakan.

'Kekuatan seperti apa yang gurumu ajarkan?'

Pikir Adrian.

"Dylan… hidup tidak bekerja seperti itu. Seseorang yang mengajarkanmu sekali adalah gurumu sepanjang hidup. "

Ucap Ernest. Dia mengakui kekuatannya telah meningkat. Tidak, kekuatan ini pada skala yang hampir sama dengan Cynthia.

Semua orang di ruangan kagum melihat kekuatannya. Para bangsawan yang sebelumnya tidak berani menyetarakan ketidaksetujuan nya mulai menentang keputusan Metis.

"""Yang Mulia tolong dengarkan pendapatnya"""

"Kita tidak bisa membiarkan masa tirani kembali muncul Yang Mulia! "

"Anda tidak bisa membiarkan pendapatnya begitu saja Yang Mulia! Dia adalah korban! "

Pasukan penjaga mencoba untuk menenangkan keributan. namun dalam hati mereka, mereka ingin mendukung Dylan.

'Jatuhkan tirani dan tegakkan keadilan? Alur naratif yang bagus!. '

Pikir Adrian yang melihat keributan yang terjadi. Andrian hanya bisa tersenyum .

'Apakah Dylan telah membuktikan kemampuannya pada gurunya di saat-saat terakhir? Heh… aku jadi ingin melawannya'

"Diam! "

Teriakan Ernest menghentikan semua perdebatan yang terjadi. Ernest mengalihkan perhatiannya ke Metis dan Andrian dan menghela nafasnya…

"Maaf Yang Mulia, saya juga setuju dengan pendapat mereka. "

Ernest tidak berani menentang Metis, namun kali ini dia harus setuju dengan Dylan dan yang lainnya.

melihat semua orang menentangnya, Metis hanya bisa menghela nafas dan melihat ke Dylan

"Baiklah Dylan beritahu aku apa rencana mu"

Metis akhirnya setuju mendengarkan pendapat Dylan di depannya.